- Israel Gelar 0perasi Tepat Sasaran Buru Hamas di RS Al-Shifa
- Pasukan Israel Dilaporkan Masuk ke Area Rumah Sakit al-Shifa di Gaza
- Militer Israel Kerahkan Buldoser ke RS Terbesar Gaza
- AS Tegaskan Tak Setujui Penyerbuan Israel ke RS Al-Shifa
- Pemimpin Oposisi Israel Serukan Netanyahu Segera Mengundurkan Diri!
- Akhirnya! Truk Bahan Bakar Dibolehkan Masuk ke Gaza
- Panas! Houthi Ancam Serang Kapal Israel di Laut Merah
Israel Gelar 0perasi Tepat Sasaran Buru Hamas di RS Al-Shifa – Militer Pasukan Pertahanan Israel, IDF, mengatakan pada Rabu (15/11) pagi bahwa pasukannya “melakukan operasi tepat sasaran terhadap Hamas di area tertentu di Rumah Sakit Al-Shifa, berdasarkan informasi intelijen dan kebutuhan operasional.”
Israel Gelar 0perasi Tepat Sasaran Buru Hamas di RS Al-Shifa
Langkah tersebut diambil setelah pertempuran selama beberapa hari berlangsung di dekat area rumah sakit, meskipun ada klaim yang saling bertentangan mengenai apakah fasilitas tersebut digunakan oleh militan Hamas atau tidak.
Sebelumnya pada Selasa (14/11), Amerika Serikat (AS) telah merilis klaim serupa dengan yang disampaikan Israel, bahwa mereka memiliki bukti adanya “simpul komando dan kontrol” Hamas di lokasi Rumah Sakit Al-Shifa, yang diyakini merupakan tempat penyimpanan senjata.
Pejabat rumah sakit dan Hamas membantah tuduhan ini dan mengeluhkan kondisi yang mengerikan di fasilitas medis tersebut.
“Pasukan IDF termasuk tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan lingkungan yang kompleks dan sensitif ini, punya tujuan agar tidak ada kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil yang digunakan oleh Hamas sebagai tameng manusia,” tulis IDF di media sosial.
IDF mengatakan bahwa pihaknya telah berulang kali memperingatkan secara pribadi dan terbuka bahwa dugaan operasi militer Hamas dari fasilitas tersebut “membahayakan status perlindungannya berdasarkan hukum internasional.”
“Kemarin, IDF menyampaikan kepada otoritas terkait di Gaza sekali lagi bahwa semua aktivitas militer di rumah sakit harus dihentikan dalam waktu 12 jam. Sayangnya, mereka tidak melakukannya,” kata militer Israel.
Hamas: Israel dan Biden bertanggung jawab atas serangan di rumah sakit
Sementara itu, kelompok militan Hamas, menuduh Israel dan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas serangan di lokasi Rumah Sakit Al-Shifa.
“Kami menganggap pendudukan (Israel) dan Presiden Biden sepenuhnya bertanggung jawab atas serangan terhadap kompleks medis Al-Shifa,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Hamas, yang diakui oleh AS, Uni Eropa, dan negara-negara lain sebagai kelompok teroris, mengatakan bahwa pernyataan pemerintah AS yang menuduh mereka menggunakaan rumah sakit untuk tujuan militer, telah memberikan “lampu hijau” kepada Israel untuk melakukan penyerangan.
“Penerapan klaim palsu (Israel) oleh Gedung Putih dan Pentagon bahwa kompleks medis Al-Shifa dipakai untuk tujuan militer telah memberikan lampu hijau kepada pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian terhadap warga sipil,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Gedung Putih sebelumnya mengatakan pada Selasa (14/11) malam bahwa mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit itu.
Dan pada Rabu (15/11) dini hari, militer Israel mengatakan telah melancarkan operasi di lokasi tersebut.
