AS Balas Serangan Udara Suriah 7 milisi Iran Tewas – Sedikitnya enam hingga tujuh petempur pro-Iran tewas akibat dua serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) terhadap posisi kelompok milisi yang didukung Iran di Suriah.
AS Balas Serangan Udara Suriah 7 milisi Iran Tewas
Serangan udara Washington itu diklaim mengenai fasilitas pelatihan dan rumah persembunyian di wilayah Suriah bagian timur.
Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (13/11/2023), angka itu disebutkan oleh koresponden Fox News, Jennifer Griffin, yang mengutip seorang sumber Pentagon atau Departemen Pertahanan AS dalam laporannya.
Otoritas AS sendiri belum secara resmi mengumumkan korban jiwa dalam serangan udaranya di Suriah tersebut.
Sumber Pentagon itu juga menyebut bahwa sebuah rumah persembunyian milik kelompok yang bersekutu dengan Iran di Suriah terkena ledakan yang dipicu salah satu dari dua serangan udara AS.
“Ledakan sekunder selama dua jam terlihat di lokasi kedua yang diduga merupakan tempat penyimpanan senjata dan amunisi dalam jumlah besar,” sebut sumber Pentagon tersebut.
Sebelumnya, Pentagon dilaporkan menargetkan Suriah dan kelompok-kelompok pro-Iran pada Minggu (12/11) waktu setempat, sebagai respons terbaru atas rentetan serangan terhadap pasukan militer AS yang ditempatkan di Suriah dan Irak.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, seperti dilansir Reuters, serangan-serangan itu menargetkan sebuah fasilitas pelatihan di dekat kota Albu Kamal dan sebuah rumah persembunyian di dekat kota Mayadeen.
Austin menyebut Presiden Joe Biden yang memerintahkan langsung serangan-serangan tersebut.
Laporan sejumlah sumber lokal di Suriah menyebut salah satu serangan udara AS itu menghantam sebuah kamp yang dikelola oleh milisi pro-Iran di area sebelah barat Albu Kamal, Provinsi Deir al-Zor.
Sedangkan satu serangan lainnya menghantam area dekat jembatan di Mayadeen, yang terletak dekat perbatasan Irak dan benteng milisi pro-Iran.
Menurut laporan Reuters, serangan udara AS terhadap posisi milisi pro-Iran di wilayah Suriah itu menjadi serangan ketiga sejak 26 Oktober lalu, ketika Washington berupaya meredam gelombang serangan drone dan roket yang menghujani posisi pasukan militernya di Suriah dan Irak.
Maraknya serangan terhadap posisi militer AS di kawasan itu disebut sebagai imbas dari perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Iran dan para pendukungnya menyebut AS ikut bertanggung jawab atas perang yang digencarkan oleh Israel melawan Hamas kelompok yang juga didukung Teheran.
Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan AS dan koalisinya dilaporkan telah diserang setidaknya 40 kali di wilayah Irak dan Suriah oleh kelompok milisi pro-Iran.
Disebutkan sedikitnya 45 tentara AS mengalami cedera otak traumatis atau luka-luka ringan.
AS diketahui mengerahkan 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak, dengan misi memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal yang berupaya mencegah kebangkitan kelompok Islamic State (ISIS).
Yang pada tahun 2014 lalu menguasai sebagian besar wilayah strategis kedua negara tersebut sebelum akhirnya dikalahkan.
Militer Amerika Serikat melakukan dua serangan udara di Suriah terhadap Iran dan kelompok-kelompok sekutunya pada hari Minggu (12/11) waktu setempat.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyebut serangan itu sebagai respons terbaru terhadap serangkaian serangan terhadap pasukan Amerika di Suriah dan Irak.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan serangan itu menargetkan sebuah fasilitas pelatihan di dekat kota Albu Kamal dan sebuah rumah persembunyian di dekat kota Mayadeen.
Dia mengatakan Presiden Joe Biden memerintahkan serangan tersebut.
“Presiden tak punya prioritas lebih tinggi selain keselamatan personel AS, dan dia memerintahkan tindakan hari ini untuk memperjelas bahwa Amerika Serikat akan membela dirinya, personelnya, dan kepentingannya,” kata Austin dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Arabiya dan Reuters, Senin (13/11/2023).
Sumber-sumber lokal juga mengatakan serangan itu menargetkan sebuah kamp yang dikelola oleh milisi pro-Iran di daerah sebelah barat Albu Kamal, di provinsi Deir al Zor.
Serangan lainnya terjadi di dekat jembatan dekat kota Mayadeen, dekat perbatasan Irak dan benteng milisi pro-Iran, kata sumber tersebut.
Serangan tersebut adalah yang ketiga sejak 26 Oktober, ketika Amerika Serikat berupaya meredam rentetan serangan drone dan roket terhadap pasukan Amerika di Suriah dan Irak, yang dipicu oleh perang Israel-Hamas.
Iran dan para pendukungnya mengatakan bahwa Amerika Serikat ikut bertanggung jawab atas pernyataan perang Israel melawan kelompok Hamas, yang juga didukung oleh Iran.
Pasukan AS dan koalisi telah diserang setidaknya 40 kali di Irak dan Suriah oleh pasukan yang didukung Iran dalam beberapa pekan terakhir.
Setidaknya 45 tentara AS dilaporkan menderita cedera otak traumatis atau luka ringan akibat serangan-serangan tersebut.
Diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki 900 tentara di Suriah, dan 2.500 tentara lainnya di negara tetangga Irak.
Pasukan AS tersebut dikerahkan dengan misi memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal yang berupaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 sempat menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, namun kemudian berhasil dikalahkan.
Netanyahu Sebut Hamas Tolak Tawaran Bahan Bakar untuk RS Al-Shifa
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut kelompok Hamas menolak tawaran bahan bakar untuk Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza, yang menghentikan operasionalnya sejak akhir pekan karena kehabisan pasokan bahan bakar di tengah perang yang terus berkecamuk.
Seperti dilansir Reuters, Senin (13/11/2023), hal itu disampaikan Netanyahu saat ditanya oleh media Amerika Serikat (AS), NBC News, soal apakah tuduhan yang menyebut Hamas memiliki pos komando di bawah RS Al-Shifa dapat dibenarkan karena membahayakan nyawa orang-orang yang sakit dan para bayi.
“Sebaliknya, kami malah menawarkan sebenarnya, tadi malam, untuk memberikan mereka bahan bakar yang cukup guna mengoperasikan rumah sakit, mengoperasikan inkubator, dan sebagainya, karena kami tidak berperang sama sekali dengan para pasien atau warga sipil,” ucap Netanyahu dalam wawancara pada Minggu (12/11) waktu setempat itu.
Militer Israel, secara terpisah, mengatakan bahwa pihaknya siap mengevakuasi bayi-bayi dari RS Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, pada Minggu (12/11) waktu setempat.
Namun para pejabat Gaza menyebut orang-orang di dalam rumah sakit masih terjebak.
Otoritas Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan bahwa sedikitnya tiga bayi yang baru lahir telah meninggal dunia, karena rumah sakit tidak mendapatkan aliran listrik untuk tetap mengoperasikan inkubator yang menjadi tempat bayi-bayi itu dirawat.
Puluhan orang lainnya disebut dalam kondisi bahaya akibat pemadaman listrik. Pertempuran terus berlangsung di area-area dekat RS Al-Shifa.
Netanyahu lantas ditanya lebih lanjut oleh NBC News soal rencana memperbolehkan masuknya pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza untuk menyokong rumah-rumah sakit.
“Kami baru saja menawarkan bahan bakar kepada Rumah Sakit Shifa, mereka menolaknya,” klaim PM Israel tersebut.
“Hamas, yang bersembunyi di rumah sakit dan menempatkan diri mereka di sana, tidak menginginkan bahan bakar untuk rumah sakit…mereka ingin mendapatkan bahan bakar yang akan mereka bawa dari rumah sakit ke terowongan mereka, ke mesin perang mereka,” sebut Netanyahu.
Belum ada tanggapan dari Hamas soal klaim Netanyahu ini. Pihak RS Al-Shifa juga belum memberikan komentarnya.
Sebelumnya, Hamas membantah tuduhan Israel soal adanya pos komando di bawah kompleks RS Al-Shifa dan beberapa rumah sakit lainnya di Jalur Gaza.
7 Gereja di Gaza Palestina Rusak Imbas Digempur Israel
Kementerian Dalam Negeri Palestina mengungkapkan terdapat tujuh gereja di Gaza, Palestina, mengalami kerusakan setelah dimulainya agresi pasukan Israel pada 7 Oktober lalu.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Euro-Med Human Rights Monitor (HRM), tiga dari gereja itu merupakan gereja bersejarah yang terletak di berbagai wilayah di Jalur Gaza.
Salah satunya, Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang merupakan gereja tertua di Jalur Gaza. Gereja itu diserang oleh Israel pada 19 Oktober lalu.
Serangan itu menyebabkan belasan orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka.
Gereja itu menjadi tempat penampungan sementara bagi warga sejak pasukan Israel dan kelompok milisi Hamas Palestina perang.
Pasukan tentara Israel pun membenarkan bahwa mereka menyerang Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius itu. Mereka mengklaim terdapat markas Hamas di dekat gereja itu.
“Pesawat tempur menargetkan markas besar anggota militer organisasi Hamas yang terlibat dalam penembakan roket dan mortir ke wilayah Negara Israel,” kata kantor berita pers Israel, seperti diberitakan Anadolu Agency.
“Pesawat melancarkan serangan terhadap sasaran, dan dengan ‘gelombang ledakan’ akibat serangan tersebut menyebabkan tembok gereja yang terletak di area tersebut rusak,” tambahnya.
Angka kerusakan gereja di Gaza ini dikonfimasi oleh Ikrami Al Mudallal selaku juru bicara Kementerian Wakaf di Jalur Gaza.
Ia mengatakan, selain gereja, terdapat 59 gereja yang hancur total akibat serangan Israel.
“Jumlah masjid yang dihancurkan total telah meningkat menjadi 59,” kata Al Mudallah, dikutip Anadolu Agency.
Ia kemudian berujar, “Ditambah dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda, terdapat 136 masjid dan tiga gereja yang rusak sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober.”
Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, memasuki hari ke-37. Jumlah korban tewas melampaui 11.100 orang dari sisi Palestina hingga Minggu (12/11).
Dari total tersebut, lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
“Kami ingat bahwa pasukan pendudukan (Israel) melakukan lebih dari 1.130 pembantaian dan jumlah korban mencapai lebih dari 11.100 orang tewas, termasuk lebih dari 8.000 anak dan perempuan, dan jumlah korban luka lebih dari 28 ribu orang,” tulis kantor media pemerintah Gaza, seperti dikutip Anadolu Agency.
Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel mengintensifkan serangan darat dan udara di rumah sakit-rumah sakit Gaza utara, terutama Al Shifa.
Sejak Sabtu, pasukan Negeri Zionis mengepung kompleks medis itu dari segala penjuru.
Kendaraan militer Israel ditempatkan di dekat gerbang utama Al Shifa, yang secara langsung menargetkannya di tengah baku tembak serta serangan drone tiada henti.
Tiga badan PBB yang terdiri dari UNFPA, UNICEF, dan WHO telah mengecam situasi horor yang dialami fasilitas kesehatan di Gaza selama lebih dari sebulan agresi Israel.