Oasis Misterius Bertembok Besar di Arab Saudi Usianya 4000 Tahun – Benteng besar Zaman Perunggu yang mengelilingi Oasis Khaybar di Gurun Arab Utara ditemukan oleh para arkeolog.
Oasis Misterius Bertembok Besar di Arab Saudi Usianya 4000 Tahun
Tembok ini dulunya membentang sepanjang 14,5 kilometer, menjadikannya salah satu dari dua oasis bertembok terbesar yang pernah digali di Arab Saudi.
Sisa-sisa benteng besar tersebut diperkirakan berasal dari tahun 2250 dan 1950 SM. Di masa itu, oasis merupakan hal yang umum di wilayah tersebut dan dihuni oleh penduduk yang menetap.
Meskipun merupakan salah satu benteng terpanjang yang diketahui pada periode ini, tidak ada tembok seperti itu yang pernah teridentifikasi di Khaybar, selain benteng zaman Islam yang terkenal di tengah lembah sungai.
Dikutip dari IFL Science, Jumat (12/1/2024) para peneliti yakin oasis bertembok ini sudah lama tidak terdeteksi karena perubahan ekstrem lanskap gurun selama empat milenium terakhir.
Setelah akhirnya menemukannya, tim tersebut mampu memperkirakan dimensi asli benteng tersebut, yakni panjang sekitar 14,5 kilometer, tebal 1,7 hingga 2,4 meter, dan tingginya 5 meter. Namun, kurang dari separuh panjangnya sanggup bertahan hingga saat ini.
Pada masa kejayaannya, tembok raksasa ini mampu menutupi wilayah seluas hampir 1.100 hektar.
Hanya kota berbenteng Tayma, yang memiliki tembok sepanjang 19 kilometer, yang dapat menyaingi Khaybar dalam hal ukuran. Kedua situs tersebut merupakan oasis bertembok terbesar di wilayah tersebut.
Dalam mengidentifikasi Khaybar sebagai oasis bertembok besar yang merupakan bagian dari jaringan pemukiman berbenteng lainnya di barat laut Arabia.
Tim ini telah memberikan sedikit pencerahan mengenai pendudukan manusia di wilayah tersebut dan memperluas pemahaman kita tentang kompleksitas sosial pada periode pra-Islam.
“Berasal dari akhir milenium ketiga SM, Benteng Khaybar mungkin dibangun oleh penduduk pribumi saat mereka menetap dan secara terang-terangan membatasi wilayah oasis mereka,” tulis para peneliti dalam studi baru mereka.
“Benteng ini bertahan selama beberapa abad sebelum dibongkar atau diganti dengan bangunan yang lebih baru. Selain penemuan monumen yang unik dan tertanggal dengan baik, pengakuan terhadap oasis bertembok Khaybar juga merupakan tonggak penting dalam warisan arsitektur dan sosial Arab utara,” mereka menyimpulkan.
Dengan usia 4.000 tahun, oasis bertembok di Khaybar tidak dapat disangkal merupakan salah satu pemukiman tertua yang dibentengi.
Namun situs ini bukan menjadi benteng tertua di dunia karena sebutan itu sudah menjadi milik Benteng Amnya di Siberia yang usianya 8.000 tahun.
Misteri Penampakan Roda ‘Karya Para Tetua’ di Oasis Arab
Ribuan struktur batu di atas oasis itu ternyata bukan gundukan semata. Melainkan, pola geometris berbentuk roda yang terlihat jelas dari angkasa. Para arkeolog memperkirakan ia berasal dari 8.500 tahun yang lalu.
Pola misterius ini lebih tua daripada geoglyph terkenal di Peru yang disebut Nazca.
Sebagian dari desain raksasa yang terletak di Oasis Azraq di Yordania tersebut diduga punya makna astronomis, sengaja dibangun agar selaras dengan terbitnya matahari pada saat titik balik sang surya di musim dingin (winter solstice).
Itu cuma sebagian besar temuan di Timur Tengah yang kali pertama disadari keberadaannya oleh para pilot semasa Perang Dunia I.
Pilot jet tempur Angkatan Udara Inggris (RAF), Letnan Percy Maitland membuat tulisan tentang penampakan tersebut dalam jurnal Antiquity tahun 1927.
Yang menginformasikan bahwa Suku Badui menyebut struktur tersebut sebagai ‘works of the old men’, istilah yang masih digunakan oleh para peneliti sampai sekarang.
