Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang – Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 10.000 orang.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Jumlah tersebut merupakan akumulasi setelah hampir satu bulan pemboman oleh Israel yang meningkatkan serangannya terhadap militan Palestina.

Dilansir AFP, Selasa (7/11/2023), diketahui Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berjanji tidak akan menyerah meskipun ada seruan untuk gencatan senjata.

Pejabat Israel mengatakan hal itu buntut serangan Hamas pada 7 Oktober yang menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel, yang menurutnya sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan lebih dari 240 orang disandera.

Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Netanyahu membahas potensi ‘jeda taktis’ dalam panggilan telepon pada Senin (6/11) kemarin.

Namun tidak ada kesepakatan yang diumumkan kedua pihak. Selain itu, kedua pihak tidak membicarakan kemungkinan gencatan senjata kemanusiaan, yang menurut PBB sangat diperlukan.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyebut korban tewas di Gaza termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa wilayah yang dibombardir itu menjadi ‘kuburan bagi anak-anak’.

Biden sebelumnya mempertanyakan validitas angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, meskipun juru bicara Pentagon pada Senin mengakui bahwa korban sipil berjumlah ribuan.

Pasukan darat dengan tank telah membanjiri bagian utara Jalur Gaza dan memperketat pengepungan Kota Gaza, yang secara efektif membagi wilayah tersebut menjadi dua.

Tentara Israel mengatakan mereka telah menggempur Gaza dengan serangan ‘signifikan’ terhadap 450 sasaran selama 24 jam sejak Minggu pagi, dan pasukannya menargetkan komandan Hamas di terowongan bawah tanah.

“Kami akan mampu membongkar Hamas, benteng demi benteng, batalion demi batalion, sampai kami mencapai tujuan akhir, yaitu menyingkirkan Jalur Gaza – seluruh Jalur Gaza – dari Hamas,” kata juru bicara militer Israel Jonathan Conricus.

Namun pejabat tinggi Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan kelompok tersebut-yang militannya menembakkan 16 roket dari Lebanon ke arah Israel utara pada Senin kemarin.

Tidak akan pernah menerima pemerintahan boneka di Gaza dan mengatakan bahwa “tidak ada kekuatan di bumi yang dapat memusnahkannya”.

Sementara itu, pemberontak Huthi di Yaman yang didukung Iran mengklaim bahwa mereka telah melancarkan serangan pesawat tak berawak baru terhadap Israel, meningkatkan kampanye serangan yang mengganggu di tengah kekhawatiran perang dapat meluas.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Israel Klaim Rebut Benteng Hamas di Gaza

Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengklaim pasukannya berhasil mengamankan dan merebut kendali atas salah satu ‘benteng militer’ Hamas yang ada di wilayah Jalur Gaza.

Militer Israel juga menyebut telah menggempur posisi unit rudal Hamas.

Seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (7/11/2023), militer Israel mengklaim pencapaian itu berhasil didapatkan dalam serangan yang berlangsung selama sehari terakhir di wilayah Jalur Gaza.

“Dalam sehari terakhir, pasukan IDF mengamankan benteng militer milik organisasi teroris Hamas di Jalur Gaza bagian utara. Rudal anti-tank dan peluncurnya, persenjataan, dan berbagai materi intelijen ditempatkan di kompleks tersebut oleh pasukan,” sebut IDF dalam pernyataannya,

“Dalam koordinasi dengan pasukan di lapangan, sebuah jet tempur IDF menyerang sel yang beranggotakan sekitar 10 teroris. Setelah itu, pasukan darat IDF mengidentifikasi sebuah sel rudal anti-tank yang beroperasi di sekitar mereka. Pasukan mengarahkan pesawat IDF untuk menyerang sel teroris,” imbuh pernyataan itu.

Tidak hanya itu saja, IDF menambahkan pasukannya juga menyerang puluhan peluncur mortir milik Hamas.