Padahal, para pejabat AS, termasuk presiden, secara bersamaan sebelumnya telah menyarankan agar Israel menahan diri. Biden mendesak Israel untuk mengambil “tindakan yang tidak terlalu mengganggu” di rumah sakit tersebut.
Pasukan Israel Dilaporkan Masuk ke Area Rumah Sakit al-Shifa di Gaza
Pasukan Israel dilaporkan memasuki rumah sakit al-Shifa pada Rabu (15/11) pagi. IDF mengklaim tujuan tersebut untuk menjalankan operasi yang tepat sasaran terhadap Hamas di area tertentu di kompleks medis tersebut.
Keputusan untuk mengirim pasukan ke rumah sakit menandai peningkatan serangan Israel di Gaza dan akan memicu seruan gencatan senjata yang sejauh ini ditolak oleh Israel.
Youssef Abu Rish, seorang pejabat dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan dia melihat tank-tank di dalam kompleks rumah sakit tersebut.
Youssef Abu Rish juga mengatakan, ada juga puluhan tentara dan pasukan komando di dalam gedung darurat rumah sakit dan ruang penerimaan, dikutip dari Guardian, Rabu (15/11/2023).
Dr Munir al-Bursh, direktur jenderal kementerian kesehatan Gaza, mengatakan kepada televisi Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah memasuki sisi barat lokasi yang luas tersebut.
“Ada ledakan besar dan debu masuk ke area tempat kami berada. Kami yakin ledakan terjadi di dalam rumah sakit,” kata Bursh.
Pertempuran telah berkobar di sekitar kompleks rumah sakit Shifa selama beberapa hari, menjebak sekitar 1.200 pasien dan staf.
Rumah sakit tersebut adalah yang terbesar di Gaza dan Israel mengklaim di sana ada pusat komando Hamas.
Militer Israel mengatakan, pihaknya telah menyediakan rute evakuasi bagi warga sipil dan memberikan pemberitahuan 12 jam sebelumnya kepada pihak berwenang di Gaza yang dikuasai Hamas bahwa operasi militer apa pun di dalamnya harus dihentikan.
Israel Minta Hamas Menyerah
Seorang juru bicara meminta “semua teroris Hamas yang hadir di rumah sakit untuk menyerah”.
Seorang jurnalis di dalam rumah sakit yang bekerja sama dengan kantor berita AFP mengatakan, tentara Israel menginterogasi orang-orang pada Rabu pagi, di antaranya pasien dan dokter.
Seorang saksi di dalam al-Shifa mengatakan kepada koresponden BBC di Palestina, Rushdi Abu Alouf, bahwa tentara telah memasuki kompleks tersebut dan “menembakkan bom asap yang menyebabkan orang mati lemas”.
Khader Al-Zaanoun mengatakan kepada Abu Alouf: “Saya melihat tentara memasuki departemen bedah khusus.”
Militer Israel Kerahkan Buldoser ke RS Terbesar Gaza
Otoritas kesehatan Jalur Gaza, yang wilayahnya dikuasai Hamas, menyebut militer Israel mengerahkan sejumlah buldoser ke Rumah Sakit (RS) Al-Shifa.
Pengerahan buldoser dilakukan setelah pasukan Israel menyerbu kompleks rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, yang diyakini oleh Tel Aviv terletak di atas pusat komando Hamas.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (16/11/2023), laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut buldoser-buldoser Israel itu menghancurkan bagian gerbang rumah sakit yang terletak di Gaza City tersebut.
“Buldoser Israel menghancurkan beberapa bagian pintu masuk sebelah selatan (RS Al-Shifa),” sebut Kementerian Kesehatan Gaza dalam pernyataan singkat dengan menggunakan bahasa Arab.
Pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa pada Rabu (15/11) dini hari waktu setempat. Militer Tel Aviv mengklaim penyerbuan itu sebagai ‘operasi yang tepat dan terarah terhadap Hamas’.
Militer Israel, dalam pernyataan kepada AFP, menyatakan operasinya masih berlangsung di kompleks rumah sakit tersebut.
