Kondisi Tenda Jemaah Haji di Mina, Tidur di Lorong dan Antre Toilet 2 Jam – Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI mengungkapkan kondisi jemaah haji Indonesia di Mina, Arab Saudi yang sangat memprihatinkan.
Kondisi Tenda Jemaah Haji di Mina, Tidur di Lorong dan Antre Toilet 2 Jam
Ketua Timwas Haji DPR, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, melaporkan bahwa tenda-tenda jemaah haji RI sangat padat, hingga antrean toilet yang bisa memakan waktu berjam-jam.
Cak Imin menyesalkan tenda yang terlalu sempit sehingga ruang gerak jemaah tidak lebih dari 1 meter.
“Kami menemukan fakta bahwa jumlah jemaah tidak sebanding dengan kapasitas tenda,” kata Wakil Ketua DPR RI itu, Rabu (19/6).
Cak Imin menjelaskan bahwa tenda yang melebihi kapasitas menyebabkan banyak jemaah tidak mendapatkan tempat tidur di dalam tenda.
“Setiap orang hanya mendapatkan ruang sekitar 0,8 meter, bahkan tidak sampai 1 meter, sehingga banyak yang tidur di lorong. Hal ini tidak boleh terulang,” ujarnya.
Selain itu, Cak Imin juga mendapatkan informasi bahwa ada tenda lain yang lebih luas. Menurutnya, ini tidak adil. Dia mengusulkan agar ke depannya ukuran tenda harus seragam.
“Selain itu, ada tenda yang berlebihan, lebih leluasa. Ini tidak adil, pembagiannya salah,” tambahnya.
“Ke depannya, setiap tenda harus memiliki ukuran yang sesuai per orang seperti di hotel,” imbuhnya.
Toilet antre berjam-jam
Antrean Toilet 2 Jam menjadi salah satu keluhan utama Jemaah haji Indonesia.
Selain masalah tenda, kondisi toilet yang tidak memadai juga dikeluhkan oleh para jemaah di hadapan Timwas Haji DPR.
Jemaah kloter JKS10 dari Kabupaten Bandung Barat (KBN) yang berada di Maktab 72 Mina, Arab Saudi, menyatakan bahwa kapasitas toilet tidak mencukupi. Akibatnya, jemaah harus antre berjam-jam di toilet dan bahkan terpaksa buang air kecil di samping tenda.
Keluhan ini disampaikan oleh seorang jemaah saat bertemu dengan anggota Timwas Haji DPR, Ace Hasan Sadzily, yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR dari Fraksi Golkar.
“Di kamar mandi, jumlah jemaah yang banyak tidak sebanding dengan jumlah kamar mandi yang sedikit, sampai ibu-ibu terpaksa buang air kecil di belakang tenda,” ujar seorang jemaah.
Jemaah tersebut juga menyoroti kondisi tenda yang tidak ramah bagi lansia, karena mereka harus naik turun tangga untuk masuk dan keluar tenda.
“Para lansia harus naik turun tangga, tapi yang paling penting adalah kamar mandi yang selalu antre,” tambahnya.
Ketua Kloter JKS10, Oma Firdaosi, juga mengungkapkan masalah tenda yang terlalu padat. Mereka bahkan sempat berselisih dengan kloter lain karena kondisi tenda yang sempit.
“Kapasitas tenda tidak sesuai, kemarin kami sempat berselisih dengan kloter lain. Pembagian tenda harus disesuaikan dengan jumlah jemaah,” katanya.
Kloter JKS10 terdiri dari 440 jemaah, dan karena kapasitas yang tidak memadai, mereka harus menempatkan 50 orang di tempat lain dekat dapur setelah meminta kepada pihak maktab.
Ace Hasan Sadzily merespons keluhan ini dengan menyatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi penyelenggaraan haji 2024.
“Kami datang ke sini untuk melakukan pengawasan dan perbaikan. Ini akan menjadi bahan evaluasi kami,” kata Ace.
Cak Imin juga menyoroti masalah antrean toilet yang panjang dan rasio kamar mandi yang tidak sebanding dengan jumlah jemaah.
“Rasio kamar mandi tidak seimbang. Jemaah antre hingga 2 jam, ada yang sampai pingsan,” ujar Cak Imin.
Ia juga menyoroti kebersihan tenda dan toilet yang tidak terjaga, serta penggunaan wastafel untuk berwudu yang dianggap tidak praktis.
“Kebersihan tidak terjaga. Seharusnya wudu dilakukan dengan cara biasa, tidak perlu menggunakan wastafel,” tambahnya.
Sentil Kemenag
Cak Imin mengkritik Kementerian Agama (Kemenag) dan menyatakan bahwa pemerintah seharusnya memperhitungkan rasio kebutuhan toilet dengan jumlah jemaah. Jumlah jemaah Indonesia sendiri mencapai 241 ribu orang.
“Rasio toilet harus diperhitungkan dengan baik. Semua ini memerlukan biaya, baik dari jemaah maupun dari negara,” ujarnya.