Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang – Sedikitnya 29 orang tewas akibat rentetan serangan terbaru Israel terhadap Jalur Gaza, setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) pagi waktu setempat. Sejumlah wilayah Jalur Gaza dilaporkan kembali dihujani serangan udara dan artileri Israel.

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Seperti dilansir AFP, Jumat (1/12/2023), juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, menyatakan bahwa 29 korban tewas itu termasuk 10 orang yang tewas akibat serangan di Al-Maghazi yang ada di Jalur Gaza bagian tengah.

Kemudian sembilan orang tewas di Rafah yang ada di bagian selatan, dan lima orang tewas di area Gaza City yang ada di bagian utara.

Tidak disebutkan lebih lanjut lokasi tewasnya lima korban lainnya.

Serangan udara dan artileri Israel dilaporkan kembali melanda Jalur Gaza setelah negara Yahudi itu mengumumkan pasukannya melanjutkan pertempuran melawan Hamas pada Jumat (1/12) pagi waktu setempat.

Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan adanya roket yang ditembakkan ke wilayah Israel.

“Hamas telah melanggar jeda operasional, dan sebagai tambahan, melancarkan serangan terhadap wilayah Israel,” sebut militer Israel dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.

Militer Israel mengatakan bahwa sekitar satu jam sebelum gencatan senjata dijadwalkan berakhir pada Jumat (1/12) pagi sekitar pukul 07.00 waktu setempat, sistem pertahanan udaranya telah mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza.

Tidak diketahui secara jelas apakah roket itu diluncurkan oleh Hamas atau kelompok militan lainnya di Jalur Gaza.

Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan roket itu. Namun militer Israel menyatakan bahwa serangan roket itu sempat mengaktifkan sirene peringatan serangan udara di area wilayah Israel yang terletak dekat Jalur Gaza, hanya beberapa menit sebelum gencatan senjata berakhir.

Belum ada komentar langsung dari Hamas soal tuduhan Israel terkait serangan roket dari Jalur Gaza itu.

Militer Israel, dalam pernyataannya seperti dilansir Al Jazeera, kemudian mengonfirmasi bahwa ‘jet-jet tempurnya saat ini menyerang target-target teror Hamas di Jalur Gaza’.

Sejumlah gambar yang beredar di media sosial menunjukkan kepulan asap hitam pekat menjulang ke udara dari area kamp Jabalia yang padat di wilayah Jalur Gaza bagian utara.

Sebelumnya, jeda pertempuran selama tujuh hari, yang dimulai pada 24 November lalu dan diperpanjang dua kali.

Telah memungkinkan terjadinya pertukaran puluhan sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza dengan ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

Gencatan senjata itu juga memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Israel Disebut Dapat Info Soal Serangan Hamas Tapi Mengabaikannya

Para pejabat Israel dilaporkan telah mendapatkan informasi intelijen soal persiapan serangan secara luas oleh kelompok Hamas terhadap wilayahnya, jauh sebelum serangan mematikan terjadi pada 7 Oktober lalu.

Namun, pemerintah Israel disebut telah mengabaikan informasi intelijen yang menjadi peringatan dini itu.

Seperti dilansir AFP dan CNN, Jumat (1/12/2023), hal tersebut diungkapkan oleh media terkemuka New York Times (NYT), dalam laporannya pada Kamis (30/11), yang mengutip sebuah dokumen dengan nama sandi ‘Jericho Wall’, yang isinya menjabarkan dugaan persiapan serangan besar-besaran oleh Hamas terhadap Israel. Laporan NYT itu juga didasarkan atas sejumlah email dan wawancara.

Disebutkan NYT dalam laporannya, bahwa dokumen setebal 40 halaman yang dimiliki oleh otoritas Israel itu ‘menguraikan, poin demi poin, persis seperti serangan besar-besaran yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang’ yang terjadi pada 7 Oktober lalu.

Dokumen itu, yang telah dikaji oleh NYT, tidak merinci secara pasti kapan serangan akan terjadi, namun memberikan cetak biru yang menjabarkan apa yang akan dilakukan Hamas dalam serangannya.

Diawali oleh rentetan serangan roket, upaya menghentikan sistem pengawasan, dan gelombang orang-orang bersenjata menyeberang perbatasan dan menyerbu wilayah Israel melalui jalur darat dan udara.

Para pejabat militer dan intelijen Israel, menurut laporan NYT, mengabaikan ancaman itu dan menilai bahwa rencana semacam itu akan ‘terlalu sulit untuk dilaksanakan oleh Hamas’.

Laporan NYT menyebut dokumen itu juga mencakup informasi keamanan sensitif soal kapasitas dan lokasi militer Israel.

Disebutkan oleh NYT dalam laporannya bahwa dokumen itu sudah dimiliki oleh para pejabat Israel selama lebih dari setahun sebelum serangan Hamas pada awal Oktober lalu.

Dokumen itu, menurut NYT, telah beredar secara luas di kalangan pemimpin militer dan intelijen Israel.

Tapi tidak diketahui secara jelas apakah para politisi senior Israel, termasuk Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, pernah melihat dokumen itu atau bahkan membacanya.

Namun penilaian militer Israel tahun lalu menyatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan bahwa rencana itu telah disetujui oleh Hamas.

Ketika seorang analis intelijen Israel memperingatkan bahwa Hamas telah melakukan latihan sesuai dengan rencana itu, dia diabaikan.

Analis itu, menurut laporan NYT, memperingatkan bahwa rencana serangan itu merupakan ‘rencana yang dirancang untuk memulai perang’.

Tetapi seorang kolonel Israel yang meninjau penilaiannya menyarankan: “Mari kita menunggu dengan sabar.”

Peringatan itu tidak mengindikasikan bahwa Hamas kemungkinan besar akan melaksanakan rencana itu dalam waktu dekat.

Ditambah, menurut laporan NYT, komunitas intelijen Israel terus meyakini bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak berniat untuk berperang dengan Israel.

NYT dalam laporannya menyamakan kegagalan intelijen Israel dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat sebelum tragedi 11 September 2001.

Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 240 orang, termasuk warga negara asing, disandera oleh Hamas.

Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang dimaksudkan sebagai respons atas serangan itu dilaporkan telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, sebagian besar juga warga sipil.

Sebelum laporan NYT dirilis, menurut Al Jazeera, media lokal Israel Haaretz juga melaporkan bahwa intelijen militer Israel ‘telah memiliki informasi detail’ soal dugaan serangan Hamas.

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Presiden Israel Minta UEA Bantu Bebaskan Warga yang Disandera Hamas

Presiden Israel Isaac Herzog meminta Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk menggunakan “kekuatan politiknya” guna membantu membebaskan semua sandera Israel yang ditahan oleh kelompok Hamas di Gaza.

Herzog mengajukan permintaan tersebut saat bertemu dengan Sheikh Mohamed di Dubai pada Kamis (30/11) waktu setempat, demikian menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor media kepresidenan Israel.

“Presiden mengimbau temannya Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk menggunakan seluruh kekuatan politiknya untuk mendorong dan mempercepat kepulangan para sandera,” demikian pernyataan Israel tersebut seperti dilansir Al Arabiya dan Reuters, Jumat (1/12/2023).

Pernyataan Israel tersebut juga mengatakan Israel telah bekerja sama dengan UEA sehingga negara Teluk tersebut dapat mengirimkan bantuan ke Gaza.

Membangun rumah sakit lapangan di perbatasan Rafah, Gaza dan membantu memindahkan anak-anak yang terluka dari Gaza untuk menerima perawatan medis di UEA.

Herzog, yang perannya sebagian besar bersifat seremonial dan tidak memiliki kekuasaan eksekutif, berada di negara Teluk tersebut untuk menghadiri pertemuan puncak iklim PBB, yang dikenal sebagai COP28, yang berlangsung dari 30 November hingga 12 Desember mendatang.

Ini adalah perjalanan luar negeri pertama Herzog sejak serangan 7 Oktober oleh kelompok Hamas, yang menurut Israel menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan warga asing. Dalam serangan itu, Hamas juga menyandera sekitar 240 orang.

Negara-negara Teluk lainnya, Qatar, dan Mesir, telah menjadi penengah antara Israel dan Hamas untuk pembebasan sandera, yang sejauh ini telah membebaskan 99 warga Israel dan orang asing.

Adapun Israel telah membebaskan 210 tahanan Palestina sebagai imbalan pembebasan sandera Israel oleh Hamas.

Laporan kantor berita resmi UEA mengatakan kedua presiden membahas hubungan antara negara mereka dan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

Herzog diundang untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut oleh Sheikh Mohamed awal tahun ini.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga diundang untuk hadir. Sebelumnya, Israel berencana mengirimkan delegasi besar sekitar 1.000 orang, kata seorang pejabat.

Namun, delegasi tersebut kini akan lebih kecil, kata pejabat tersebut, seraya menyebutkan bahwa beberapa dari mereka yang ikut serta dalam delegasi tersebut telah dipanggil untuk tugas militer cadangan.

UEA adalah salah satu dari sedikit negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel.

Negara-negara Timur Tengah telah membangun hubungan dekat sejak hubungan resmi terjalin pada tahun 2020 di bawah Perjanjian Abraham yang ditengahi Amerika Serikat.

Israel Kembali Gempur Gaza Korban Tewas 29 Orang

Share: