Dolar AS Tembus Rp 16,400 Jokowi Panggil Sri Mulyani cs – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ke Istana Kepresidenan di tengah kondisi menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Dolar AS Tembus Rp 16,400 Jokowi Panggil Sri Mulyani cs
Saat ini, Nilai tukar dolar AS berada di level Rp 16.425. Meski menguat sebesar 0,38% atau sekitar 62 poin, nilai tukar rupiah masih terbilang lemah terhadap mata uang Amerika Serikat tersebut.
Pada sore hari ini, Kamis (20/6/2024), berdasarkan pantauan detikcom, anggota KSSK mulai berdatangan ke Istana Kepresidenan.
Pertama yang tiba adalah Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, disusul oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
Beberapa waktu kemudian, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga hadir. Perry tampak membawa sejumlah dokumen penting yang kemungkinan akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
Selanjutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tiba sebagai anggota KSSK yang terakhir. Sri Mulyani tampak berbincang singkat dengan beberapa stafnya sebelum memasuki Istana.
Ketika ditanya oleh awak media tentang apakah pemanggilan hari ini berkaitan dengan kondisi nilai tukar dolar yang menguat terhadap rupiah, Sri Mulyani mengonfirmasi dengan singkat. “Iya,” ujarnya, sambil melangkah cepat menuju ruang pertemuan.
Pertemuan ini menunjukkan langkah cepat pemerintah dalam merespons fluktuasi nilai tukar yang dapat berdampak signifikan pada perekonomian nasional.
Jokowi bersama anggota KSSK diperkirakan akan membahas berbagai langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan memastikan sistem keuangan Indonesia tetap kuat dan terjaga.
Rupiah Amblas Nyaris 16.400 per USD, Ternyata Gara-Gara Ini
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memberikan pernyataan mengenai pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar Rupiah melemah 0,34 persen menjadi Rp 16.420 per dolar AS.
Perry menjelaskan bahwa pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian pasar global, terutama terkait dengan ketidakpastian arah penurunan Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga antarbank oleh bank sentral AS, The Fed.
Situasi ini berdampak pada tingginya ketidakpastian pasar global karena menunggu kebijakan suku bunga dari The Fed, yang menyebabkan nilai tukar dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia.
“Perkembangan tersebut, ditambah dengan tingginya yield US treasury, menyebabkan penguatan nilai tukar dolar AS sehingga meningkatkan tekanan pelemahan pada berbagai mata uang dunia dan menahan aliran modal asing ke negara berkembang,” kata Perry dalam konferensi pers di Kantor Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Kamis (20/6).
Dari faktor domestik, tekanan pada Rupiah juga disebabkan oleh peningkatan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
Akibat perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah 5,92 persen sejak akhir Desember 2023. Angka ini lebih rendah dibandingkan pelemahan Won Korea, Baht Thailand, Peso Meksiko, Real Brazil, dan Yen Jepang yang masing-masing melemah sebesar 6,78 persen, 6,92 persen, 7,89 persen, 10,63 persen, dan 10,78 persen.
“Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk mengurangi dampak negatif dari ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Perry.
Ke depan, BI memperkirakan nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar mata uang Garuda.
Hal ini didukung oleh aliran masuk modal asing, tingginya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.