Kemkes Sebut Nyamuk Wolbachia Mampu Atasi DBD di 9 Negara – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) sudah terbukti di sembilan negara.
Kemkes Sebut Nyamuk Wolbachia Mampu Atasi DBD di 9 Negara
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi menyebut negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksico, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka.
Oleh sebab itu, kata Nadia, teknologi itu juga diterapkan di Indonesia.
“Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional),” kata Nadia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/11).
Nadia membeberkan pemerintah menerapkan pilot project teknologi wolbachia di Indonesia di lima kota.
Lima kota itu yakni Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang.
Dia mengatakan itu sesuai dengan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Dia menyebut efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.
Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).
Nadia menjelaskan Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
“Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok,” ujarnya.
“Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia,” imbuhnya.
Kontroversi Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Bali, Begini Respons Kemenkes
Penyebaran nyamuk wolbachia sebagai upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bali ternyata menuai kontroversi dari kalangan masyarakat sendiri.
Padahal, sudah disiapkan jutaan telur nyamuk wolbachia yang sebelumnya direncanakan disebar di Denpasar (13/11/2023) dan Buleleng (12/11/2023).
Pada akhirnya, penyebaran wolbachia di kedua daerah di Bali yang akan menjadi area pilot project tersebut dikabarkan ditunda.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengakui ada penundaan terhadap penyebaran jutaan nyamuk wolbachia di Bali.
Ini dikarenakan ada pihak-pihak yang belum mendapatkan informasi secara jelas terkait manfaat inovasi wolbachia.
“Penundaan lebih kepada kurang optimalnya penyiapan masyarakat, sehingga ada pihak yang merasa belum mendapatkan informasi yang sebenarnya,” terang Nadia saat dikonfirmasi Health Detikpulsa pada Rabu, 15 November 2023.
Bersikeras Tunda Penyebaran Nyamuk Wolbachia
Penundaan penyebaran wolbachia yang mencuat, kata Nadia, bukan menyoal soal teknologi, melainkan soal informasi dan kesiapan terhadap masyarakat.
“Memang ada sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat yang cinta Bali bersikeras menunda sebelum semua pihak mendapatkan informasi dan kesiapan yang memadai. Awalnya, bukan kepada persoalan teknologinya yang telah terbukti efektif dan aman,” lanjutnya.
Ingin Proses Penyebaran Wolbachia Dilakukan Kemenkes
Sebagaimana pemberitaan yang beredar, penyebaran telur nyamuk wolbachia di Denpasar, Bali ditunda.
Di antaranya, dianggap membawa dampak buruk untuk kesehatan masyarakat nantinya namun tidak disebutkan secara jelas dampak yang dimaksud.
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, pihaknya sebenarnya belum ada langkah untuk melaksanakan penyebaran telur nyamuk wolbachia sebelum mendapatkan keputusan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Pemerintah Kota Denpasar sempat melaksanakan pertemuan terkait wolbachia dengan pihak Kementerian Kesehatan, tim ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan pihak ketiga.
“Memang harapan dari banyak masyarakat ditunda dulu penyebarannya, bukan kami,” kata Jaya Negara dalam keterangan pada Senin (13/11/2023).
Pemkot Denpasar akan melaksanakan penyebaran telur nyamuk ber-wolbachia apabila dalam prosesnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI.
“Apabila Kementerian Kesehatan yang nanti melaksanakan dan tidak pihak ketiga, baru kami akan berani melakukan penyebaran itu,” sambung Jaya Negara.
Pelaksanaan Wolbachia Tetap Dilanjutkan ke Daerah Lain
Menilik adanya kontroversi penyebaran wolbachia seperti halnya di Bali, apakah upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) ini tetap berlanjut ke daerah lain?
Siti Nadia Tarmizi menegaskan, pilot project penyebaran wolbachia akan tetap dilanjutkan ke daerah lain di Indonesia. Hal ini merujuk pada keputusan Menteri Kesehatan RI.
“Piloting di wilayah lain tetap dilanjutkan karena mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 Tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia,” tegasnya.
Turunkan Proporsi Rawat DBD 86 Persen
Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.
Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Jika Aedes aegypti jantan ber-wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.
Selain itu, jika yang ber-wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-wolbachia, seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.
Penerapan Wolbachia di 9 Negara Lain
Kementerian Kesehatan RI menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di 9 negara lain. Hasilnya, terbukti efektif untuk pencegahan Dengue.
Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).
Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di 5 kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Efektivitas wolbachia juga telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.
Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan Aedes aegypti ber-wolbachia dalam skala terbatas pada rentang 2011-2015.
Jutaan Telur Nyamuk Wolbachia Dihancurkan Seusai Penyebarannya Ditunda
Penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia di Denpasar dan Buleleng ditunda. Padahal, semula telur nyamuk itu akan disebar di Denpasar pada Senin (13/11/2023) dan Buleleng pada Minggu (12/11/2023).
Lantas bagaimana nasib telur nyamuk wolbachia yang batal dibagikan itu?
Chief of Partnership, Strategic Program, and Operation Save the Children Indonesia Erwin Simangunsong menuturkan telur nyamuk wolbachia yang disiapkan untuk disebar di Denpasar dan Buleleng dihancurkan.
“Dengan penundaan yang terjadi, maka telur akan dihancurkan karena memiliki masa simpan yang singkat,” tuturnya.
Erwin menjelaskan semula telur nyamuk wolbachia akan dibagikan pada 22 ribu rumah tangga di Denpasar dan Buleleng. Penyebaran telur itu awalnya bakal dilakukan berkala selama 12-20 minggu.
“Setiap minggunya, kami berencana untuk melepaskan sekitar sepuluh juta telur nyamuk yang membawa bakteri wolbachia. Karena hanya sekitar satu dari tiga telur yang akan menjadi nyamuk dewasa,” papar Erwin.
Nantinya, Erwin melanjutkan, dari sejumlah telur yang diterima oleh satu rumah, hanya menjadi empat sampai lima nyamuk.
Separuh nyamuk itu, bakal menjadi nyamuk jantan yang tidak menggigit manusia.
“Bahkan, sebagian besar orang tidak akan pernah memperhatikan adanya peningkatan nyamuk yang dilepaskan,” tutur Erwin.
Erwin menyadari masih ada kekhawatiran sejumlah pihak terkait penyebaran telur nyamuk wolbachia tersebut.
Padahal, wolbachia merupakan bakteri alami yang ada pada populasi serangga sejak dulu dan tidak ada bukti bahwa penyebaran wolbachia membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan.
“Metode ini juga bukan rekayasa genetika yang mengubah gen atau DNA nyamuk. Sehingga, tidak ada perubahan pada bentuk, sifat, dan ukuran dari nyamuk,” tegas Erwin.
Erwin mengeklaim penyebaran nyamuk wolbachia di Yogyakarta ampuh menurunkan DBD hingga 77 persen. Pasien rawat inap akibat DBD juga turun 86 persen.
“Kami justru yakin penerapan wolbachia di Bali ini akan lebih menguntungkan pariwisata karena dapat meningkatkan keselamatan turis dan DBD di Bali juga bisa turun,” kata Erwin.