“Malam ini kami melakukan operasi terarah terhadap RS Shifa. Kami terus bergerak maju,” sebut kepala operasi militer Israel di Jalur Gaza, Mayor Jenderal Yaron Finkelman, dalam pernyataan via saluran Telegram milik militer Israel.
Penyerbuan yang dilakukan militer Israel terhadap RS Al-Shifa itu memicu keprihatinan dan menuai kritikan internasional.
Seorang jurnalis lokal, yang terjebak di kompleks rumah sakit itu dan melakukan kontak dengan AFP, menuturkan bahwa tentara Israel melepas tembakan ke udara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerahkan diri ketika mereka menyerbu rumah sakit.
Pada Rabu (15/11) sore waktu setempat, menurut jurnalis lokal, tentara Israel menarik diri dari fasilitas medis itu dan kembali siaga di area sekitar rumah sakit.
Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), menuduh Hamas memiliki pusat komando di bawah kompleks RS Al-Shifa. Tuduhan itu dibantah keras oleh Hamas dan direktur rumah sakit tersebut.
Dalam pernyataan terbaru, militer Israel mengklaim pasukannya telah menemukan ‘peralatan militer dan tempur’ termasuk senjata di dalam kompleks rumah sakit tersebut.
Klaim Israel itu langsung dibantah oleh Kementerian Kesehatan Gaza, yang menegaskan bahwa senjata tidak diizinkan di rumah sakit mana pun.
AS Tegaskan Tak Setujui Penyerbuan Israel ke RS Al-Shifa
Amerika Serikat (AS) membantah tudingan Hamas yang menyebut Washington telah memberikan lampu hijau bagi Israel untuk menyerbu Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza.
AS menegaskan pihaknya tidak menyetujui adanya operasi militer di rumah sakit terbesar di daerah kantong Palestina tersebut.
Seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (16/11/2023), juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby membantah tuduhan Hamas yang menyebut pemerintahan Presiden Joe Biden turut terlibat dalam penyerbuan Israel ke RS Al-Shifa, yang terjadi pada Rabu (15/11) dini hari waktu setempat.
“Kami tidak memberikan izin untuk operasi militer mereka di sekitar rumah sakit,” tegas Kirby saat berbicara kepada wartawan setempat.
Kirby menolak untuk mengatakan apakah Israel memberikan peringatan dini kepada AS soal penyerbuan terhadap fasilitas medis itu, saat pembicaraan dilakukan oleh Biden dan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Selasa (14/11), atau sehari sebelum penyerbuan dilakukan.
“Saya tidak akan menjelaskan secara detail soal pembicaraan tersebut,” ujarnya.
AS sebelumnya menyatakan bahwa penilaian intelijennya mendukung klaim Israel soal Hamas memiliki pusat komando besar di bawah RS Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.
Kirby mengatakan bahwa Washington tetap ‘nyaman dengan penilaian intelijen kami sendiri.
Pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa di Gaza City pada Rabu (15/11) dini hari waktu setempat, atau beberapa jam setelah AS menyatakan dukungan untuk klaim Tel Aviv.
Militer Israel mengklaim penyerbuan itu sebagai ‘operasi yang tepat dan terarah terhadap Hamas’.
Penyerbuan itu dilakukan setelah Israel menuduh Hamas memiliki pusat komando di bawah kompleks rumah sakit terbesar di Jalur Gaza tersebut.
Tuduhan itu dibantah oleh Hamas, yang mengundang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memeriksa langsung rumah sakit yang dimaksud.
Penyerbuan oleh Israel itu menuai keprihatinan dan kekhawatiran komunitas internasional.
“Rumah sakit bukanlah medan pertempuran,” tegas Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Martin Griffiths, dalam pernyataan via media sosial menanggapi penyerbuan Israel terhadap RS Al-Shifa.
Seorang pekerja ruang gawat darurat di rumah sakit tersebut, Omar Zaqout, menuturkan kepada Al Jazeera bahwa tentara Israel ‘menahan dan menyerang secara brutal’ beberapa orang yang mencari perlindungan di rumah sakit. Laporan itu belum ditanggapi oleh Israel.
Pemimpin Oposisi Israel Serukan Netanyahu Segera Mengundurkan Diri!
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyerukan secara langsung kepada Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk ‘segera’ mengundurkan diri dari jabatannya.
Netanyahu diserukan harus mundur tanpa perlu menunggu hingga berakhirnya perang melawan Hamas di Jalur Gaza.
“Netanyahu harus segera mundur, Kita memerlukan perubahan, Netanyahu tidak bisa tetap menjadi Perdana Menteri,” tegas Lapid dalam wawancara dengan saluran berita Israel, N12, seperti dilansir AFP, Kamis (16/11/2023).
“Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan operasi jangka panjang di bawah Perdana Menteri yang telah kehilangan kepercayaan rakyat,” ujarnya.
Empat hari setelah serangan Hamas mengejutkan Israel pada 7 Oktober lalu, Netanyahu dan seorang pemimpin oposisi lainnya, Benny Gantz, mengumumkan kesepakatan untuk membentuk ‘pemerintahan darurat’ selama perang berlangsung.
Lapid, yang juga mantan PM Israel ini, pada saat itu mengatakan dirinya tidak akan bergabung, dan menuduh para pemimpin Israel melakukan ‘kegagalan yang tidak bisa dimaafkan’ karena tidak mampu mencegah serangan Hamas.
Meski begitu, menurut media lokal Israel, Lapid yang memimpin pemerintahan koalisi Israel sebelum Netanyahu kembali berkuasa, belum pernah menyerukan seorang Perdana Menteri untuk mengundurkan diri sejak perang pecah.
Dalam wawancara dengan N12, Lapid tidak menyerukan digelarnya pemilu dini, melainkan mosi tidak percaya di parlemen yang akan memungkinkan pembentukan pemerintahan baru yang dipimpin oleh anggota lainnya dari Partai Likud yang menaungi Netanyahu.
“Ini bukan waktunya untuk menggelar pemilu. Kita harus memilih rekonstruksi nasional dengan seorang Perdana Menteri lainnya dari Partai Likud,” sebutnya.
Belum ada komentar Netanyahu atas seruan Lapid ini. Namun Partai Likud, dalam pernyataan tanggapan via Telegram, menolak seruan Lapid, dan mengatakan bahwa usulan semacam itu pada ‘masa perang’ adalah ‘memalukan’.
Selama lebih dari sebulan terakhir, Israel melancarkan pengeboman tanpa henti terhadap Jalur Gaza dan mengerahkan operasi darat untuk menumpas Hamas.
Rentetan serangan itu dimaksudkan untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang di wilayah Israel.
Lebih dari 240 orang lainnya, menurut otoritas Tel Aviv, disandera oleh kelompok militan Palestina dan dibawa ke Jalur Gaza.
Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 11.500 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Israel. Jumlah korban tewas itu termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan.
Akhirnya! Truk Bahan Bakar Dibolehkan Masuk ke Gaza
Truk pengangkut bahan bakar akhirnya dibolehkan masuk ke Jalur Gaza melalui perlintasan perbatasan Rafah dari Mesir pada Rabu (15/11) waktu setempat.
Ini menjadi pengiriman bahan bakar pertama sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Gaza mulai awal bulan lalu.
Israel memberlakukan pengepungan total terhadap Jalur Gaza sejak perang pecah sebulan lalu.
Pasokan bahan bakar, listrik, makanan dan air bersih untuk 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza dihentikan selama pengepungan berlangsung.
Saat truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan mulai diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza, pasokan bahan bakar masih dilarang oleh Israel karena dikhawatirkan akan jatuh ke tangan Hamas dan digunakan untuk pertempuran.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (15/11/2023), seorang sumber dari otoritas Mesir mengatakan kepada media Al Qahera News, bahwa sebuah truk bahan bakar telah memasuki wilayah Jalur Gaza via Rafah pada Rabu (15/11) waktu setempat.
Sumber tersebut mengatakan bahwa bahan bakar akan dikirimkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ‘untuk memfasilitasi pengiriman bantuan setelah truk-truk di pihak Palestina berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar’.
Dalam pernyataan terpisah sebelumnya, COGAT yang merupakan badan pada Kementerian Pertahanan Israel yang menangani urusan sipil Palestina, mengatakan bahwa pengisian bahan bakar akan dilakukan terhadap truk-truk PBB yang membawa muatan bantuan kemanusiaan via Rafah.
“Truk-truk PBB yang mengangkut bantuan kemanusiaan melalui perlintasan Rafah akan diisi bahan bakarnya di perlintasan Rafah, sesuai permintaan AS (Amerika Serikat),” sebut COGAT dalam pernyataannya.
Belum diketahui ada berapa truk bahan bakar yang diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza.
Namun laporan dua saksi mata yang ada di perbatasan Mesir-Jalur Gaza menyebut bahwa ada dua truk bahan bakar lainnya yang sedang menunggu giliran untuk melintasi perlintasan perbatasan Rafah.
Lebih dari 11.300 orang, yang sebagian besar warga sipil, dilaporkan tewas akibat rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza selama lebih dari sebulan terakhir.
Israel melancarkan pengeboman tanpa henti dan mengerahkan operasi darat untuk membalas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu.
Lebih dari 240 orang lainnya disandera Hamas dan kelompok milisi Palestina lainnya saat serangan itu terjadi, lalu dibawa ke Jalur Gaza.
Panas! Houthi Ancam Serang Kapal Israel di Laut Merah
Kelompok pemberontak Houthi yang bermarkas di Yaman, mengancam akan melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Israel.
Houthi mengancam akan menyerang kapal-kapal Israel di perairan Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (15/11/2023), Houthi yang bersekutu dengan Iran melancarkan rentetan serangan rudal dan drone terhadap Israel sepanjang bulan ini.
Serangan-serangan ini menyoroti risiko perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza menyebar ke kawasan Timur Tengah yang lebih luas.
Juru bicara militer Houthi menyatakan kelompoknya telah meluncurkan sejumlah rudal balistik ke berbagai target Israel, termasuk target sensitif di Eilat.
Disebutkan bahwa peluncuran rudal itu dilakukan ‘setelah 24 jam operasi militer lainnya dengan menggunakan drone terhadap target Israel yang sama’.
Ditegaskan juga oleh juru bicara militer Houthi bahwa kelompoknya ‘tidak akan ragu untuk menargetkan setiap kapal Israel di Laut Merah atau di tempat lainnya’ yang bisa dijangkau oleh mereka.
Houthi yang sedang berperang melawan koalisi pimpinan Arab sejak tahun 2015, muncul sebagai kekuatan militer besar di Semenanjung Arab, dengan puluhan ribu petempur dan persenjataan besar berupa rudal balistik dan drone bersenjata.
Kelompok itu menguasai wilayah Yaman bagian utara dan area pesisir Laut Merah.
Ancaman senada terhadap Israel juga disampaikan oleh pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi, dalam siaran pidatonya.
“Mata kami terbuka untuk terus memantau dan mencari kapal Israel di Laut Merah, terutama di Bab al-Mandeb, dan dekat perairan regional Yaman,” tegas al-Houthi dalam pidatonya.
Beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat (AS) semakin waspada terhadap aktivitas kelompok-kelompok yang didukung Iran, sejak Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu.
Sejak itu, Israel semakin meningkatkan serangannya ke Jalur Gaza, di mana pasukan militer telah menewaskan lebih dari 11.300 orang.
Konflik yang berlangsung di Yaman menghadapi jalan buntu karena sebagian besar pertempuran telah berhenti, namun kedua pihak gagal memperbarui gencatan senjata yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berakhir pada Oktober lalu.