Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera – Otoritas Thailand menyebut sekitar 20 warganya masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza. Hal ini disampaikan setelah 10 sandera asal Thailand dibebaskan oleh Hamas, bersama dengan 13 sandera Israel dan satu sandera asal Filipina pada Jumat (24/11) waktu setempat.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (25/11/2023), Kementerian Luar Negeri Thailand, dalam pernyataan terbaru pada Sabtu (25/11).

Mengonfirmasi bahwa 10 warganya telah dibebaskan oleh Hamas saat gencatan senjata berlangsung di Jalur Gaza pada Jumat (24/11) waktu setempat.

Pernyataan ini meralat pernyataan Perdana Menteri (PM) Srettha Thavisin yang sebelumnya menyebut 12 sandera Thailand telah dibebaskan Hamas.

“Mengonfirmasi bahwa ada total 10 warga negara Thailand yang dibebaskan (bukan 12 orang seperti yang dilaporkan sebelumnya),” tegas pernyataan Kementerian Luar Negeri Thailand.

“Para pejabat Kedutaan Besar Kerajaan Thailand sedang bersama kelompok tersebut dan telah memberitahu kerabat mereka,” imbuh pernyataan itu.

Para sandera asal Thailand yang dibebaskan itu terdiri atas sembilan laki-laki dan seorang perempuan, dengan foto yang dirilis Kementerian Luar Negeri Thailand menunjukkan mereka mengenakan jaket warna hijau dan didampingi dokter di sebuah pusat medis di Israel.

Dari Jalur Gaza, mereka dibawa ke Mesir terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Israel, sebagaimana disepakati dalam kesepakatan gencatan senjata.

Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan bahwa 10 warganya yang dibebaskan Hamas itu akan dipulangkan setelah 48 jam berada di Pusat Medis Shamir di Israel

Untuk menjalani pemeriksaan medis. Disebutkan bahwa para pejabat Thailand bersiap memulangkan mereka ‘kepada keluarga mereka sesegera mungkin’.

Sementara itu, empat dari 10 sandera asal Thailand yang dibebaskan itu belum pernah dikonfirmasi disandera oleh Hamas.

Dengan demikian, menurut Kementerian Luar Negeri Thailand, saat ini masih ada sekitar 20 warganya — di antara sekitar 215 total sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Qatar, selaku mediator dalam kesepakatan Israel dan Hamas, telah mengonfirmasi bahwa total 24 sandera terdiri atas 13 sandera Israel, 10 sandera Thailand, dan satu sandera Filipina telah dibebaskan oleh Hamas pada Jumat (24/11) dan diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional di Jalur Gaza.

Israel, sebut Qatar, juga telah membebaskan 39 tahanan Palestina, yang terdiri atas tahanan perempuan dan anak-anak di bawah umur, dari penjara-penjaranya.

Pembebasan para sandera dan tahanan itu merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata selama empat hari antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Pembebasan para sandera Thailand ini, meskipun dilakukan bersamaan pembebasan sandera-sandera Israel, didasarkan pada kesepakatan terpisah yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dengan Hamas.

Diungkapkan seorang pejabat yang memahami perundingan terpisah itu bahwa perundingan terpisah dilakukan ketika Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand mengunjungi Qatar pada 31 Oktober lalu, yang menghasilkan kesepakatan khusus dengan Hamas untuk membebaskan para sandera asal Thailand.

Kementerian Luar Negeri Thailand berterima kasih kepada Qatar, Israel, Mesir, Iran dan Malaysia, serta Komite Palang Merah Internasional dan ‘pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam upaya besar yang berujung pembebasan baru-baru ini’.

Sekitar 30.000 warga Thailand bekerja di Israel, sebagian besar di sektor pertanian, saat Hamas menyerang pada 7 Oktober lalu hingga menewaskan 1.200 orang.

Menurut Kementerian Luar Negeri Thailand, sedikitnya 39 warganya tewas dan 19 orang lainnya mengalami luka-luka dalam perang antara Israel dan Hamas.

Lebih dari 8.500 warga Thailand telah dievakuasi dan dipulangkan ke negaranya sejak perang berkecamuk sebulan lalu.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera Israel-Hamas Sepakat Bebaskan Sandera dan Gencatan Senjata, Nasib RS Indonesia di Gaza?

Perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza telah memasuki hari ke-49 pada Jumat (24/11/2023). Pada hari yang sama pula, tepatnya pukul 07.00 waktu setempat.

Gencatan senjata sementara selama empat hari antara Hamas dan Israel yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar resmi berlaku.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari menjelaskan bahwa berdasarkan kesepakatan, Hamas akan membebaskan 13 sandera yang terdiri dari anak-anak dan perempuan pada Jumat pukul 16.00 waktu setempat. Total ada 50 dari 240 sandera yang akan dilepas Hamas selama empat hari.

Namun, ternyata pada hari pertama gencatan senjata, Qatar mengonfirmasi ada 24 sandera yang dibebaskan Hamas. Demikian seperti dikutip dari The Guardian.

“Mereka yang dibebaskan antara lain 13 warga negara Israel, beberapa di antaranya berkewarganegaraan ganda, serta 10 warga negara Thailand dan satu warga negara Filipina,” ungkap Al-Ansari.

Sumber keamanan Mesir, seperti dilansir Reuters, menyebutkan bahwa para sandera diserahkan ke Palang Merah dan delegasi keamanan Mesir, yang telah melakukan perjalanan ke Jalur Gaza pada Kamis (23/11). Kemudian mereka akan dibawa keluar melalui Mesir untuk dipindahkan ke Israel.

Selain gencatan senjata sementara, imbalan yang diterima Hamas adalah pembebasan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Terkait hal ini, Al-Ansari membenarkan pembebasan 39 tahanan Palestina dari penjara Israel.

Gencatan senjata sementara juga memungkinkan bantuan kemanusiaan mengalir ke Jalur Gaza.

Wartawan Reuters mengaku melihat tank-tank Israel bergerak menjauh dari utara Jalur Gaza, sementara truk-truk bantuan datang dari Mesir di selatan.

Ketua Badan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan seperti dikutip dari CBS News mengatakan pada Jumat pagi bahwa sekitar 34.000 galon bahan bakar akan memasuki Jalur Gaza setiap hari selama gencatan senjata sementara, bersama dengan sekitar 200 truk pengangkut makanan, obat-obatan, dan air.

“Kebutuhannya sangat besar, tidak peduli berapa banyak bantuan yang Anda berikan, pasti akan ada lebih banyak lagi yang dibutuhkan,” ungkap Rashwan.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Dilansir Reuters, tidak ada suara dari aktivitas Angkatan Udara Israel pada hari pertama gencatan sementara. Demikian pula tembakan roket kelompok militan Palestina.

Di Kota Khan Younis di selatan Gaza, yang menampung pengungsi dari utara Gaza, jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang keluar rumah atau tempat berlindung.

“Kami penuh harapan, optimisme, dan kebanggaan atas perlawanan kami. Kami bangga atas pencapaian kami, meskipun hal ini menimbulkan rasa sakit,” ungkap warga bernama Khaled Abu Anzah kepada Reuters.

Mesir mengungkapkan pihaknya menjaga kontak, baik dengan Israel maupun Hamas, untuk mengonsolidasikan gencatan senjata dan mencegah pelanggaran.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Profesor Hikmahanto Juwana menilai bahwa tekanan dunia memengaruhi keputusan Israel untuk menyetujui gencatan senjata sementara.

“Kalau menurut saya itu strategi Israel karena ada tekanan dunia. Yang pasti (gencatan senjata) tidak akan permanen karena Israel merasa dia belum menang perang,” tutur Hikmahanto kepada Detikpulsa pada Jumat.

“Bagi Israel menang berarti menyerang sampai petinggi (Hamas) ditangkap baik hidup maupun mati. Lalu ada pendudukan untuk memastikan Hamas tidak punya kekuatan lagi untuk menyerang Israel dengan rudal-rudalnya.”

Ditanya apakah ada upaya hukum lain yang bisa dilakukan untuk mengadili Israel atas kejahatan perangnya di Palestina selain melalui Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Hikmahanto mengatakan tidak ada.

“Tidak ada alternatif lain karena dalam masyarakat internasional yang berlaku adalah hukum rimba, sehingga siapa yang kuat dia yang menang/benar. Israel dapat bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan AS negara yang kuat. Jadi, yang terjadi impunitas alias tidak dapat diadili,” jelas Hikmahanto.

