Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah mempersiapkan ekspedisi untuk menyelidiki fenomena kegempaan di zona megathrust Indonesia.

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam
Tsunami Megathrust

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam

Langkah ini diambil untuk mengantisipasi potensi Kiamat Gempa Megathrust yang dapat memicu tsunami dahsyat dari Sumatera hingga Sulawesi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta pada hari Minggu menyatakan bahwa investigasi ini dilakukan dalam rangka penelitian dan pendataan oleh BMKG bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Kami sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk Pusat Penelitian, Latihan, dan Pengembangan untuk menyempurnakan model gempa bumi dan tsunami kita,” ungkapnya.

Zona Gempa  Megathrust yang akan menjadi fokus penelitian meliputi Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, Lempeng Laut Maluku, dan Subduksi Utara Papua.

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam
Kapal ekspedisi OceanXplorer milik OceanX.

Kepala Meteorologi Publik BMKG Andri Ramadhani menambahkan bahwa ekspedisi ini akan dimulai di Batam,

Kepulauan Riau, dan akan melewati beberapa kota di Indonesia sebelum berakhir di Bitung, Sulawesi Utara pada Minggu, 25 Agustus 2024.

Penelitian ini akan dilakukan melalui serangkaian pelayaran panjang menggunakan kapal ekspedisi OceanXplorer milik OceanX.

Para peneliti Indonesia tidak hanya akan mempelajari fenomena kegempaan, tetapi juga akan mengamati interaksi udara dan laut di perairan Indonesia.

Target penelitian meliputi wilayah yang teridentifikasi sebagai lokasi terjadinya fenomena yang dapat mempengaruhi variabilitas cuaca dan iklim Indonesia.

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam
Madden-Julian Oscillation (MJO) dan ocean

Seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan ocean dipole di Laut Banda, Selatan Jawa, dan Barat Sumatera.

BMKG menilai eksplorasi penelitian ini sangat diperlukan karena perubahan sirkulasi udara dan lautan secara alami, letusan gunung berapi, serta faktor lainnya mempengaruhi variabilitas iklim.

Hal ini semakin mendesak mengingat pernyataan Menteri Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat koordinasi beberapa hari lalu bahwa baru 19 persen laut Indonesia yang telah dipetakan.

Sementara garis pantai Indonesia mencapai 108 ribu kilometer dan lebih dari 70 persen luas negara ini adalah perairan.

“Persiapan tim sejauh ini sudah selesai bersama dengan OceanX. BMKG membawa serta peralatan untuk mengukur berbagai parameter tersebut dan terus berkoordinasi, terutama dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagai leading sector,” ujar Dwikorita.

BMKG Antisipasi Kiamat Megathrust 2024, Segera Dimulai dari Batam
‘Kiamat’ Megathrust 2024
Share: