Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Relawan RS Indonesia Pasrah Berjarak 200M dari Bom Israel

Relawan RS Indonesia Pasrah Berjarak 200M dari Bom Israel – Seorang relawan medis Indonesia, Fikri Rofiul Haq, menceritakan betapa parahnya kondisi di Jalur Gaza, Palestina, sejak Israel memulai serangan sebulan lalu.

RS Indonesia di Gaza lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik habis dan obat-obatan ludes

Relawan RS Indonesia Pasrah Berjarak 200M dari Bom Israel

Fikri menegaskan tak akan meninggalkan tugas sebagai relawan di Gaza dan pasrah pada nasib saat pasukan Israel kian mendekat.

Dilansir Al Jazeera, Minggu (12/11/2023), Gaza saat ini sedang memasuki musim dingin dan biasanya menjadi waktu panen stroberi.

Namun, ladang stroberi di Beit Lahia, yang menjadi lokasi RS Indonesia, saat ini sudah hancur dan berubah menjadi medan perang.

“Pasukan Israel telah mengebom ladang di Jalur Gaza dan banyak tanaman mati”, kata Haq kepada Al Jazeera.

“Tahun ini tidak akan ada hasil bumi seperti stroberi padahal saat ini sedang musim dingin,” sambung relawan dari Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) ini.

Di tengah kengerian perang Israel di Gaza, kehancuran panen stroberi di Palestina mungkin tampak sepele.

Namun bagi Haq – salah satu dari tiga relawan MER-C Indonesia yang masih bertugas di Rumah Sakit Indonesia – kenangan akan stroberi di Gaza membantunya mengatasi kengerian tersebut.

“Pada awal perang, kami masih bisa mendapatkan beberapa barang dari sekitar rumah sakit, seperti sayur mayur dan mie instan, namun sekarang tidak mungkin mendapatkan produk segar seperti bawang, tomat, dan mentimun,” ujarnya, berbicara kepada Al Jazeera melalui pesan suara WhatsApp.

Dia mengatakan staf di RS Indonesia cuma mendapat makanan satu kali sehari. Itupun, katanya, dibantu oleh RS Al-Shifa yang kini kondisinya juga sekarat.

“Di Rumah Sakit Indonesia saat ini, staf hanya mendapat makan sekali sehari saat makan siang, yang disediakan oleh Rumah Sakit Al-Shifa [yang berdekatan]. Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma,” ujarnya.

Kondisi di rumah sakit Indonesia dan Al-Shifa, serta rumah sakit lain di Gaza, semakin memburuk sejak terakhir kali Al Jazeera berbicara dengan Haq pada hari Jumat (10/11).

Sebelum perang, persediaan makanan untuk Rumah Sakit Indonesia biasanya bersumber dari daerah sekitar, kata Haq.

Pada awal blokade total dan serangan Israel terhadap Gaza, relawan MER-C akan keluar mencari perbekalan di ambulans, yang disediakan oleh rumah sakit, yang dianggap lebih aman dibandingkan kendaraan sipil.

Sekarang pertempuran telah terjadi begitu dekat dengan rumah sakit sehingga terlalu berbahaya untuk keluar rumah.

Ledakan Menewaskan Ratusan Warga di RS Gaza, Hamas dan Israel Saling Menyalahkan - TribunNews.com

Haq mengatakan dia merasa sangat terguncang akhir-akhir ini, setelah melakukan perjalanan sekitar dua minggu lalu untuk mendapatkan pasokan medis bagi rumah sakit dari rumah-rumah warga sipil di sekitar distrik Al-Jalaa, di mana dia mengira dia mungkin akan meninggal.

Dia mengatakan dirinya dan relawan lain dari Indonesia hanya berjarak sekitar 20 menit dari rumah sakit ketika bom mulai berjatuhan sekitar 200 meter jauhnya.

“Saya merasa paling takut dan pasrah dengan nasib saya saat itu, karena kami berada di gedung milik penduduk setempat dan, seperti yang kami tahu, militer Israel menghancurkan rumah-rumah warga sipil,” ujarnya.

“Tidak ada jaminan keselamatan kami. Hal ini membuat saya merasakan ketakutan yang luar biasa, namun berkat kasih karunia Tuhan, kami terlindungi,” sambungnya.

Sebagai hasil dari perjalanan tersebut, Haq menemukan beberapa perlengkapan medis untuk rumah sakit dan membagikan paket makanan kepada staf medis.

Namun, sejak serangan peluru dan rudal Israel yang hampir mengenai sasaran tersebut, dia dan para relawan lainnya tetap tinggal di halaman rumah sakit dan tidur di ruang dokter.

“Trauma yang kami alami sangat besar, tetapi jika kami tetap berada di rumah sakit, saya merasa aman karena militer Israel belum menyerang rumah sakit secara langsung,” ujarnya.

“Area di sekitar rumah sakit terus-menerus dibombardir dan ketika itu terjadi, saya merasakan ketakutan yang sangat manusiawi,” tambahnya.

Dalam sepekan terakhir, kawasan di sekitar RS Indonesia dan rumah sakit lain di Jalur Gaza menjadi sasaran bombardir Israel.