Sementara itu, pengajar di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Irfan Ardhani menilai bahwa gencatan senjata dalam empat hari ini akan menjadi test case apakah kedua belah pihak dapat memenuhi kesepakatan sementara yang telah dicapai.

“Jika ada pelanggaran dari kedua belah pihak, tentu kita tidak bisa berharap banyak akan perubahan posisi yang signifikan,” ungkap Irfan kepada Detikpulsa pada Jumat.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Ditanya lebih lanjut apakah gencatan senjata sementara berarti menandai pergeseran posisi Israel dan Hamas terhadap satu sama lain, Irfan menuturkan, “Untuk posisi sendiri, saya kira tidak akan banyak berubah. Apalagi jika gencatan senjata tidak diikuti dengan rencana jangka panjang yang jelas.”

Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim menekankan bahwa pengawasan ketat perlu dilakukan selama gencatan senjata sementara.

“Apalagi pengalaman sudah menunjukkan bahwa Israel itu bisa saja melakukan apa saja, bahkan terhadap sesuatu yang sudah disepakati,” kata Sudarnoto kepada Detikpulsa pada Jumat.

Sudarnoto menyatakan bahwa gencatan senjata sementara saja tidak cukup, melainkan dibutuhkan jaminan. Terlebih, mengingat pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu.

“Dia tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan Hamas, itu jelas sekali .. Alasan menghancurkan Hamas itu berkali kali disebutkan. Jadi, jeda itu istirahat untuk melakukan konsolidasi. Empat hari menjadi waktu penting untuk mempertimbangkan, melakukan konsolidasi internal di kalangan Israel sendiri yang sebetulnya juga sedang menghadapi tekanan publik,” ungkap Sudarnoto.

Two state solution atau solusi dua negara yang berarti Palestina merdeka, tegas Sudarnoto, menjadi jawaban atas penyelesaian konflik Israel-Palestina.

“Keterlibatan banyak negara tidak bisa dipungkiri di dalam penyelesaian two state solution dan juga dalam rangka memberikan jaminan bahwa Israel tidak lagi melakukan okupasi, tidak melakukan tindakan kekerasan, dan Palestina merdeka,” ujar Sudarnoto, seraya menyerukan masyarakat umum untuk tidak berhenti memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

RS Indonesia di Gaza Diserang Jelang Gencatan Senjata Sementara

Israel dilaporkan tetap melancarkan pengeboman beberapa jam jelang gencatan senjata sementara. Salah satunya menargetkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

Laporan Anadolu mengutip otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa Israel membidik generator listrik Rumah Sakit Indonesia dalam serangan pada Kamis malam.

“Rumah sakit tersebut menjadi sasaran penembakan hebat yang menargetkan generator listrik dan sebagian besar bangunan,” ujar juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra.

Dikutip Al Jazeera, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa satu perempuan dalam kondisi terluka tewas akibat serangan Israel, sementara tiga orang menderita luka.

MER-C Indonesia, yang berperan sebagai pelaksana pembangunan Rumah Sakit Indonesia, mengonfirmasi bahwa tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang tersisa di Jalur Gaza dan menjadi relawan di Rumah Sakit Indonesia sudah dievakuasi ke Rafah di Gaza selatan.

“Ketiga relawan saat ini menunggu kesempatan evakuasi keluar dari Gaza,” sebut MER-C.

Lebih lanjut, Presidium MER-C Indonesia Henry Hidayatullah saat dihubungi Detikpulsa, Jumat, mengungkapkan bahwa Rumah Sakit Indonesia telah dikosongkan dan pasien telah dipindahkan ke Rumah Sakit Nasr dan Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, selatan Jalur Gaza.

Kerusakan di Rumah Sakit Indonesia akibat serangan Israel, menurut Henry, cukup parah, terutama di ruang operasi dan ICCU, termasuk pula beberapa alat medis.

“Evakuasi tiga relawan berlangsung pada Rabu sore pukul 15.00 waktu setempat dan sampai di Gaza selatan pukul 19.00 waktu setempat,” ungkap Henry.

Sampai dengan Kamis, menurut Henry, Rumah Sakit Indonesia masih dikepung tank Israel.

Dimintai konfirmasinya terkait dengan kondisi Rumah Sakit Indonesia, juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal atau yang akrab disapa Iqbal menuturkan kepada Detikpulsa, “Rumah Sakit Indonesia sudah dikosongkan. Semua pasien dan dokter sudah evakuasi ke Gaza selatan.”