Lebih lanjut, IDF mengatakan bahwa pasukan Angkatan Lautnya menyerang target-target strategis milik Hamas dengan amunisi presisi. Salah satu target serangan adalah pos yang berisi aset-aset teknologi Hamas.

“Pasukan IDF menemukan lokasi sejumlah teroris Hamas yang membarikade diri mereka di sebuah gedung yang berdekatan dengan Rumah Sakit al-Quds, dan berencana melancarkan serangan terhadap pasukan dari lokasi tersebut,” demikian pernyataan IDF.

“Pasukan IDF mengarahkan pesawat untuk menyerang teroris Hamas. Serangan itu memicu ledakan sekunder yang signifikan, yang mengindikasikan adanya depot senjata Hamas di wilayah sipil,” jelas pernyataan tersebut.

Belum ada tanggapan Hamas atas klaim terbaru Israel ini.

Israel melancarkan serangan udara dan mengerahkan operasi darat terhadap Jalur Gaza untuk merespons serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Para pejabat Israel melaporkan lebih 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas tersebut.

Laporan terbaru otoritas kesehatan Jalur Gaza menyebut sedikitnya 10.022 orang tewas akibat serangan Israel selama sebulan terakhir.

Jumlah korban tewas itu mencakup lebih dari 4.000 anak-anak di antaranya.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

RS Al Quds di Gaza Akan Kehabisan Bahan Bakar dalam 48 Jam

Kritis! Rumah sakit Al Quds di Gaza akan kehabisan bahan bakar dalam 48 jam ke depan.

Situasi ini bisa menyebabkan semua peralatan penyelamat jiwa, inkubator neonatal, dan unit perawatan intensif tidak berfungsi.

Demikian diingatkan organisasi Bulan Sabit Merah Palestina pada hari Senin (6/11) waktu setempat.

“Situasinya kritis dan sensitif terhadap waktu,” kata organisasi kemanusiaan itu dalam seruannya kepada organisasi-organisasi kesehatan dan bantuan internasional, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (7/11/2023).

Pelayanan kesehatan di Jalur Gaza telah memburuk ke tingkat kritis, dengan kekurangan pasokan medis, obat-obatan dan kurangnya makanan dan air minum untuk pasien dan staf medis, kata Bulan Sabit Palestina.

Organisasi tersebut menambahkan bahwa pasukan Israel terus melakukan serangan terhadap area yang berjarak tidak lebih dari 50 meter dari rumah sakit Al Quds.

Tempat lebih dari 14.000 pengungsi Palestina mencari perlindungan, sehingga membebani fasilitas medis.

“(Serangan) ini telah menyebabkan setidaknya 60 orang terluka di antara staf rumah sakit, pasien, dan pengungsi, serta kerusakan signifikan pada gedung rumah sakit, ambulans dan kendaraan bantuan,” kata Bulan Sabit Merah dalam pernyataannya.

Sebelumnya, Hamas mengatakan pada hari Minggu lalu, bahwa pasukan Israel melakukan “pengeboman intensif” di sekitar beberapa rumah sakit di bagian utara Jalur Gaza tak lama setelah telekomunikasi terputus.

Kompleks Medis Nasser di Gaza, yang memiliki empat rumah sakit, terkena serangan rudal Israel secara tidak langsung dan langsung.

Setidaknya delapan warga Palestina tewas dalam serangan itu dan puluhan lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Disebutkan bahwa lebih dari 16 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi, dan 51 dari 72 klinik kesehatan primer di wilayah tersebut ditutup sepenuhnya.

Israel terus membombardir Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan 1.400 warga Israel dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera oleh kelompok tersebut.

Sejak itu, Israel telah membunuh lebih dari 10.000 warga Palestina, dan lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Yordania: Semua Opsi Terbuka untuk Respons Serangan Israel di Gaza

Pemerintah Yordania menegaskan semua opsi terbuka untuk merespons serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza.