Tank-tank Israel juga terus mendekat, mengepung fasilitas medis tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan ketika pemboman Israel meratakan seluruh lingkungan di Gaza.

Lebih dari 11.000 orang telah terbunuh di wilayah tersebut.

Terkini: Israel bedil sekitar Hospital al-Quds

“Biasanya kalau ada pengeboman, gedung RS bergoyang, tapi pada 9 November, RS terasa seperti terangkat dari fondasinya. Itu hanya membuat kami ketakutan,” ucapnya.

Haq mengatakan ketika pemboman dimulai, dia dan staf lainnya berlindung di ruang bawah tanah rumah sakit.

Jadwal kerja harian mereka berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan signifikan staf dan pasien.

“Beberapa hari saya bekerja dari jam 11 pagi sampai jam 4 sore keesokan harinya dan hanya tidur beberapa jam semampu saya. Suatu hari, saya tidur dari jam 7 pagi sampai jam 8 pagi dan kemudian mulai lagi,” katanya.

Staf MER-C secara teknis adalah relawan kemanusiaan medis. Kini, salah satu peran utama mereka adalah mendokumentasikan orang sakit dan terluka yang datang ke rumah sakit dan memantau serangan di sekitar fasilitas tersebut.

Haq dan rekan-rekannya juga membantu perawatan medis, terutama ketika situasi terus memburuk dan dokter di rumah sakit dibanjiri pasien dari daerah sekitar.

Meskipun Indonesia telah berupaya mengevakuasi beberapa warga negaranya di Gaza, Haq mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi salah satu dari yang dievakuasi.

“Insya Allah saya dan dua relawan MER-C lainnya memutuskan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza. Kami sangat mengapresiasi Kementerian Luar Negeri RI yang membantu mengevakuasi WNI dari Gaza, tapi itu keputusan kami,” ujarnya tentang memilih tetap di Gaza.

“Kami berharap dapat terus membantu warga Gaza untuk mendapatkan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan, serta merawat mereka di Rumah Sakit Indonesia. Itu adalah motivasi kami untuk terus maju,” sambungnya.

Aljazeera tidak dapat menghubungi Haq sejak tengah malam pada hari Jumat (10/11).

Smoke rises as displaced Palestinians take shelter at Al Shifa hospital, amid the ongoing conflict between Hamas and Israel, in Gaza City, November 8, 2023. REUTERS/Doaa Rouqa/File Photo Acquire Licensing Rights

WHO Hilang Kontak dengan RS Al-Shifa Gaza di Tengah Serangan Israel

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah kehilangan komunikasi dengan tim di dalam Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, Palestina. Komunikasi terputus di tengah serangan Israel yang tak kunjung henti.

“Ketika laporan mengerikan mengenai rumah sakit yang menghadapi serangan berulang terus bermunculan, kami berasumsi kontak kami bergabung dengan puluhan ribu pengungsi dan meninggalkan daerah tersebut,” kata WHO dalam sebuah postingan di X seperti dilansir Aljazeera, Minggu (12/11/2023).

WHO mengatakan ada laporan beberapa orang yang melarikan diri dari rumah sakit telah ditembak, terluka, dan bahkan terbunuh.

Selama 48 jam terakhir, menurut WHO, Rumah Sakit Al-Shifa yang merupakan kompleks medis terbesar di Gaza dilaporkan telah diserang berkali-kali oleh Israel dan menyebabkan beberapa orang tewas serta banyak lainnya terluka.

“Unit perawatan intensif mengalami kerusakan akibat pemboman, sementara area rumah sakit tempat pengungsi berlindung juga rusak. Seorang pasien yang diintubasi dilaporkan meninggal ketika listrik padam,” tulis WHO dalam akun X-nya.

WHO mengatakan laporan terakhir menyebutkan rumah sakit itu dikelilingi oleh tank Israel.

Staf WHO melaporkan kekurangan air bersih dan risiko fungsi-fungsi penting yang tersisa, termasuk ICU, ventilator, dan inkubator, segera ditutup karena kekurangan bahan bakar sehingga membahayakan nyawa pasien.

“WHO memiliki keprihatinan besar terhadap keselamatan para petugas kesehatan, ratusan pasien yang sakit dan terluka, termasuk bayi yang memerlukan alat bantu hidup, dan para pengungsi yang masih berada di rumah sakit. Jumlah pasien rawat inap dilaporkan hampir dua kali lipat kapasitasnya,” tulis WHO.

WHO menegaskan pasien yang mencari layanan kesehatan tidak boleh merasa takut, dan petugas kesehatan yang telah bersumpah untuk merawat mereka tidak boleh dipaksa mempertaruhkan nyawa untuk memberikan layanan.

WHO kembali menyerukan gencatan senjata segera di Gaza sebagai satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi tingkat penderitaan yang mengerikan.

“Rumah sakit, pasien, staf kesehatan, dan orang yang berlindung di fasilitas kesehatan dilindungi berdasarkan Konvensi Jenewa dan Hukum Humaniter Internasional,” tulis WHO.

“WHO juga menyerukan evakuasi medis yang berkelanjutan, tertib, tanpa hambatan dan aman bagi pasien yang terluka parah dan sakit ke Mesir melalui Penyeberangan Perbatasan Rafah. Semua sandera harus menerima perawatan medis yang sesuai dan dibebaskan tanpa syarat,” tulis WHO.

Sebagai informasi, serangan pasukan Israel telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang, termasuk lebih dari 4.000 anak, tewas di Gaza.

Israel menyatakan serangannya merupakan balasan terhadap Hamas yang melakukan serangan dadakan sehingga menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel.

Hezbollah chief: Netanyahu 'inciting' against Lebanon by saying Iran in control | The Times of Israel

Hizbullah Terus Berkonfrontasi dengan Israel, Netanyahu Balik Mengancam

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan pasukannya akan tetap melakukan konfrontasi dengan Israel.

Nasrallah mengatakan kelompok bersenjatanya telah menggunakan senjata jenis baru untuk menyerang Israel.

Dilansir Al Arabiya, Minggu (12/11/2023), keterangan itu disampaikan Nasrallah pada Sabtu (11/11) waktu setempat.

Nasrallah menyatakan ada peningkatan operasi Hizbullah di sepanjang garis depan mereka dengan Israel.

“Terdapat peningkatan kuantitatif dalam jumlah operasi, ukuran dan jumlah sasaran, serta peningkatan jenis senjata,” kata Nasrallah.

Nasrallah mengatakan Hizbullah telah menggunakan rudal dalam konfrontasi dengan pasukan Israel.

Kelompok tersebut juga telah mengkonfirmasi penggungaan senjata drone untuk pertama kalinya dalam konflik tersebut.

Menurut Nasrallah, Hizbullah telah menyerang kota Kiryat Shmona di Israel Utara untuk pertama kalinya.

Serangan itu sebagai balasan atas pembunuhan tiga gadis dan lansia yang dilakukan pasukan Israel awal bulan ini.

“Front ini akan tetap aktif,” ujar Nasrallah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah memberikan komentar atas konfrontasi yang dilakukan Hizbullah.

Netanyahu awalnya bicara soal keinginan agar Israel mendapatkan kendali penuh di Gaza.

Dilansir Al Jazeera, Netanyahu ingin mengesampikan peran pemerintahan Otoritas Palestina saat ini di Gaza. Dia menolak memberikan kendali kepada otoritas tersebut di Gaza.

“Pasti ada hal lain di sana,” kata Netanyahu. Dia menjawab pertanyaan soal apakah Otoritas Palestina, yang memiliki sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki, dapat memerintah Gaza setelah perang.

“Tidak akan ada otoritas sipil yang mendidik anak-anak mereka untuk membenci Israel, membunuh warga Israel, dan melenyapkan negara Israel,” sambung Netanyahu.

Netanyahu juga memberikan peringatan keras kepada kelompok Hizbullah dari Lebanon.

Dia meminta Hizbullah untuk tidak ikut terlibat perang antara Israel dan Hamas.

“Jangan membuat kesalahan dengan berperang. Itu akan menjadi kesalahan dalam hidup Anda, Masuknya Anda ke dalam perang akan menentukan nasib Lebanon,” ujar Netanyahu.

Israel Kepung Rumah Sakit Al-Shifa, 2 Bayi Prematur Meninggal

Tank Pasukan Israel Berjarak 20 Meter dari RS Al Quds

Situasi mencekam terjadi di Rumah Sakit Al Quds di Gaza. Pasukan beserta tank milik militer Israel kini hanya berjarak 20 meter dari rumah sakit.

Dilansir dari Al Jazeera, Minggu (12/11/2023), tank tersebut menembaki fasilitas di rumah sakit.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan terdapat 14.000 pengungsi di dalam Rumah Sakit Al Quds yang panik ketakutan.

Juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan para dokter di dalam Rumah Sakit Al Quds dalam kondisi memprihatinkan. Sejumlah pengungsi juga dilaporkan terluka.

“Beberapa pengungsi terluka ketika mereka menjadi sasaran langsung pasukan Israel,” kata Nebal Farsakh kepada Al Jazeera.

“Situasinya sangat berbahaya. Kami sangat mengkhawatirkan tim medis kami, 500 pasien, dan 14.000 pengungsi,” katanya.

Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza sejak Kamis (9/11) juga telah menutup sebagian besar layanannya. Hal ini lantaran habisnya pasokan bahan bakar.

Rumah Sakit Al-Quds juga disebut menahan pemboman yang dilakukan Israel di sekitar kompleks medis sejak Minggu pekan lalu waktu setempat.

Rumah sakit tersebut terletak di lingkungan Tal al-Hawa dan dijalankan oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).

Organisasi tersebut mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan sebagian besar layanan. Hal ini dilakukan untuk menjatah penggunaan bahan bakar.

“Untuk menjatah penggunaan bahan bakar dan memastikan tingkat layanan minimum dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya.

Setidaknya 11.078 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.

Di Israel, jumlah korban tewas kini mencapai lebih dari 1.200 orang.

Relawan RS Indonesia Pasrah Berjarak 200M dari Bom Israel

Share: