Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza – Sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel yang “menargetkan” sebuah sekolah di Gaza utara.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas di wilayah Palestina tersebut pada Sabtu (4/11) pagi waktu setempat.

“20 orang yang mati syahid dan puluhan orang yang terluka, tiba di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza setelah serangan langsung terhadap sebuah sekolah yang diubah menjadi kamp darurat bagi para pengungsi di daerah al-Saftawy di Gaza utara,” kata Kementerian Kesehatan Gaza dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11/2023).

“Beberapa mortir tank jatuh ke sekolah yang menjadi sasaran langsung tersebut,” imbuh kementerian.

Sebelumnya, pasukan Israel juga menggempur konvoi ambulans di luar rumah sakit Al Shifa di Gaza.

Organisasi Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina sebelumnya, mengatakan salah satu ambulansnya terkena “sebuah rudal yang ditembakkan oleh pasukan Israel” hanya beberapa meter dari pintu masuk rumah sakit di Kota Gaza.

Serangan rudal Israel itu disebut menewaskan 15 orang dan melukai lebih dari 60 orang lainnya.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan dirinya merasa ngeri dengan serangan Israel tersebut.

“Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar rumah sakit Al Shifa. Gambaran jasad-jasad yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan,” kata Guterres dalam pernyataannya, dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11/2023).

Seorang jurnalis AFP di lokasi serangan melihat banyak jasad-jasad di samping ambulans yang rusak di luar rumah sakit, yang penuh sesak dengan warga sipil yang mencari perlindungan dari bombardir Israel serta mereka yang terluka.

Militer Israel mengatakan pihaknya telah melancarkan serangan udara terhadap “sebuah ambulans yang diidentifikasi oleh pasukan sebagai digunakan oleh sel Hamas di dekat posisi mereka di zona pertempuran.”

Bersikeras bahwa dia “tidak melupakan serangan teror yang dilakukan Hamas di Israel,” Guterres menambahkan bahwa “selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan dibom keluar dari rumah-rumah mereka.”

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Israel Serang Sekolah Gaza yang Jadi Tempat Penampungan

PBB melaporkan bahwa sekolah-sekolah yang kini menjadi tempat penampungan turut menjadi sasaran serangan Israel. Serangan ke tempat penampungan ini terjadi dalam beberapa kali dalam 24 jam.

Empat sekolah tersebut berada di lokasi berbeda. Lebih dari 20 orang tewas akibat serangan Israel tersebut, termasuk anak kecil.

Menurut laporan UNRWA, Kamis (2/11/2023), salah satu lokasi yang ditarget berada di Kamp Pengungsi Jabalia yang notabene terbesar di Jalur Gaza.

Di tempat penampungan itu ada setidaknya 20 orang tewas dan lima terluka.

Pada hari yang sama, sekolah/tempat penampungan di kamp Gaza yang lain juga diserang dan menewaskan seorang anak kecil.

Dua sekolah lain di Kamp Pengungsi Al Bureij juga diserang, akibatnya dua orang tewas dan 31 terluka.

“Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober, hampir 50 gedung dan aset UNRWA telah terdampak, dengan sebagian di antaranya dihantam langsung. Seperti hari ini, ini termasuk gedung-gedung UNRWA yang digunaan sebaga penampunga di mana UNRWA saat ini merumahkan sekitar 700 ribu orang. Dua puluh lima di antara penampunga-penampungan itu berada di Gaza utara, merumahkan 112 ribu orang,” ujr Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.

Korban jiwa dari UNRWA juga bertambah. Hingga 2 November, ada 72 UNRWA terbunuh di Gaza sejak perang dimulai. Para staf itu seringkali meninggal bersama keluarga mereka.

“Berapa banyak lagi? Seberapa banyak duka dan penderitaan? Gencatan senjata kemanusiaan sangat diperlukan demi umat manusia,” ujar Lazzarini.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Generator RS Indonesia di Gaza Sudah Mati, Ratusan Pasien dalam Bahaya

Sebelumnya dilaporkan, keadaan pelayanan kesehatan di Gaza semakin kritis. Generator utama di Rumah Sakit Indonesia di Gaza dilaporkan telah berhenti berfungsi.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut ratusan pasien kini dalam bahaya karena generator utama telah mati.

Sebelumnya, pemerintah Palestina telah mengingatkan bahwa Al-Shifa Medical Complex dan RS Indonesia yang berlokasi di utara Gaza terancam kehabisan bahan bakar.

Sementara, Dokter Tanpa Perbatasan (Medecins Sans Frontieres) berkata ada 20 ribu orang yang butuh bantuan medis di Gaza, namun Israel masih mempersulit akses untuk memberikan bantuan.

Sebelumnya dilaporkan, 10 Warga Negara Indonesia (WNI) saat ini tercatat berada di Gaza.

Tiga di antaranya memilih untuk tetap tinggal, sementara tujuh orang lainnya akan dievakuasi oleh pemerintah Indonesia.

Ketiga WNI tersebut merupakan relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang bertugas di Gaza.

“Tiga relawan MER-C sejak awal memang tidak mau dievakuasi. Sejak awal kita komunikasi, mereka memang ingin tetap tinggal,” kata Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Judha Nugraha dalam pernyataan pers, Rabu (2/11/2023).

Judha mengatakan bahwa tiga relawan tersebut tinggal di RS Indonesia di Gaza.

Mengenai keputusan mereka yang tidak mau dievakuasi, ia turut menjelaskan bahwa tugas negara adalah menyelamatkan WNI dari lokasi berbahaya ke lokasi lebih aman, yang sifatnya sukarela.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

WHO Terkejut Israel Serang Ambulans di Gaza hingga Tewaskan 15 Orang

Israel mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan konvoi ambulans di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku terkejut Israel melakukan hal tersebut.

Dilansir AFP, Sabtu (4/11/2023), Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku sangat terkejut dengan serangan mematikan Israel terhadap ambulans di dekat rumah sakit terbesar di Gaza pada hari Jumat (3/11) kemarin.

“Saya sangat terkejut dengan laporan serangan terhadap ambulans yang mengevakuasi pasien di dekat rumah sakit Al-Shifa di Gaza, yang menyebabkan kematian, cedera dan kerusakan,” kata Ghebreyesus.

Dia memperingatkan Israel bahwa petugas kesehatan, fasilitas kesehatan dan ambulans tidak boleh diserang. Menurutnya, hal-hal itu justru harus dilindungi.

“Kami tegaskan kembali: pasien, petugas kesehatan, fasilitas, dan ambulans harus dilindungi setiap saat. Selalu,” ucapnya.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Israel Serang Ambulans di Gaza

Sebelumnya diberitakan, Israel buka suara atas serangan yang menargetkan konvoi ambulans di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza.

Pihak Israel membombardir secara khusus ambulans tersebut lantaran menduga kendaraan itu berisi pasukan Hamas.

Dilansir detikpulsa, Sabtu (4/11/2023), insiden penyerangan ini menewaskan sebanyak 15 orang. Selain itu, sebanyak 50 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.

Video dari lokasi kejadian juga menunjukkan banyak orang berlumuran darah.

Para korban juga berserakan di tanah dekat ambulans yang jadi target serangan tersebut.

“Lima belas orang tewas dan 50 lainnya terluka,” kata otoritas kesehatan yang dikelola Hamas.

Dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan pihaknya menargetkan ambulans tersebut karena digunakan oleh Hamas.

Israel mengaku mengidentifikasi pergerakan pasukan hamas di zona pertempuran menggunakan ambulans.

“Sebuah pesawat IDF menyerang sebuah ambulans yang diidentifikasi oleh pasukan digunakan oleh pasukan Hamas di dekat posisi mereka di zona pertempuran,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Tak hanya itu, pihak Israel mengklaim sejumlah pasukan Hamas juga tewas imbas serangan itu.

Mereka juga mengaku punya informasi terkait adanya metode operasi Hamas memanfaatkan ambulans.

“Sejumlah anggota pasukan Hamas tewas dalam serangan itu. Kami mempunyai informasi yang menunjukkan bahwa metode operasi Hamas adalah dengan mentransfer anggota teror dan senjata dengan ambulans,” lanjut pernyataan itu.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Israel Tolak Gencatan Senjata Kecuali Sandera Dibebaskan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata sementara dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Tel Aviv.

Saat ini pertempuran antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Hamas telah memasuki pekan kelima.

Dalam pertemuan itu, Netanyahu dan Blinken membahas seruan AS agar Israel menyetujui jeda kemanusiaan dalam serangannya di Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan.

Namun Netanyahu mengatakan sampai semua sandera dibebaskan, kesepakatan seperti itu tidak bisa diterapkan.

Sementara itu, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan dia “sangat terkejut” dengan laporan ledakan di luar rumah sakit terbesar di Kota Gaza, Al-Shifa.

“Pasien, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, dan ambulans harus dilindungi setiap saat,” kata Ghebreyesus.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dalam insiden itu dan menyalahkan serangan udara Israel.

Dalam sebuah pernyataan, para pejabat Hamas mengatakan pasukan Israel menargetkan “konvoi ambulans yang membawa korban luka” dari Al-Shifa menuju perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan.

IDF membenarkan bahwa pihaknya telah mengebom sebuah ambulans, yang disebut sedang digunakan oleh agen Hamas. Namun tidak disebutkan di mana serangan itu terjadi.

Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada Channel 4 bahwa Israel yakin Hamas telah “mendirikan pusat komando” di bawah rumah sakit Al-Shifa.

Regev melanjutkan dengan mengatakan jika mereka membangun konstruksi semacam itu di bawah infrastruktur sipil, maka hal itu bisa menjadi “target yang sah”.

Thomas White, direktur urusan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan semakin sedikit yang bisa dilakukan PBB untuk melindungi warga Palestina yang berusaha berlindung dari pertempuran.

“Mari kita perjelas, tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini,” katanya.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Pengepungan di Gaza

Sebelumnya, militer Israel mengatakan pihaknya telah “menyelesaikan pengepungan Kota Gaza”.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan pasukannya telah menyerang pos-pos terdepan, markas besar, dan infrastruktur lain yang digunakan oleh Hamas.

Terletak di utara Jalur Gaza, Kota Gaza adalah bagian terpadat dari jalur tersebut sebelum serangan dimula.

Namun pada 13 Oktober Israel memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan.

Tidak jelas berapa banyak warga sipil yang saat ini berada di Kota Gaza, namun gambar yang diambil pada Kamis (02/11) menunjukkan kerusakan yang meluas di seluruh kota dan jalan-jalan yang kosong.

PBB mengatakan empat sekolahnya di Gaza yang digunakan sebagai tempat perlindungan telah rusak dalam waktu kurang dari 24 jam setelah rekaman menunjukkan terjadinya dua ledakan di sekolah.

Lembaga tersebut mengatakan satu kerusakan terjadi di kamp pengungsi Jabalia, yang terbesar di Jalur Gaza, dilaporkan menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai lima lainnya.

Dikatakan sekolah lain di kamp pengungsi Al-Shati juga rusak dan satu anak dilaporkan tewas. Kedua lokasi tersebut berada di utara Jalur Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, badan tersebut mengatakan insiden itu terjadi setelah dua hari pengeboman besar-besaran di daerah tersebut.

PBB menyebut: “Lebih jauh ke selatan, dua sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Kamp Pengungsi Al Bureij terkena serangan. Dua orang dilaporkan tewas dan 31 lainnya luka-luka.”

Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 9.000 warga Palestina dilaporkan tewas terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober silam, ketika konflik terbaru antara Israel dan Hamas pecah.

Jumlah itu termasuk 3.760 anak yang meninggal dunia, sementara 32.000 lainnya terluka, menurut kementerian kesehatan.

Israel telah memborbardir Gaza dengan serangan udara sejak Hamas melakukan serangan terhadap Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, dan menyandera lebih dari 200 warga dan tentara Palestina.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan sebanyak 242 orang kini disandera di Gaza.

Hamas menyebut mereka menyembunyikan para sandera di penjuru Gaza, termasuk terowongan bawah tanah mereka.

Oleh karena itu, Israel mengatakan militernya kini menargetkan infrastruktur Hamas, termasuk terowongan dan peluncur roket.

Sementara itu, diperkirakan akan semakin banyak orang yang meninggalkan Gaza melintasi perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Ratusan warga negara asing meninggalkan Gaza, bagaimana dengan WNI?

Sebelumnya, sebanyak 335 orang pemegang paspor asing dan 76 warga Palestina yang mengalami luka-luka telah meninggalkan Gaza melalui pintu perbatasan Rafah – untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.

Pembukaan pintu perbatasan Rafah ini membuka peluang bagi Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk mengevakuasi para warga negara Indonesia dari Gaza ke Mesir.

WNI yang berada di Gaza saat ini berjumlah 10 orang. Selain tiga relawan lembaga penyalur bantuan kemanusiaan MER-C, WNI di Gaza adalah orang yang menikah dengan warga lokal.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan tim Kemlu dari Kairo sudah berada di Rafah pada Rabu (01/11) untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi.

“Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan,” ungkap Retno sebagaimana dikutip dari situs Kemlu RI.

Retno mewanti-wanti bahwa situasinya sangat dinamis dan evakuasi kemungkinan tidak dilakukan secara sekaligus.

“Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan.

“Betul-betul situasi sangat dinamis. Tapi yang kita perlu pastikan adalah kalau toh ada perjalanan, maka perjalanan itu sudah mendapat jaminan keamanan dari semua pihak sehingga evakuasi dapat dilakukan dengan selamat,” papar Retno.

Perbatasan Rafah dari Gaza ke Mesir dibuka untuk pertama kalinya sejak Israel melakukan serangan balasan atas serangan milisi Hamas pada 7 Oktober silam.

Selain ratusan warga yang meninggalkan Gaza menuju Mesir, sebanyak 20 truk pengangkut bantuan diizinkan masuk ke Gaza dari Mesir.

Sementara itu, di Gaza, layanan telepon dan internet terputus total, kata penyedia layanan komunikasi Paltel.

Israel telah mengebom Gaza sejak serangan Hamas 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan 239 orang diculik sebagai sandera.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 8.700 orang telah tewas sejak pemboman balasan Israel dimulai.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Israel gempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza

Sebelumnya, militer Israel membenarkan bahwa jet-jet tempurnya telah menggempur kamp pengungsi Jabalia di Gaza.

Israel mengeklaim serangan tersebut menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan menewaskan seorang komandan senior Hamas.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 50 orang tewas, sedangkan Komunitas Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 25 orang.

Seorang dokter di Gaza mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakitnya telah menerima 120 orang tewas.

Tamara Al-Rifai dari badan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa Jabalia adalah kamp pengungsi yang sangat miskin. Bahkan “sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan”.

Awalnya, Jabalia adalah sebuah kamp yang dilengkapi tenda.

Namun seperti kebanyakan kamp yang didirikan pada tahun 1948, kamp-kamp tersebut perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang lebih mirip dengan kota-kota kumuh.

Al-Rifai mengatakan UNRWA mengenal kamp tersebut dengan sangat baik karena ini adalah kamp terbesar dari delapan kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan juga yang paling padat penduduknya.

Badan PBB tersebut memiliki 16 sekolah di kamp tersebut, kata Al-Rifai, “jadi saya berani mengatakan bahwa rekan-rekan saya di sekolah ini – para guru, pendidik – mengenal sebagian besar anak-anak di kamp ini sehingga ini adalah momen yang sangat sulit bagi mereka.”

Juru bicara militer Israel, Letkol Jonathan Conricus, mengeklaim serangan di kamp pengungsi Jabalia menewaskan Ibrahim Biari, seorang komandan batalyon Hamas.

Conricus menyebut Biari sebagai “orang penting dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober”.

Conricus mengatakan “puluhan” milisi Hamas telah terbunuh di “kompleks terowongan bawah tanah yang luas” tempat Biari mengarahkan operasinya.

Dia mengatakan militer Israel telah menyerang di antara bangunan, menargetkan kompleks terowongan di bawahnya.

Runtuhnya terowongan tersebut, kata dia, menyebabkan bangunan di sekitarnya ambruk. Hal ini, katanya “tidak dapat dihindari”.

Militer Israel, katanya, sedang menyelidiki laporan “kerusakan tambahan” dan “korban di pihak non-tempur”.

Perlu diingat bahwa BBC tidak dapat segera memverifikasi sebagian besar klaim-klaim tersebut.

Gempuran Israel di kamp pengungsi Jabalia berlangsung di tengah operasi darat. Sejumlah tank dan kendaraan lapis baja dilaporkan terus bergerak menuju Kota Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 8.500 orang telah tewas sejak pengeboman balasan Israel dimulai menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.400 orang dan menyebabkan sedikitnya 239 sandera diculik dari Israel.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Netanyahu: ‘Ini waktunya untuk berperang’

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya menolak melakoni gencatan senjata dengan Hamas. Alih-alih berdamai, Netanyahu menyatakan “ini waktunya untuk berperang”.

“Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober,” papar Netanyahu.

“Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme,” ujarnya.

“Alkitab mengatakan ‘ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang,” cetus Netanyahu.

Ketika ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas.

Netanyahu menjawab: “Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan – bukan kepastian – untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan.”

“Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera,” tambah Netanyahu.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada komite parlemen bahwa perang tersebut akan terdiri dari tiga tahap.

“Tahap pertama dari kampanye ini dimaksudkan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas untuk mengalahkan dan menghancurkan Hamas,” kata Gallant.

Dia menggambarkan tahap kedua sebagai pertempuran lanjutan saat pasukan bekerja untuk “menghilangkan kantong-kantong perlawanan”.

Dan tahap ketiga, kata Gallant, “akan membutuhkan penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza, dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel”.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Israel peringatkan RS evakuasi pasien dan pengungsi

Di tengah operasi darat militer Israel, Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa daerah sekitar Rumah Sakit Al-Quds mengalami pengeboman besar-besaran dari pasukan Israel.

“Serangan artileri dan udara terus menerus di daerah Tal-Alhwa di #Gaza tempat Rumah Sakit Al-Quds berada,” sebut lembaga amal tersebut di X, yang sebelumnya bernama Twitter.

“Bangunan bergetar dan warga sipil yang mengungsi serta kru mengalami ketakutan dan kepanikan.”

Laporan itu mengemuka setelah Israel memperingatkan bahwa rumah sakit di Kota Gaza harus dievakuasi.

Sebelumnya, ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).

Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang – banyak di antaranya dalam perawatan intensif – adalah hal yang mustahil.

Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil.

“Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit,” kata White.

“Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan,” ujarnya kemudian.

Dia kemudian berkata bahwa orang-orang yang kini berada di utara Gaza – tak hanya pasien – juga “tak bisa berpindah karena mereka tak memiliki moda transportasi”.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Israel terus menggencarkan serangan udara di area sekitar rumah sakit, seiring operasi darat yang mereka lakukan di bagian utara Jalur Gaza.

Direktur Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza, Bassam Mourad, bahkan mengaku telah menerima beberapa peringatan untuk mengevakuasi gedung tersebut.

“Yang pertama adalah melalui panggilan telepon dari Bulan Sabit Merah Palestina yang dihubungi oleh tentara Israel. Mereka meminta seluruh pasien dan pekerja, serta mereka yang berada di rumah sakit, dievakuasi ke selatan Gaza,” kata Mourad kepada kantor berita Reuters.

“Mereka menyebutkan bahwa kawasan ini akan menjadi zona militer dan akan berlangsung bentrokan. Kawasan tersebut akan berbahaya sehingga kami harus segera mengungsi,” tambahnya.

Dia melanjutkan dengan mengatakan jumlah pengungsi yang tinggal di rumah sakit berkisar antara 12.000 hingga 14.000 jiwa.

“Angkanya berubah setiap hari selain departemen rumah sakit dan unit perawatan intensif,” ungkap Mourad.

Seorang warga bernama Abu Qusai Al-Deeb telah berlindung di RS Al-Quds di Kota Gaza selama tiga minggu,

Dia mengatakan dia menerima sekitar enam peringatan agar meninggalkan rumah sakit.

“Kami mengatakan kepada mereka, sebutkan tempat yang aman dan kami akan meninggalkan rumah sakit. Tidak ada tempat yang aman, tidak di selatan, atau di seluruh Gaza”, tegasnya kepada kantor berita Reuters.

BBC News menerima pesan dari seorang dokter bahwa “pengeboman gencar berlangsung di sekitar lokasi Rumah Sakit Al-Quds”.

Dia menambahkan: “Semuanya, khususnya anak-anak, merasa sangat takut. Mereka [Israel] mengebom gedung-gedung di belakang rumah sakit”.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan melalui media sosial bahwa “mustahil” mengevakuasi para pasien dari RS Al-Quds secara aman.

Bulan Sabit Merah Palestina mengamini hal itu. Mereka mengunggah pernyataan: “Mengevakuasi [para pasien] sama saja membunuh mereka”.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Presiden Jokowi ‘sangat marah’

Presiden Indonesia Joko Widodo mengaku “sangat marah” dengan memburuknya situasi di Gaza, terutama situasi kemanusiaan di sana.

“Posisi Indonesia sangat jelas dan tegas, mengutuk keras serangan acak terhadap masyarakat sipil dan fasilitas sipil di Gaza,” tegas Jokowi dalam pernyataan resminya, Senin (30/10).

Dia memastikan bahwa Indonesia terus melakukan komunikasi dengan banyak pihak untuk mengupayakan penyelesaian masalah ini.

Di sisi lain, tambah Jokowi, Indonesia akan segera mengirim bantuan kemanusiaan ke Palestina.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

“Kloter pertama akan akan dikirimkan minggu ini,” imbuhnya.

Sebelumnya, PBB memperingatkan pasokan bahan bakar di Gaza akan segera habis, mengakibatkan rumah sakit menutup hampir seluruh layanannya, kecuali Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Seiring beberapa negara di seluruh dunia menyerukan “jeda kemanusiaan” dalam upaya menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, PBB telah memperingatkan Gaza akan kehabisan bahan bakar pada Rabu (25/10) malam.

Jika bahan bakar habis, itu akan berdampak sangat besar pada upaya bantuan kemanusiaan yang mereka lakukan di wilayah yang tengah dilanda prahara tersebut.

PBB menekankan pentingnya pengiriman pasokan bahan bakar ke wilauah itu demi memastikan warga mendapatkan air minum yang bersih, layanan rumah sakit tetap buka dan operasi bantuan dapat terus berlanjut.

Menipisnya pasokan bahan bakar di Gaza, memicu kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap layanan kesehatan.

Badan-badan PBB lainnya memperkirakan bahwa sepertiga rumah sakit di Gaza dan hampir dua per tiga klinik layanan kesehatan utama ditutup karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar.

Wartawan BBC di Gaza, Rushdi Abualouf, mengatakan rumah sakit kini telah menutup hampir semua layanannya kecuali instalasi gawat darurat.

“Sebagian besar departemen di rumah sakit ditutup karena mereka ingin meminimalkan jumlah bahan bakar yang mereka gunakan,” ujarnya kepada program Today di BBC Radio 4.

Akan tetapi, fasilitas penting seperti unit dialisis masih beroperasi, kendati dengan perawatan yang sangat minim.

Dalam satu hari serangan udara Israel, menyebabkan 436 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Israel mengatakan pihaknya menargetkan infrastruktur Hamas dalam serangannya, termasuk terowongan. Israel mengeklaim berhasil menggempur 320 sasaran dalam sehari.

Israel juga melancarkan serangan darat terbatas ke Gaza untuk mencari informasi tentang warga Israel yang disandera milisi Hamas.

Ledakan di RS Al-Ahli

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Krisis kemanusiaan terus terjadi di Palestina.

Kelompok Hamas – pihak berwenang di Gaza – mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli.

Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.

BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.

“Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor, dan beberapa di antaranya tanpa anestesi,” kata juru bicara kementerian Dr Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada Rabu (18/10) pagi.

Dia menambahkan bahwa banyak dari korban adalah anak-anak dan perempuan, serta menambahkan bahwa banyak dari cedera yang diderita para korban “di luar kemampuan tim medis kami”.

Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai “kejahatan perang”, sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.

Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab.

Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Prancis Desak Penjelasan Usai Gedung Kebudayaannya di Gaza Diserang Israel

Prancis bereaksi atas serangan terhadap gedung lembaga kebudayaannya oleh Israel di Gaza. Prancis menuntut Israel memberi penjelasan atas serangan tersebut.

Dilansir AFP, Sabtu (4/11/2023), Menteri Luar Negeri Paris Catherine Colonna menyebut pihaknya heran dengan Israel yang turut membombardir lembaga kebudayaan di Prancis. Dia engaku tidak paham maksud Israel.

“Hari ini kami mengumumkan kepada publik bahwa Institut Kebudayaan Prancis di Gaza diserang beberapa hari yang lalu dengan cara yang menimbulkan keheranan, ketidakpahaman dan membuat Prancis meminta penjelasan dari pihak berwenang Israel,” kata Colonna kepada media Prancis saat berkunjung ke ibu kota Nigeria. Abuja.

Sebelumnya Kementerian Prancis melaporkan tidak ada warga negara atau staf yang hadir ketika insiden itu terjadi di lembaga tersebut.

Colonna juga menuntut penyelidikan penuh terkait alasan gedung itu ikut kena serangan Israel. Dia juga memastikan pihaknya tengah melakukan dialog terkait itu.

“(Kami berusaha) memahami bagaimana sebuah lembaga kebudayaan Prancis bisa menjadi sasaran serangan Israel. Oleh karena itu, kami sedang berdialog dengan mitra Israel kami di berbagai tingkatan,” katanya.

20 Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

Share: