Balas Serangan Israel Hamas Kirim Roket total 1200 tewas – Kelompok Hamas menembakkan rentetan roket ke Tel Aviv, Israel pada Kamis (12/10).
Balas Serangan Israel Hamas Kirim Roket tewaskan 1200 Jiwa
Hamas menyebut serangan roket itu sebagai tanggapan atas serangan udara Israel yang menargetkan “warga sipil” di dua kamp pengungsi Gaza.
“Brigade Ezzedine al-Qassam menembakkan roket-roket ke Tel Aviv sebagai respons terhadap (serangan Israel) yang menargetkan warga sipil di kamp Al-Shati dan Jabalia,” kata Hamas, dalam pesan teks yang dikirimkan kepada wartawan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).
Belum ada keterangan mengenai kerusakan maupun ada tidaknya korban dalam serangan roket di Tel Aviv tersebut.
Sebelumnya, koresponden AFP menyaksikan puluhan serangan udara selama 30 menit pada Kamis pagi waktu setempat ke arah kamp Al-Shati dan di bagian utara Jalur Gaza.
“Pendudukan (pasukan Israel) melakukan pembantaian pagi ini di kamp Al-Shati dan kamp Jabalia, menyebabkan puluhan orang syahid dan terluka,” kata Iyad al-Buzum, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas, kepada AFP.
Wartawan AFP melihat setidaknya tujuh jasad dan enam bangunan hancur di kamp Al-Shati.
Israel telah melancarkan kampanye udara terhadap target-target Hamas di Jalur Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina itu melakukan serangan besar-besaran terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10).
Serangan mendadak Hamas itu disebut menewaskan lebih dari 1.200 orang warga Israel.
Sementara, di Gaza, menurut pejabat Hamas, sekitar 1.200 orang tewas akibat serangan udara Israel yang dilancarkan usai serangan hari Sabtu (7/10) lalu.
Sebelumnya, Brigade Ezzedine al-Qassam, sebagaimana dilansir media Al Arabiya, Kamis (12/10/2023), mengatakan bahwa pihaknya telah menggempur kota Haifa di Israel utara dengan sebuah roket R-160 pada Kamis (12/10). Belum ada keterangan lebih lanjut dari kelompok Hamas mengenai serangan roket itu.
Sementara dalam pernyataan terbarunya, militer Israel mengatakan, bahwa setelah peringatan roket di daerah dekat Haifa sekitar 130 kilometer (80 mil) utara Gaza, “peluncuran sebuah roket teridentifikasi dari Jalur Gaza.”
Israel: Tak Ada Air-Listrik-Bantuan ke Gaza Sampai Hamas Bebaskan Sandera
Menteri Energi Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa negaranya tidak akan mengizinkan pasokan kebutuhan dasar atau bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, sampai Hamas membebaskan orang-orang yang mereka sandera dalam serangan akhir pekan lalu.
“Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada listrik yang dinyalakan, tidak ada keran air yang dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang masuk sampai orang-orang Israel yang diculik dipulangkan,” katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).
Sekitar 150 warga Israel, orang asing dan warga negara
berkewarganegaraan ganda diculik dan dibawa ke Jalur Gaza oleh Hamas dalam serangan mendadak ke Israel pada hari Sabtu (7/10) lalu.
Lebih dari 1.200 orang di kota-kota Israel dan komunitas di sekitar Gaza, tewas dalam serangan Hamas itu.
Israel kemudian melancarkan serangan udara terhadap target-target Hamas di Jalur Gaza yang diblokade, menewaskan sekitar 1.200 orang.
Dalam beberapa hari terakhir Israel mengumumkan “pengepungan total” di Gaza, memutus pasokan air, bahan bakar dan listrik.
Satu-satunya pembangkit listrik di wilayah Palestina itu tak beroperasi pada hari Rabu (11/10) setelah kehabisan bahan bakar.
Warga Gaza, Kamal Mashharawi, menceritakan sulitnya situasi mereka saat ini.
“Ini sangat sulit – kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik,” katanya, dikutip BBC, Kamis (12/10/2023).
Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.
“Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut,” ujarnya kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.
Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.
“Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Antonio Guterres.
Ratusan Ribu Warga Palestina Mengungsi Akibat Serangan Israel di Gaza
Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.
“Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Antonio Guterres.
Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air.
Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.
Kementerian kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 1.200 warganya tewas akibat serangan balasan Israel atas serangan kelompok milisi Palestina, Hamas, pada Sabtu (07/10) lalu.
Korban jiwa dari kedua belah pihak kini mencapai hampir 2.500 orang.
Adapun pasukan pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa 1.200 warga Israel telah dibantai oleh kelompok bersenjata Hamas selama akhir pekan dan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.
Juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF), Jonathan Conricus mengatakan pihaknya telah membangun kembali penghalang di sekitar Gaza.
Kata dia, IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.
Penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu keluar utama dari Gaza ke Mesir telah ditutup sejak Selasa (10/10) setelah pemboman Israel, menurut pejabat Gaza.
Pasukan Israel juga berkumpul di dekat perbatasan Gaza untuk persiapan serangan darat.
Militer Israel mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.
Juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF), Jonathan Conricus mengatakan pihaknya telah membangun kembali penghalang di sekitar Gaza.
Kata dia, IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.
Mereka “berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel – dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel”.
‘Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik’
Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.
“Ini sangat sulit – kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik,” katanya.
Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.
“Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut,” katanya kepada program Newshour.
Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir “apakah saya orang berikutnya?”.
Ahmad Hasaballah Warga Palestina mengungsi setelah rumah dan lingkungan mereka hancur menyusul serangan udara Israel.
“Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal – mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini,” katanya.
“Saya tidak bisa menyalahkan Hamas, saya tidak bisa menyalahkan Israel, tapi saya katakan bahwa kami, warga sipil, terkena dampaknya.
“Kami adalah orang-orang yang bukan bagian dari konflik ini dan kami membayarnya.”
Situasi terakhir di Gaza
Berikut adalah sejumlah foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza. Seluruh bangunan hampir rata dengan tanah menyusul serangan udara Israel.
Disebutkan pula bahwa tidak ada milisi Hamas yang menyeberang dalam beberapa hari terakhir.
Militer Israel mengatakan, serangan udara Israel di Jalur Gaza terus berlanjut sepanjang malam, dengan 200 sasaran yang diklaim tercapai.
Sebelumnya, Israel meminta agar masyarakat di Gaza untuk meninggalkan wilayah itu melalui kawasan perbatasan yang dikendalikan oleh Mesir – namun kemudian mengatakan bahwa penyeberangan tersebut sebenarnya ditutup.
Bagaimana ‘Pengepungan total’ Gaza berawal?
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan “pengepungan total” di Jalur Gaza: “Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar.”
Seperti diketahui – Israel berkuasa atas ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya, serta memiliki otoritas atas keluar dan masuknya orang dan barang melalui perbatasannya.
Demikian pula, Mesir mengendalikan siapa yang masuk dan keluar dari perbatasannya dengan Gaza.
Dalam situasi ini, jumlah orang yang tewas akibat serangan Israel di Gaza meningkat hingga 770 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Jumlah mereka yang terluka juga bertambah menjadi 4.100 jiwa.
Di sisi lain, sedikitnya 1.200 orang Israel tewas sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada Sabtu (07/10) pagi.
Jumlah ini termasuk 260 orang yang sedang menghadiri festival musik Supernova di kawasan gurun di Israel selatan.
Sejumlah warga Palestina berjalan di depan puing-puing bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di Gaza, 8 Oktober 2023.
Festival ini digelar tidak jauh dari lokasi milisi Hamas memasuki wilayah Israel dari Jalur Gaza.
Mereka dilaporkan melepaskan tembakan, dan orang-orang yang tengah mengikuti acara musik itu kemudian berusaha melarikan diri lantaran panik.
Acara ini merupakan salah satu target serangan darat pertama oleh Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa rekaman video mengerikan yang diambil dari tempat acara itu, pada hari berikutnya, memperlihatkan skala serangan tersebut.
Di sana terlihat lebih dari satu bangkai mobil berjejer di jalanan, di antaranya ada yang terbalik dan lainnya ludes terbakar.
Dilaporkan pula, ada sejumlah orang yang menghadiri festival musik itu disandera dan ditahan di Gaza.
Pihak militer Israel menyebut “puluhan” warga sipil telah diculik oleh militan Hamas.
AS kerahkan bantuan militer
Amerika Serikat mengatakan telah menggeser sebuah kapal induk, kapal perusak, dan pesawat jet ke Mediterania timur.
Sekutu Israel ini juga akan memberi bantuan peralatan dan amunisi tambahan.
Hal ini dilakukan menyusul serangan Hamas terhadap Israel bagian selatan, yang disebut Presiden Joe Biden sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan mengerikan”.
Juru bicara Keamanan Nasional AS mengatakan terdapat warganya yang tewas di antara korban jiwa yang jatuh dari sisi Israel.
Bantuan militer lebih lanjut untuk Israel akan dikirim dalam beberapa hari mendatang, kata Gedung Putih.
AS bekerja untuk memastikan bahwa musuh-musuh Israel tidak mencoba untuk mengambil keuntungan dari situasi ini.
Hampir 500 orang tewas di Gaza dan 2.700 lainnya terluka akibat serangan udara balasan dari Israel, ungkap sejumlah pejabat Palestina.
KBRI Amman: Tidak ada WNI jadi korban serangan Israel ke wilayah Gaza
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan hingga kini tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban akibat serangan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza.
Dalam catatan KBRI, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.
“Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Kairo di Mesir dan KBRI Lebanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza,” dalam keterangan pers dari KBRI Amman, yang diterima BBC News Indonesia pada Minggu (08/10).
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 256 warganya tewas, termasuk 20 anak-anak, akibat serangan balik yang dilakukan oleh Israel sejak Sabtu (07/10). Selain itu, sekitar 1.788 orang juga dilaporkan terluka.
Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak.
Menurut keterangan dari tentara Israel, serangan darat, udara, dan laut yang dilakukan oleh Hamas itu menyebabkan sekitar 250 warga Israel tewas.
Selain itu, sekitar 1.000 orang terluka dan lebih dari 3.000 roket ditembakkan milisi Hamas di Gaza ke wilayah Israel.
Beberapa warga Israel juga dilaporkan telah dibawa ke Gaza sebagai sandera.
Menurut informasi yang disampaikan Kedutaan Besar Israel untuk Amerika Serikat, dalam unggahan di media sosial, terdapat 100 warganya yang disandera, mencakup warga sipil dan tentara.
Hamas adalah organisasi di Palestina yang melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Tentara Israel telah meminta warga di tujuh wilayah berbeda di Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.
Israel juga akan memutus pasokan listrik, bahan bakar, dan barang ke Gaza, menurut laporan media yang mengutip pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kementerian Luar Negeri Thailand melaporkan sebanyak 12 warga Thailand tewas dan 11 lainnya diculik dan disandera oleh kelompok milisi Hamas.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang “berperang” dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan “membayar harga yang belum pernah diketahui”.
“Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya,” kata Netanyahu dalam pidatonya.
BBC
Serangan ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun.
Serangan kelompok milisi Palestina Hamas dilakukan dengan melintasi pagar pembatas tepat setelah fajar.
Pada saat yang sama, rentetan roket diluncurkan dari Gaza – beberapa mencapai Tel Aviv dan Yerusalem.
Bagaimana para anggota milisi bersenjata itu berhasil menembus salah satu perbatasan yang dijaga ketat di dunia masih belum jelas.
Militer Israel mengatakan puluhan jet tempur melancarkan gempuran udara terhadap lokasi-lokasi Hamas di Gaza, dan telah menghantam 17 kompleks militer Hamas.
Mereka juga mengatakan telah memobilisasi puluhan ribu pasukan cadangan.
Serangan udara Israel juga menyasar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, menewaskan satu staf medis yang sedang berada di dekat rumah sakit tersebut.
Relawan MER-C, Farid, mengatakan tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh sangat dekat dengan lokasi para relawan medis, dan menghancurkan mobil operasional MER-C.
“Abu Romzi, staf local MER-C yang tengah berada di ambulans menjadi korban syahid dan dilarikan ke RS Indonesia,” ujar Farid.
Serangan juga membuat kerusakan di wisma tempat tinggal relawan yang berada di area RS Indonesia.
Rentetan serangan roket dari Gaza – aksi serangan terbesar Hamas terhadap Israel selama beberapa tahun terakhir – dimulai tepat setelah fajar pada Sabtu (07/10), yang bertepatan dengan hari Sabat Yahudi serta hari perayaan Simchat Torah.
Saat sirene berbunyi di seluruh Israel, militer Israel (IDF) mengumumkan bahwa “teroris” telah menyusup ke wilayah Israel “di sejumlah lokasi berbeda”.
IDF meminta semua warga sipil di wilayah selatan dan tengah untuk bergegas menuju tempat penampungan di wilayah sekitar Gaza.
Rekaman video yang diunggah ke dunia maya menunjukkan sekelompok milisi Palestina bersenjata lengkap mengenakan seragam hitam berkeliling Sderot menggunakan truk pikap.
Dalam salah satu video, para milisi itu terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di jalan-jalan Kota Sderot, yang hanya berjarak 1,6 km dari Gaza.
Ada juga laporan yang belum dikonfirmasi di media Palestina bahwa sejumlah warga Israel telah disandera oleh kelompok milisi.
Pada saluran media sosialnya, Hamas merilis video yang menunjukkan warga Israel ditangkap oleh para anggotanya.
Dalam beberapa foto yang tidak dapat diverifikasi, sejumlah warga sipil tampaknya disandera di wilayah Palestina – sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama berjam-jam, saluran televisi Israel menayangkan wawancara langsung dengan orang-orang yang terjebak di rumah mereka setelah milisi Palestina memasuki kota dan desa mereka.
Sejumlah warga mengatakan mereka sudah lama tidak mengingat situasi seperti ini, sementara jalan-jalan di ibu kota Tel Aviv telah diblokir dan jalanan kosong.
“Restoran, kafe, semuanya ditutup dan ada perasaan terkejut, kaget, dan takut akan apa yang masih diperkirakan akan terjadi,” kata penulis dan jurnalis asal Inggris, Gideon Levy, kepada BBC.
“Saat roket pertama jatuh, saya masih jogging di taman, suaranya sangat keras.”
Pemimpin salah satu dewan regional di Israel selatan, Ofir Liebstein, tewas dalam baku tembak dengan milisi ketika dia pergi membela komunitasnya.
Sementara itu, serangan roket ke arah Israel berlanjut sepanjang Sabtu pagi. Rumah sakit di Kota Ashkelon dan pusat kota Beer Sheva merawat para korban.
“Warga Israel, kita sedang berperang, bukan dalam operasi atau serangan, tetapi dalam perang,” kata Perdana Menteri Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
“Saya mengumpulkan para kepala badan keamanan dan memerintahkan – pertama-tama – untuk membersihkan komunitas yang telah disusupi oleh teroris. Hal ini sedang dilakukan.
“Pada saat yang sama, saya telah memerintahkan mobilisasi cadangan secara besar-besaran dan kami membalas tembakan dengan kekuatan yang belum diketahui musuh.”
‘Intelijen Israel tertidur’
Peristiwa serangan Hamas adalah kegagalan intelijen luar biasa bagi Israel.
Israel memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.
Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok milisi tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Libanon, Suriah dan tempat lain.
Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin milisi baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.
Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur.
Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia.
Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar.
Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.
Seorang komandan senior militer Hamas mengumumkan dimulainya operasi serangan dalam siaran di media Hamas, menyerukan warga Palestina di mana pun untuk berperang.
“Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Mohammed Deif.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas – saingan politik Hamas – memimpin pertemuan darurat, dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk membela diri melawan “teror pemukim dan pasukan pendudukan”.
Investigasi besar-besaran telah dilakukan mengenai bagaimana intelijen Israel gagal melihat serangan Hamas yang terkoordinasi dengan baik, kata pejabat pemerintah Israel kepada BBC.
Ada kecaman keras dari dunia internasional terhadap serangan Hamas. Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan bahwa Inggris “dengan tegas mengutuk serangan mengerikan yang dilakukan Hamas terhadap warga sipil Israel” dan “Inggris akan selalu mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri”.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menggambarkan serangan itu sebagai “terorisme dalam bentuknya yang paling keji” sementara Amerika Serikat mengutuk kekerasan tersebut dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dari tindakan pembalasan.
Iran mendukung serangan Palestina, dengan mengatakan pihaknya mengucapkan selamat kepada para anggota milisi tersebut.
Adapun Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa Israel yang bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan yang sedang berlangsung..
Gaza Berdarah, Israel Tembak Mati 27 Warga Palestina di Tepi Barat
Di saat Israel mendeklarasikan perang terhadap Hamas dan menggempur Jalur Gaza, kekerasan meningkat di Tepi Barat.
Kekerasan ini bahkan berisiko semakin meningkat setelah lebih dari setahun terus-menerus bergejolak.
Pasukan keamanan Israel telah menembak mati sedikitnya 27 warga Palestina dalam bentrokan di Tepi Barat sejak serangan mendadak Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10) lalu.
Bentrokan tersebut terjadi seiring faksi-faksi Palestina menyerukan orang-orang di wilayah Palestina untuk bergabung dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan, dikutip kantor berita Reuters, Kamis (12/10/2023), tiga warga Palestina ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel dan pemukim Yahudi yang bertopeng di desa Qusra, dekat kota Nablus di Tepi Barat utara pada Rabu (11/10).
Lima anak di bawah umur termasuk di antara korban tewas sejak Sabtu, kata para pejabat Palestina, seraya menambahkan bahwa lebih dari 130 warga Palestina terluka, banyak di antaranya akibat konfrontasi dengan militer Israel di Tepi Barat.
Militer Israel telah mengatakan pihaknya memasok ribuan senjata api kepada warga yang memiliki izin “untuk meningkatkan sistem pertahanan” di seluruh negeri.
Militer Israel mengatakan pihaknya siap menghadapi eskalasi di Tepi Barat dan pasukannya telah bersiaga tinggi, melakukan penangkapan dan menggagalkan kemungkinan serangan.
“Siapa pun yang menantang kami di Yudea dan Samaria akan dihadang dengan kekuatan besar,” kata juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menggunakan nama-nama Yahudi dalam Alkitab untuk Tepi Barat.
Hingga Rabu, pos pemeriksaan militer masih ditutup dan jalan-jalan di beberapa bagian Tepi Barat ditutup dengan gundukan tanah, sehingga membatasi pergerakan.
Sementara itu, Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan terbatas di wilayah Tepi Barat, menyampaikan simpatinya terhadap Gaza yang sedang berperang dengan Israel.
“Israel adalah musuh dan penjajah kita dan merupakan hak rakyat kita untuk membela diri,” kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada pertemuan pemerintah pada hari Senin lalu.
Otoritas Palestina dipimpin oleh faksi Fatah, saingan Hamas, yang telah membuat Fatah keluar dari Gaza setelah perang saudara singkat pada tahun 2006-2007.
NATO Dukung Israel Tapi Ingatkan Harus Proporsional di Gaza
Negara-negara NATO mengatakan kepada Israel bahwa mereka mendukung negara tersebut setelah serangan Hamas, namun mendesak pasukan Israel untuk merespons secara “proporsional”.
Hal itu disampaikan NATO kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant usai memberikan penjelasan kepada rekan-rekannya dari aliansi militer pimpinan Amerika Serikat tersebut melalui tautan video.
Ini disampaikan seiring Israel terus membombardir Gaza usai serangan mendadak Hamas ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.
“Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO mengutuk keras serangan tersebut, dan menambahkan: ‘Israel tidak berdiri sendiri’,” kata NATO dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).
“Sekutu-sekutu menyatakan solidaritasnya dengan Israel, dengan jelas menyatakan bahwa mereka mempunyai hak untuk mempertahankan diri secara proporsional terhadap tindakan teror yang tidak dapat dibenarkan ini,” imbuh NATO.
Negara-negara NATO pun “menyerukan Hamas untuk segera membebaskan semua sandera, dan memberikan perlindungan penuh terhadap warga sipil.
Sekutu juga memperjelas bahwa tidak ada negara atau organisasi yang boleh mengambil keuntungan dari situasi ini atau memperburuknya.”
Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.200 orang tewas dalam serangan udara dan artileri Israel secara terus menerus.
Sementara PBB mengatakan lebih dari 338.000 orang telah mengungsi.
Presiden AS Joe Biden yang sangat mendukung Israel, telah memperingatkan bahwa Israel harus “beroperasi berdasarkan aturan perang, terlepas dari semua kemarahan dan frustrasi.”