Termasuk dalam ‘works of the old men’ itu di antaranya roda-roda, yang umumnya memiliki jari-jari yang memancar keluar dari pusatnya, layang-layang (struktur batu yang digunakan untuk menjebak dan membunuh binatang), liontin (barisan tugu batuan) dan dinding berkelok-kelok: struktur misterius yang panjangnya berliku-liku hingga mencapai ratusan kaki.
“Karya-karya ini menunjukkan pola geometris spesifik dan terbentang sepanjang puluhan meter hingga ratusan kilometer, yang menunjukkan kemiripan dengan sistem garis geometrik terkenal di Nazca, Peru,” tulis seorang anggota tim arkeologis dalam sebuah makalah yang diterbitkan baru-baru ini dalam Jurnal Ilmu Arkeologi, seperti dikutip dari LiveScience, Kamis (3/12/2015)
Nazca Line di Peru diperkirakan berasal dari tahun 200 SM hingga tahun 500 Masehi.
“Struktur roda dan lainnya terletak di sepanjang wilayah Arabia, dari Suriah melintasi Yordania dan Arab Saudi hingga ke Yaman,” tulis peneliti.
“Yang paling mengejutkan adalah struktur ini sulit dikenali dari darat. Berbeda sekali jika diamati dari udara.”
Riset terbaru di Timur Tengah itu dipublikasikan baru-baru ini di Jurnal Ilmu Arkeologi serta Jurnal Arkeologi Dan Epigrafi Arab.
LiveScience juga memperoleh salinan awal dari artikel yang akan dipublikasikan di jurnal Antiquity.
Masa Prasejarah
Hasil pengujian menunjukkan, sebagian dari roda-roda kuno itu berusia 8.500 tahun, masa prasejarah ketika iklim masih lebih basah di sebagian wilayah Timur Tengah.
Menggunakan teknik yang disebut Pendaran Terstimulasi Optik (Optically Stimulated Luminescence) atau OSL, arkeolog menentukan usia dua roda di Wadi Wisad, di Padang Pasir Hitam di Yordania.
Roda pertama diketahui berasal dari 8.500 tahun yang lalu, sedangkan yang satunya lagi menunjukkan usia berbeda-beda yang mengindikasikan situs tersebut dibangun 8.500 tahun yang lalu sebelum diperbaiki ulang sekitar 5.500 tahun lalu.
Saat roda-roda ini dibangun, iklim di Padang Pasir Hitam lebih bersahabat sehingga Wadi Wisad masih berpenghuni.
“Arang dari guguran kayu ek dan tamariska (semacam semak) ditemukan dari dua tungku di sebuah bangunan yang berasa dari tahun 6500 S.M,” tulis para peneliti dalam edisi Antiquity mendatang.
Penjajaran dengan matahari?
Analisis spasial dari roda-roda ini menunjukkan, sekumpulan roda yang terletak di Oasis Azraq memiliki jari-jari dengan orientasi tenggara-barat laut yang kemungkinan sejajar dengan arah matahari terbit saat titik balik matahari di musim dingin.
“Kebanyakan jari-jari roda di kumpulan itu diarahkan dengan alasan tertentu agar meregang ke arah tenggara-barat laut,” tulis para peneliti dalam Jurnal Ilmu Arkeologi yang dikutip dari Live Science. Ini menunjukkan ke arah terbitnya matahari saat titik balik matahari di musim dingin.”
Para peneliti menuliskan, tak diketahui apakah penjajaran ini disengaja atau tidak. “Sedangkan roda-roda lainnya sepertinya tidak mengandung informasi arkeologis-astronomis apapun.”
“Kedua roda itu bentuknya sederhana dan tidak dibuat secara kokoh menurut standar geometrik. Ini sangat berbeda dengan roda-roda lainnya yang sepertinya dibuat dengan perhatian penuh pada detil seperti halnya Nazca Lines,” ucap Profesor di Whitman College di Walla Walla, Washington, Gary Rollefson.
Rollefson mengatakan, ada kemungkinan roda-roda ini punya fungsi berbeda-beda. Dalam hal kedua roda tadi, “adanya tugu tadi mengindikasikan adanya hubungan dengan pemakaman, karena begitulah pada umumnya orang yang sudah mati diperlakukan.”
Rollefson secara hati-hati menyebutkan kalau ada roda lain yang tidak memiliki tugu sama sekali, yang sepertinya punya fungsi berbeda.
Rollefson adalah wakil direktur Projek Arkeologis Badia Timur. Timnya berharap dalam beberapa tahun mendatang bisa menggali beberapa tugu, yang terletak di dalam roda-roda tersebut.
Terlihat dari Langit
Alasan kenapa orang zaman prasejarah membangun struktur berbentuk roda yang tak bisa dilihat jelas dari darat masih menjadi misteri.
Tidak ada teknologi balon atau pesawat glider waktu itu. Sebagai tambahan, peneliti menyebutkan kalau memanjat ke tempat lebih tinggi untuk melihatnya sepertinya juga hampir mustahil.
Walaupun susah dikenali dari darat, roda-roda itu bukannya tak terlihat. “Memang, seseorang tak bisa melihat produk jadinya kalau berdiri di daratan, tapi masih memungkinkan untuk mengenali konfigurasi geometrik umum tersebut,” sebut Rollefson pada LiveScience.
Dia mengatakan untuk membuat desain roda secara akurat, orang-orang mungkin harus menggunakan tali panjang dan pancang.
Temuan Serupa di Arab Saudi
Sebuah tim dengan Arsip Arkeologi Dengan Fotografi Udara Timur Tengah (APAAME) menemukan, roda-roda yang terletak di Arab Saudi dan Yaman terlihat berbeda dari yang ditemukan jauh di utara.
Mereka telah meneliti roda-roda itu, beserta ‘works of the old men’ lainnya dengan menggunakan citra satelit gratis yang tersedia di Google Earth dan Bing.
Mereka juga menggunakan gambar udara bersejarah yang diambil di Arab Saudi dan Yaman selama Abad ke-20.
Lingkaran ini cenderung kecil dan hanya memiliki satu atau dua batang dan bukannya jari-jari, ungkap David Kennedy dari University of Western Australia yang juga adalah wakil direktur proyek ini.
Dia juga menyebutkan, beberapa roda-roda tersebut sebenarnya berbentuk kotak, persegi panjang atau segitiga.
Salah satu strukturnya justru terlihat seperti sasaran (bull’s eye), menurut gambar yang dikirimkan ke Live Science.
Tiga segitiga menunjuk ke arah roda sasaran tersebut, dan terdapat tumpukan kecil batu yang menuntun dari tiga segitiga itu ke arah roda tersebut.
Kennedy menyebutnya sebagai sebuah makam berbentuk sasaran dengan tiga segitiga yang masing-masingnya terdiri dari garis penghubung berupa tumpukan batu ke arah pusatnya.
Saat ini, para arkeolog tidak dapat melakukan penelitian atau pengambilan gambar lapangan (dengan pesawat atau helikopter) di wilayah Arab Saudi atau Yaman.
Gerbang Padang Pasir
Bentuk lain dari ‘karya para tetua’ yang ditemukan Kennedy beserta timnya di Arab Saudi adalah sebuah struktur yang disebutnya ‘gerbang’.
Sejauh ini, 332 gerbang telah ditemukan di Arab Saudi (tak ada yang ditemukan lebih ke arah utara lagi).
“Gerbang ini terdiri dari 2 dinding tebal yang pendek atau tumpukan batu, dengan dinding penghubung membentang di antaranya,” tulis para peneliti dalam sebuah artikel di jurnal Arkeologi dan Epigrafi Arab baru-baru ini.
“Jika dilihat dari atas, bentuk ini menyerupai gerbang pembatas kuno yang diletakkan mendatar. Gerbang terpanjang mencapai 500 meter, tapi umumnya yang lain jauh lebih kecil,” imbuh para peneliti.
Peneliti belum tahu dari tahun berapa gerbang-gerbang misterius ini berasal maupun apa fungsinya.
“Saya menggunakan istilah ‘gerbang’ semata karena alasan butuh suatu label yang tepat untuk menggambarkannya, dan itu mengingatkan saya akan semacam gerbang di ladang yang saya sering temukan di pedesaan Skotlandia sewaktu saya masih anak-anak,” kata Kennedy.
Para peneliti menemukan kalu gerbang-gerbang ini cenderung tidak terletak di dekat layang-layang (yang digunakan untuk berburu).
Bahkan, beberapa gerbang dibangun di tempat-tempat seperti lereng gunung berapi yang tandus yang tidak mungkin menjadi tempat makan gerombolan hewan.
Arkeologis menemukan ‘5 (gerbang) di lereng luar di salah satu gunung berapi (yang disebut Jabar al-Abyad) di Saudi Arabia, seperti yang tertulis di jurnal Arkeologi dan Epigrafi Arab.
Kennedy menyebutkan timnya sedang menyelesaikan penelitian pada gerbang-gerbang itu, dan akan menerbitkan jurnal lainnya di masa mendatang yang menggambarkan secara lebih terperinci hasil penemuan timnya.