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Indonesia, tegas Iqbal, menyambut positif jeda kemanusiaan ini.

“Harapan kita gencatan sejata ini berlangsung permanen, sehingga kita bisa mulai membahas secara serius penyelesaian jangka panjang yang berkesinambungan dan adil bagi kedua pihak dalam kerangka two states solution,” ujar Iqbal.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Perang Hamas Vs Israel Belum Berakhir

Melalui akun media sosialnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa perang belum berakhir.

“Tonton pesan penting dari juru bicara IDF untuk media Arab, @AvicayAdraee, kepada warga sipil Gaza:

Perang belum berakhir. Jeda kemanusiaan ini bersifat sementara. Jalur Gaza bagian utara adalah zona perang yang berbahaya dan dilarang bergerak ke utara.

Demi keselamatan Anda, Anda harus tetap berada di zona kemanusiaan di selatan.

Hanya mungkin untuk berpindah dari utara Jalur Gaza ke selatan melalui Jalan Salah al-Din.

Pergerakan penduduk dari selatan Jalur Gaza ke utara tidak diperbolehkan dan berbahaya.”

Sementara itu, The Guardian yang melansir Reuters melaporkan bahwa pemimpin Hamas yang berbasis di Qatar Ismail Haniyeh menegaskan pihaknya berkomitmen terhadap gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera selama Israel juga memegang teguh komitmennya.

Sebelumnya, pada Kamis, juru bicara sayap bersenjata Hamas menyerukan peningkatan konfrontasi dengan Israel di semua lini perlawanan.

“Kami menyerukan peningkatan konfrontasi terhadap pendudukan di seluruh Tepi Barat dan front perlawanan,” ungkao Abu Ubaida, yang merupakan juru bicara Brigade Izz el-Deen al-Qassam dalam pidatonya yang disiarkan Al Jazeera TV.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Hamas Janji Patuhi Kesepakatan Gencatan Senjata Jika Israel Juga Komitmen

Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menegaskan kelompoknya berkomitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dan pembebasan sandera asalkan Israel juga memiliki komitmen yang sama.

Seperti dilansir Al Arabiya dan Anadolu Agency, Sabtu (25/11/2023), penegasan itu disampaikan Haniyeh dalam pernyataan terbaru yang disiarkan oleh saluran satelit Al-Aqsa, yang berafiliasi dengan Hamas, pada Jumat (24/11) waktu setempat.

“Pergerakan menegaskan komitmennya untuk menerapkan kesepakatan jeda kemanusiaan selama musuh berkomitmen untuk menerapkannya,” tegas Haniyeh.

Dalam pernyataannya, Haniyeh yang kini tinggal di Qatar ini juga menyambut baik upaya-upaya untuk mengakhiri agresi Israel atas Palestina dan dicabutnya pengepungan Jalur Gaza.

“Menyambut kelanjutan upaya-upaya baik untuk mengakhiri agresi Zionis terhadap rakyat kami, ditambah dengan pencabutan pengepungan di Gaza secara menyeluruh, pertukaran tahanan, penghentian serangan terhadap Masjid Al-Aqsa, dan memampukan rakyat kami untuk mempraktikkan semua hak nasional mereka yang sah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,” cetusnya,

Haniyeh menyebut para korban perang di Gaza adalah ‘harga kebebasan, pembebasan, dan kemerdekaan’.

Jeda kemanusiaan antara Hamas dan Israel, yang disepakati berlangsung selama empat hari, telah mulai berlaku pada Jumat (24/11) pagi waktu setempat di seluruh wilayah Jalur Gaza.

Pertempuran dihentikan sementara demi pertukaran sandera dan tahanan, juga masuknya bantuan kemanusiaan.

Haniyeh menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Qatar dan Mesir yang menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

“Selama periode sebelumnya, baik Mesir maupun Qatar telah melakukan upaya-upaya diplomasi yang tekun dan aktif hingga kesepakatan ini dicapai,” sebutnya.

Lebih lanjut, Haniyeh menekankan ‘kesiapannya untuk terus bekerja sama dengan kedua negara guna mencapai penghentian komprehensif atas agresi terhadap Gaza.

Memberikan bantuan mendesak kepada warga Palestina di Gaza, dan melindungi rakyat Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat’.

Gencatan senjata ini merupakan momen pertama kali dalam tujuh pekan terakhir saat pertempuran berhenti di Jalur Gaza.

Sejauh ini tidak ada pengeboman besar, serangan artileri atau roket yang dilaporkan, meskipun Hamas dan Israel saling tuding soal adanya penembakan sporadis dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Baik Hamas maupun Israel sama-sama menegaskan bahwa perang akan berlanjut dengan kecepatan penuh setelah gencatan senjata selesai dilakukan.

Jumlah korban tewas akibat serangan Israel terhadap Jalur Gaza dilaporkan nyaris mencapai 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak.

Gempuran Israel ini menjadi respons atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang yang sebagian besar warga sipil.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Hamas Bebaskan 13 Warga Israel, Netanyahu Janji Pulangkan Semua Sandera

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pemerintahannya berkomitmen memulangkan semua sandera yang kini ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

Penegasan ini disampaikan Netanyahu setelah 13 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Seperti dilansir Al Jazeera, Sabtu (25/11/2023), Netanyahu dalam komentar pertamanya sejak pembebasan sandera Israel oleh Hamas.

Menyatakan bahwa pemulangan semua sandera adalah ‘salah satu tujuan perang’ yang dipicu oleh Israel di Jalur Gaza.

“Kita baru saja menuntaskan kepulangan sandera-sandera pertama kita: Anak-anak, ibu mereka dan beberapa perempuan lainnya. Masing-masing dari mereka adalah segalanya,” ucap Netanyahu dalam pernyataan singkatnya via media sosial X.

“Namun saya menekankan kepada Anda, kepada para keluarga, kepada Anda warga Israel, kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera. Ini adalah salah satu tujuan perang dan kami berkomitmen untuk mencapai semua tujuan perang,” tegasnya.

Netanyahu juga kembali mengingatkan bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas bukan berarti akhir dari perang.

Dia menyatakan bahwa Israel akan terus berupaya untuk ‘memusnahkan’ Hamas.

Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza telah berlangsung selama lebih dari tujuh pekan terakhir. Israel melancarkan gempuran tanpa henti terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 240 orang disandera.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan hampir 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza demi pembebasan sandera, yang dimediasi Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS), telah dicapai oleh Israel dan Hamas, dan mulai diberlakukan pada Jumat (24/11) waktu setempat.

Pada gencatan senjata hari pertama, menurut Qatar yang menjadi mediator kesepakatan Israel dan Hamas, total 24 sandera, terdiri atas 13 sandera Israel, 10 sandera Thailand, dan satu sandera Filipina, telah dibebaskan dan diserahkan oleh Hamas kepada Komite Palang Merah Internasional di Jalur Gaza.

Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan 39 tahanan Palestina, yang terdiri atas tahanan perempuan dan anak-anak di bawah umur, dari penjara-penjaranya.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

PM Srettha Thavisin: 12 WN Thailand Disandera Hamas Sudah Dibebaskan

Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin menyampaikan 12 WN Thailand yang disandera Hamas telah dibebaskan. Mereka dibebaskan Jumat waktu setempat.

Dilansir AFP, Jumat (24/11/2023) belasan orang itu dibebaskan beberapa jam setelah gencatan senjata Israel-Hamas dimulai.

“Telah dikonfirmasi oleh pihak keamanan dan Kementerian Luar Negeri bahwa 12 sandera Thailand telah dibebaskan,” kata Thavisin.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara berkunjung ke Timur Tengah dalam upaya mencari jaminan pembebasan puluhan warga Thailand yang disandera Hamas.

Saat mengunjungi Qatar dan Mesir, Parnpree meminta bantuan pejabat Iran untuk membantu pembebasan sandera asal Thailand.

Seperti dilansir AFP, otoritas Israel menyebut lebih dari 230 sandera, termasuk warga negara asing, disandera Hamas dalam serangan mengejutkan pada 7 Oktober lalu dan dibawa ke Jalur Gaza.

Para pejabat Tel Aviv menyebut lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas.

Terdapat sedikitnya 23 warga Thailand yang hingga kini masih disandera oleh Hamas.

Parnpree, dalam upaya menjamin pembebasan para sandera asal Thailand, melakukan perjalanan hingga ke Qatar dan Mesir pekan ini untuk melakukan pembicaraan soal para sandera Hamas.

Hamas bebaskan 10 Warga Thailand 20 Masih diSandera

Share: