Heboh Kontroversi Film Kiblat 2024 Kena Teguran MUI – Sebelum perilisan resmi, film horor Indonesia yang berjudul “Kiblat” sudah menjadi sorotan karena kontroversi yang timbul terkait dengan poster promosinya.
Heboh Kontroversi Film Kiblat 2024 Kena Teguran MUI
Poster tersebut memperlihatkan seorang individu yang mengenakan mukena dalam posisi rukuk, namun wajahnya terlihat menengadah dan berteriak, yang dianggap sensitif dan menimbulkan kontroversi.
Mui menilai Poster ini mencemarkan dan mengeksploitasi agama, karena kesannya menyeramkan dan tidak menghormati aspek religius.
Publik menilai bahwa penggunaan mukena dalam konteks horor tidaklah tepat dan dapat menyinggung perasaan umat Islam.
Kritik terhadap poster Kiblat ini membuat rumah produksi, Leo Pictures, menarik promosi “Kiblat” dari media sosial mereka sebagai respons terhadap reaksi netizen.
Lebih lanjut, Lembaga Sensor Film (LSF) juga turut memberikan tanggapannya dengan menyatakan bahwa “Kiblat” belum lulus sensor.
Beberapa aspek dalam film tersebut dinilai perlu ditinjau kembali dan diperbaiki oleh rumah produksi sebelum mendapat izin tayang secara resmi.
Keseluruhan kontroversi ini menunjukkan bahwa tema sensitif seperti agama dalam industri film memerlukan pertimbangan yang matang agar tidak menyinggung perasaan atau nilai-nilai keagamaan masyarakat.
Sinopsis Film Kiblat
Sinopsis Film “Kiblat” menggambarkan kisah Ainun (diperankan oleh Yasmin Napper), seorang gadis yang tinggal di sebuah desa dengan kakak angkatnya.
Meskipun hidup dalam ketidakjelasan tentang orang tua biologisnya, Ainun memiliki kagum yang mendalam pada Abah Mulya, seorang pemimpin spiritual di Kampung Bumi Suwung.
Abah Mulya, yang memiliki reputasi sebagai tokoh karismatik dengan kekuatan gaib, menjadi sumber inspirasi bagi Ainun dan sahabatnya, Rini (diperankan oleh Ria Ricis), yang sering meniru sikap dan perilaku Abah Mulya.
Namun, keadaan berubah ketika Abah Mulya meninggal dunia, dan Ainun mengetahui bahwa Abah Mulya adalah ayah kandungnya.
Hal ini mengguncang Ainun dan memicu keinginannya untuk mengungkap lebih banyak tentang sosok dan ajaran Abah Mulya.
Dalam perjalanannya, Ainun menemukan fakta-fakta yang mencurigakan, seperti ketiadaan praktik-praktik keagamaan yang seharusnya, seperti azan dan salat, di padepokan Abah Mulya.
Penemuan-penemuan ini membuat Ainun tersadar bahwa orang yang selama ini diidolakannya sekaligus adalah ayah kandungnya, telah mengajarkan ajaran-ajaran yang sesat yang menjauhkannya dari ajaran yang benar.
Ainun kemudian memulai perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh ajaran sesat tersebut, sambil berusaha mencari jalan kebenaran yang sesungguhnya.
Proses ini menjadi sebuah perjalanan pribadi yang penuh tantangan dan pengorbanan bagi Ainun, yang menemukan kekuatan dan kebijaksanaan dalam upayanya untuk menemukan jalan yang benar.