Otoritas Amman secara spesifik menyebut Israel telah gagal dalam membedakan antara target militer dan target sipil dalam pengeboman dan operasi darat yang berlangsung di daerah kantong Palestina itu.

Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (7/11/2023), penegasan itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Bisher al Khasawneh dalam pernyataan terbaru pada Senin (6/11) waktu setempat.

Namun Khasawneh tidak menjelaskan lebih detail soal langkah apa yang akan diambil oleh Yordania.

Beberapa hari lalu, Yordania menarik Duta Besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan tanpa henti Israel terhadap Jalur Gaza, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

Para pejabat Tel Aviv melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu

Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut lebih dari 10.000 orang tewas akibat serangan Israel yang berlangsung selama sebulan terakhir.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 4.000 orang di antaranya merupakan anak-anak.

Pekan lalu, Yordania juga mengumumkan bahwa Duta Besar Israel, yang meninggalkan Amman tak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan kembali ke negara tersebut.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Sang Duta Besar Israel itu secara efektif dinyatakan ‘persona non grata‘ oleh otoritas Yordania.

“Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel terhadap Gaza dan dampaknya,” ucap Khasawneh saat berbicara kepada media pemerintah.

Yordania diketahui menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994 silam.

Lebih lanjut, Khasawneh menyebut pengepungan yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza yang padat penduduk bukanlah upaya membela diri, seperti yang dikatakan oleh Tel Aviv.

“Serangan brutal Israel tidak membedakan antara sasaran sipil dan militer, dan meluas ke area-area yang aman dan bahkan terhadap ambulans,” sebutnya.

Israel membantah telah dengan sengaja menargetkan objek-objek sipil di daerah padat penduduk. Tel Aviv berdalih menyebut Hamas menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah-rumah sakit dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para anggotanya.

Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menyesalkan pernyataan yang disebutnya menghasut dari kepemimpinan Yordania.

“Hubungan dengan Yordania memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara dan kami menyesali pernyataan yang menghasut dari kepemimpinan Yordania,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.

Sementara itu, selain menarik Duta Besar, Yordania sedang meninjau kembali hubungan ekonomi, keamanan dan politik dengan Israel.

Menurut para diplomat yang akrab dengan pemikiran Yordania, ada kemungkinan negara itu akan membekukan atau mencabut sebagian dari perjanjian damai jika konfik Jalur Gaza memburuk.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Korban Jiwa Tembus 10 Ribu, Petinggi PBB Desak Setop Perang di Gaza

Sejumlah pemimpin badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mendesak gencatan senjata demi kemanusiaan pada Senin (6/11) atau hampir sebulan setelah perang antara Israel dan kelompok militer Palestina Hamas di Gaza.

Otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel kini melebihi 10 ribu orang.

Israel menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk melakukan gencatan senjata dan menuntut para sandera yang disandera oleh militan Hamas selama serangan mereka di Israel selatan pada 7 Oktober harus dibebaskan terlebih dahulu.

“Seluruh penduduk terkepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, rumah, tempat penampungan, rumah sakit dan tempat ibadah mereka dibom. Ini tidak dapat diterima,” kata para pemimpin PBB dalam pernyataan bersama yang dikutip Reuters.

“Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” sambung pernyataan itu.

Kedelapan belas pimpinan yang menandatangani perjanjian tersebut termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths.

Israel, yang menyatakan pasukannya telah mengepung Kota Gaza, menghadapi tekanan yang semakin besar atas jatuhnya korban sipil.

Dorongan diplomatik AS di kawasan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko meningkatnya konflik.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di Kota Gaza dan lebih jauh ke selatan di lingkungan Gaza seperti Zawaida dan Deir Al-Balah.

TV Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas mengutip sumber-sumber medis yang mengatakan sedikitnya 75 warga Palestina tewas dan 106 luka-luka dalam serangan itu.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan delapan orang tewas dalam serangan udara semalam di rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza. Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.

Tentara Israel mengklaim serangannya mengenai “terowongan, teroris, kompleks militer, pos pengamatan, dan pos peluncuran rudal anti-tank”.

Pejabat perbatasan Gaza mengatakan penyeberangan Rafah telah kembali beroperasi untuk memungkinkan pemegang paspor asing dan warga Palestina yang terluka parah masuk ke Mesir.

Ratusan warga negara asing dan korban luka diizinkan meninggalkan Gaza menuju Mesir pekan lalu, tetapi tidak ada laporan keluar sejak 3 November.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Kesaksian Dokter RS Indonesia di Gaza: Kami Mengandalkan Obor Kecil

Rumah Sakit Indonesia di kawasan Gaza utara kedatangan korban luka dan tewas terbanyak akibat serangan udara Israel ke kamp pengungsian Jabalia, pada Selasa, 31 Oktober lalu.

Pengeboman yang menyebabkan 400 korban tewas dan luka itu digambarkan sebagai “hari kiamat” oleh seorang penyintas serangan tersebut.

Setidaknya 270 orang dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia akibat serangan itu, kata Dokter Marwan Sultan, direktur medis di fasilitas kesehatan tersebut.

Padahal, kata dia, rumah sakit yang dibangun dengan pendanaan dari pemerintah Indonesia dan sumbangan warga Indonesia tersebut hanya memiliki 140 tempat tidur.

Situasi di Rumah Sakit Indonesia saat itu memburuk karena generator listrik kehabisan bahan bakar.

Dua hari setelah pengeboman kamp pengungsian Jabalia atau pada 2 November lalu, rumah sakit itu kehilangan daya listrik.

“Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa,” ujar Dokter Marwan kepada BBC.

“Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil,” kata Marwan.

Marwan berkata, ketika itu dia khawatir Rumah Sakit Indonesia memasuki tahap akhir dan tidak bisa beroperasi sama sekali.

Dokter Marwan sangat yakin bahwa pada pengeboman kamp pengungsian Jabalia, dia melihat senjata jenis baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Dia mendasarkan pendapatnya berdasarkan observasi luka para pasiennya.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Marwan menjelaskan, sebagian besar luka korban bervariasi, antara lain luka laserasi anggota tubuh bagian dalam dan pendarahan internal yang masif akibat tekanan darah tinggi yang terjadi secara instan.

Kepala Rumah Sakit Indonesia, Dokter Atef Kahlout, menuturkan hal serupa.

Dia berkata, gelombang kejut akibat serangan Israel itu terasa di rumah sakitnya, yang berjarak dua kilometer dari ledakan.

“Kami melihat jenis-jenis luka yang jarang terjadi, kata Dokter Atef.

Berdasarkan observasi medis itu, dia yakin Israel menggunakan amunisi jenis baru saat melancarkan serangan udara ke Gaza.

Tim penyelamat membawa korban pengeboman Israel di pengungsian Jabalia pada 31 Oktober lalu. (Reuters)

Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkata kepada BBC bahwa pihaknya tidak bisa membeberkan jumlah atau jenis amunisi yang mereka gunakan.

Ketika ditanya tentang tuduhan penggunaan senjata ilegal, juru bicara militer Israel itu berkata, “Saya telah beberapa kali mendengar klaim yang dibuat para dokter. Saya dapat mengatakan dengan sangat jelas bahwa IDF tidak menggunakan amunisi yang bertentangan dengan hukum internasional hukum,” ujarnya.

BBC berbicara dengan sejumlah pakar. Mereka menyatakan, senjata yang digunakan Israel setidaknya memiliki daya ledak 226 kilogram.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Namun para pakar itu tidak satu suara tentang jenis senjata tersebut.

Justin Bronk, peneliti di Royal United Services Institute, sebuah lembaga riset pertahanan dan keamanan berbasis di Inggris, menyebut kawah hasil ledakan Israel konsisten dengan dampak yang bisa ditimbulkan senjata jenis JDAM GBU-31.

Senjata ini memiliki bobot 900 kilogram dan dirancang untuk menembus atau menghancurkan sasaran yang terkubur, termasuk yang berada di bawah bangunan.3

Apa kata pemerintah Indonesia?

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, menyebut Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah fasilitas kesehatan yang “sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan”.

Iqbal berkata, rumah sakit itu dibangun dengan sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat Indonesia.

Setelah peresmian, operasional rumah sakit itu diserahkan kepada otoritas Palestina.

Dari waktu ke waktu, kata dia, sejumlah relawan asal Indonesia turut membantu kinerja para petugas medis di rumah sakit itu.

Iqbal menuturkan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih mampu melayani pasien saat jumlah korban serangan Israel terus bertambah setiap hari.

Namun Iqbal menyebut para pekerja medis melayani pasien dengan jumlah yang jauh di batas kapasitas rumah sakit.

Serangan berujung “hari kiamat”

Salah satu penyintas serangan Israel ke pengungsian Jabalia adalah Suheil al-Talooli, seorang warga Palestina berusia 70 tahun.

Dia tengah berada di rumah bersama 30 anggota keluarganya ketika serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi tersebut pekan lalu.

“Rasanya seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau Hari Kiamat yang telah tiba,” ujarnya.

“Serangan itu rasanya seperti sepuluh pengeboman besar-besaran yang terjadi satu demi satu, dan semuanya tiba-tiba berubah menjadi hitam, kata Suheil.

Pensiunan dokter tersebut mengatakan, dia yakin belum pernah ada orang yang mengalami ledakan sebesar ini di Gaza sebelumnya.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Kawah sedalam 10 meter

Serangan Israel itu membuat kawah sedalam 10 meter, kata Juru Bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan terdapat sekitar 400 korban tewas dan korban luka akibat serangan tersebut.

Rumah Suheil runtuh menimpanya. Dia pingsan akibat kejadian itu.

Suheil kembali sadar dan menyaksikan “adegan kehancuran” saat dia ditarik dari reruntuhan bangunan.

‘Penghancuran permukiman’

“Ada debu di mana-mana dan tak seorang pun dapat melihat dengan jelas siapa yang berdiri di samping mereka,” kata Suheil.

“Saya melihat mayat berserakan di mana-mana. Bagian tubuh terlihat jelas” ujar pensiunan dokter yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, di utara Gaza.

Dia dan keluarganya telah menetap di pengungsian itu selama 60 tahun.

“Seluruh permukiman saya telah dihancurkan, ucapnya.

Saudara laki-laki dan anak-anaknya Suheil selamat, tapi istrinya, Kifah, mengalami cedera kaki dan dilarikan ke rumah sakit.

Kakak perempuan Suheil mengatakan kepada BBC, 17 sepupunya yang tinggal di dekatnya tewas dalam serangan itu.

Dia yakin banyak anggota keluarga lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan.

Serangan udara tanpa henti

Serangan udara pertama kali menghujani kamp pengungsi Jabalia dengan bom dua hari setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

Serangan udara Israel pertama di pasar Jabalia menewaskan 50 orang, menurut Hamas.

Lima hari kemudian, Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut.

Peringatan itu muncul lebih dari dua minggu sebelum serangan tanggal 31 Oktober.

Namun Suheil menggambarkan serangan udara hari Selasa itu “berbeda dan lebih ganas dari serangan sebelumnya.

“Anak-anak tercabik-cabik, katanya.

‘Tanah berguncang’

Mohamed Alaswed, seorang warga kamp pengungsi Jabalia berusia 27 tahun, sedang membeli kebutuhan pokok di pasar, hanya beberapa menit sebelum pengeboman.

Tiba-tiba saya mendengar enam ledakan besar. Saya hanya berjarak 400 meter dari lokasi ledakan.

Asap hitam dan debu menutupi tempat itu, kata Mohamed, yang menderita luka bakar di kaki.

Dia bergegas ke lokasi ledakan, di mana dia tahu anggota keluarganya berada.

Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan puing yang menghalangi ambulans untuk mendekati area yang hancur.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

‘Saya melihat anak-anak membawa mayat’

Warga dengan panik membawa jenazah ke paramedis, yang berjuang untuk mencapai pusat ledakan.

“Saya melihat anak-anak membawa mayat anak-anak lain. Para ibu berteriak dan mencari anak-anak mereka. Sulit untuk melihat atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” kata Mohamed.

Dia menambahkan, seluruh area tersebut penuh dengan debu dan asap, dan ketika keadaan menjadi lebih jelas, dia “melihat bagian-bagian tubuh terdampar di lantai atas sebuah bangunan”.

Pemandangan tersebut “sulit digambarkan dengan kata-kata, kata Mohamed, yang bekerja sebagai juru kamera dan telah tinggal di daerah tersebut sejak masa kecilnya.

Dia berkata kepada BBC, serangan Israel itu terjadi begitu tiba-tiba sehingga dia bisa melihat mayat-mayat terperangkap di puing-puing,

Namun Mohamed juga melihat sejumlah warga masih tampak “aktivitas normal”.

Seorang perempuan berada di bawah reruntuhan, misalnya, terlihat memegang panci.

Klaim mengincar komandan Hamas

Pada tanggal 31 Oktober, militer Israel menyatakan serangan udara mereka membunuh Ibrahim Biari, Komandan Brigade Hamas di Jabalia.

Menurut klaim itu, Ibrahim adalah satu dari sejumlah orang yang mengarahkan serangan tanggal 7 Oktober ke Israel.

“Infrastruktur militer bawah tanah Hamas di bawah bangunan-bangunan ini runtuh dan banyak petinggi Hamas terbunuh,”. demikian klaim Israel.

Hamas menyatakan bahwa serangan udara tanggal 31 Oktober menewaskan “tujuh sandera asal Israel, termasuk tiga orang yang memiliki kewarganegaraan ganda”.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, berkata tidak mengetahui keadaan para sandera karena Hamas menolak mengizinkan kunjungan Palang Merah kepada para sandera.

Haiat juga menuduh Hamas tidak memberikan perawatan medis kepada para sandera.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

AS-Inggris Bikin DK PBB Gagal Sepakati Resolusi Gencatan Senjata Gaza

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali gagal mencapai konsensus soal rancangan resolusi yang bertujuan menghentikan perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Amerika Serikat (AS) dan Inggris menentang rancangan resolusi itu karena menyebut soal gencatan senjata.

Seperti dilansir CNN, Selasa (7/11/2023), kegagalan menyepakati resolusi soal situasi perang di Jalur Gaza itu terjadi saat Dewan Keamanan PBB menggelar sidang tertutup pada Senin (6/11) waktu setempat.

Sidang itu diharapkan menghasilkan resolusi penting soal perang dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

“Belum ada kesepakatan pada saat ini,” tegas Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, dalam pernyataannya.

Rancangan resolusi yang dibahas dalam sidang tertutup pada awal pekan ini disusun oleh kelompok E-10, yang terdiri atas 10 negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Namun, AS dan Inggris yang sama-sama merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan memiliki hak veto, menentang rancangan resolusi tersebut.

Negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, menolak untuk menyertakan seruan gencatan senjata segera di Jalur Gaza dalam rancangan resolusi tersebut.

Padahal seruan gencatan senjata telah didukung oleh beberapa anggota Dewan Keamanan PBB lainnya.

AS, yang merupakan sekutu dekat Israel, lebih mendorong adanya ‘jeda kemanusiaan’ dibandingkan gencatan senjata di Jalur Gaza, meskipun mereka belum menentukan berapa lama jeda dalam pertempuran akan diberlakukan.

Korban Perang Israel di Gaza Tembus 10 Ribu Orang

Share: