8 Tradisi Populer Saat Rayakan Imlek – Tahun Baru Imlek, atau yang dikenal sebagai Lunar New Year, merupakan salah satu perayaan yang paling kuno dan paling meriah di berbagai budaya Asia.
8 Tradisi Populer Saat Rayakan Imlek
Perayaan ini menandai awal dari kalender lunar dan diperingati dengan penuh semangat serta tradisi khas.
Puncak perayaan terjadi pada malam tahun baru, di mana keluarga berkumpul untuk merayakan kebersamaan, membersihkan rumah dari roh-roh jahat, dan menghormati leluhur.
Lunar New Year sangat dinanti-nantikan di masyarakat karena berbagai aktivitas dan perayaan yang menyertainya, termasuk pawai lentera, tarian tradisional, dan kembang api yang menyinari langit malam.
Selama periode perayaan ini, budaya memainkan peran penting dalam menjaga warisan dan kepercayaan terkait dengan kalender lunar.
Contoh dari kekayaan budaya ini terlihat dalam tradisi Tionghoa, di mana setiap Lunar New Year diwakili oleh salah satu dari dua belas hewan zodiak (shio), yang memberikan identitas unik pada setiap perayaan Lunar New Year.
Dengan demikian, perayaan Tahun Baru Imlek tidak hanya memperingati pergantian waktu, tetapi juga menghormati kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya.
Di Indonesia, terdapat berbagai tradisi Imlek populer yang khas, yang membedakannya dari tradisi di negara lain, dan meskipun zaman telah berkembang pesat, masih banyak keluarga yang mempertahankan beberapa tradisi Imlek untuk menjaga kelestarian budaya. Apa saja tradisi unik Imlek di Indonesia:
1. Bersih-Bersih Rumah
Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa, melakukan kegiatan pembersihan rumah saat Imlek memiliki makna untuk mengusir segala keburukan dan kesialan.
Tradisi ini umumnya dilakukan satu hari sebelum perayaan Imlek. Pada hari Imlek sendiri, dihindari untuk membersihkan rumah karena diyakini dapat mengusir keberuntungan.
Jika seseorang ingin membersihkan rumah saat Imlek, tetap bisa dilakukan, namun penting untuk tidak menyapu dari dalam ke luar rumah.
Jika perlu melakukan penyapuan, harus dimulai dari luar ke dalam rumah. Debu dan kotoran dapat disimpan terlebih dahulu dan dibuang setelah Imlek berlalu.
Melakukan penyapuan ke luar rumah dianggap dapat mengusir rejeki yang hendak masuk ke dalam rumah.
Selain membersihkan rumah, masyarakat keturunan Tionghoa juga membersihkan klenteng. Peralatan pembersih rumah seperti vacuum cleaner, alat pel, dan sapu dapat memudahkan proses pembersihan.
Dengan rumah yang bersih, tamu yang berkunjung saat Imlek juga akan merasa lebih nyaman. Untuk membeli peralatan rumah tangga terbaik, dapat ditemukan di Bhinneka.
2. Dekorasi Rumah Serba Merah
Setelah melakukan pembersihan rumah, langkah berikutnya adalah menghias rumah dengan dekorasi khas berwarna merah.
Setiap pintu dan jendela dicat ulang untuk meningkatkan keindahan. Tidak hanya itu, berbagai macam kertas dengan kalimat atau kutipan bijak juga ditempel di berbagai tempat.
Warna merah mendominasi karena diyakini dapat membawa keberuntungan dan kemakmuran.
Selain dianggap sebagai simbol keberuntungan, warna merah juga dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir Nian, mahluk buas yang konon hidup di laut atau gunung.
Nian diyakini muncul pada musim semi atau saat perayaan tahun baru Imlek tiba. Setelah rumah dihias, berbagai hidangan khas Imlek juga disajikan untuk melengkapi suasana perayaan.
3. Memberi Angpau ke yang Belum Menikah
Amplop merah, yang disebut angpau atau hongbao, biasanya berisi uang tunai dan diberikan sebagai hadiah menyambut Tahun Baru Imlek.
Angpau memiliki makna pemberian rezeki dan menjadi simbol penting dalam tradisi Imlek. Warna merah pada angpau melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan keberuntungan, membuatnya menjadi momen yang sangat dinanti dalam tradisi Imlek di Indonesia.
Pemberian angpau umumnya dilakukan oleh anggota keluarga yang sudah menikah kepada anak-anak atau individu yang belum menikah.
Menariknya, orang dewasa yang belum menikah juga tetap mendapatkan angpau. Dalam kepercayaan Tionghoa, angka 4 dihindari dalam jumlah uang di dalam angpau karena dianggap membawa sial.
Ini karena dalam bahasa Mandarin, angka empat memiliki pengucapan yang mirip dengan kata “mati”.
4. Berharap Hujan Datang
Banyak di masyarakat yang percaya bahwa hujan saat perayaan Imlek adalah pertanda keberuntungan.
Tradisi ini diakui oleh masyarakat Tionghoa, yang sering berharap agar hujan turun pada hari Imlek karena dianggap membawa banyak rezeki.
Menariknya, Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada bulan Januari atau Februari, di mana curah hujan cenderung meningkat secara merata di seluruh wilayah Selatan Indonesia.
5. Pantang Makan Bubur
Meskipun bubur adalah makanan umum untuk sarapan pagi, masyarakat Tionghoa memandangnya sebagai sesuatu yang tidak pantas dimakan saat Imlek.
Mereka meyakini bahwa bubur adalah lambang kemiskinan, dan mengkonsumsinya saat tahun baru Imlek dapat mengundang kesialan dan mengusir keberuntungan.
Sebagai alternatif, masyarakat Tionghoa menyajikan berbagai hidangan lain yang dianggap membawa keberuntungan, kekayaan, dan harmoni keluarga.
Kue keranjang, jeruk mandarin, mie goreng, dan makanan lainnya dipilih sebagai pengganti bubur untuk merayakan momen Imlek.
6. Pantang Makan Durian dan Salak
Selama perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa di Indonesia menghindari mengonsumsi durian dan salak.
Kedua buah berkulit kasar dan berduri ini jarang ditemukan di meja makan saat perayaan Imlek karena dianggap memiliki konotasi negatif yang melambangkan kehidupan yang sulit dan penuh pertentangan.
Kulit buah yang berduri dianggap sebagai simbol ketidakharmonisan, pertengkaran, dan kesialan.
Meskipun memiliki rasa yang manis, durian dan salak tidak termasuk dalam hidangan Imlek karena masyarakat Tionghoa mengutamakan makanan yang membawa makna positif selama perayaan ini.
7. Dilarang Membalik Ikan
Salah satu hidangan khas dalam perayaan Imlek adalah ikan bandeng kukus. Tradisi unik dalam perayaan Imlek di Indonesia adalah larangan untuk mengambil daging ikan bagian bawahnya.
Ketika menyantap ikan, disarankan agar tidak membalikkan posisi ikan, dan bagian bawahnya harus tersisa untuk dikonsumsi keesokan harinya.
Hal ini diyakini oleh masyarakat Tionghoa sebagai simbol adanya kelebihan rezeki yang akan datang pada tahun yang akan berjalan.
8. Menutup Rumah di Tengah Malam Imlek
Di Indonesia, tradisi Imlek termasuk pelaksanaan sembahyang kepada leluhur pada malam pergantian tahun sebagai bagian dari perayaan.
Dalam rangka melakukan doa, masyarakat Tionghoa cenderung menutup rumah atau gerbang sebelum pukul 12 malam.
Sembahyang dilakukan dengan mengunjungi makam leluhur atau diadakan di rumah. Pada tengah malam, mereka melanjutkan doa kepada dewa rezeki sepanjang malam.
Ini adalah sebagian dari 8 tradisi Imlek di Indonesia. Setiap negara memiliki kekhasan sendiri dalam merayakan Tahun Baru Imlek.
Di Indonesia, di samping tradisi yang unik, terdapat juga hidangan khas Imlek yang jarang ditemukan di tempat lain.
Tradisi Imlek Ini Jangan Sampai Kamu Lewatkan
Pastikan untuk tidak melewati tradisi Imlek yang hanya terjadi sekali dalam setahun ini. Salah satunya adalah pembagian angpao, yang sangat dinantikan oleh semua orang.
Angpao berbentuk amplop merah yang berisi uang tunai, biasanya diberikan oleh orang tua atau pasangan yang sudah menikah kepada anak-anak dan anggota keluarga yang lebih muda yang belum menikah.
Legenda menyebutkan bahwa memberikan delapan koin dalam amplop merah kepada anak-anak dapat melindungi mereka dari Sui, iblis yang mengunjungi pada malam Tahun Baru Imlek.
Selain itu, ada juga Festival Lampion yang tidak boleh dilewatkan. Biasanya diadakan menjelang akhir perayaan atau pada malam purnama setelah Imlek. Ini adalah momen reuni keluarga yang sangat penting dalam tradisi Imlek.
Selama perayaan Tahun Baru Imlek, barongsai telah menjadi simbol yang sangat ikonik dari perayaan tahunan tersebut.
Berikut sederet tradisi Imlek yang jangan sampai kamu lewatkan pada hari ini saat perayaan Tahun Baru Imlek 2024.
1. Makan Mie Panjang Umur
Tradisi yang paling terkenal dalam perayaan Tahun Baru Imlek adalah hidangannya. Tidak hanya lezat, makanan yang disajikan dalam perayaan ini juga sarat dengan makna simbolis.
Giannina Ong, pemimpin redaksi Mochi Magazine, menjelaskan bahwa pada hari ulang tahun dan Tahun Baru Imlek, mereka selalu memastikan untuk menyantap mie panjang.
Panjangnya mie menjadi simbol panjang umur, dan mereka tidak mematahkannya saat memasak atau memotongnya saat makan.
Selain mie panjang, lumpia dan pangsit juga disajikan untuk melambangkan kemakmuran. Selain itu, beberapa makanan lain dipilih karena nama mereka.
Misalnya, kata “yú” dalam bahasa Mandarin berarti ikan dan mirip dengan kata yang berarti “surplus”.
Biasanya, ikan yang disajikan untuk makan malam Tahun Baru Imlek dikukus dan disajikan utuh. Di beberapa bagian dunia, ikan ini dianggap membawa keberuntungan dalam perayaan Tahun Baru.
2. Menghias Rumah untuk Mengundang Keberuntungan
Dalam hal dekorasi, Ong menyatakan bahwa segalanya dihiasi dengan warna merah karena api melambangkan kehidupan baru dan kemakmuran.
Kepercayaan akan keberuntungan warna merah mungkin berasal dari legenda tentang Nian, binatang buas yang muncul pada malam tahun baru untuk membawa malapetaka.
Orang-orang percaya bahwa Nian takut dengan warna merah. Oleh karena itu, hingga kini, mereka menggantung lentera merah, menulis kalimat-kalimat di atas kertas merah, serta menampilkan karakter fu (keberuntungan) di atas kertas merah untuk menolak nasib buruk.
Karakter ini biasanya digantung secara terbalik, dengan tujuan mengundang keberuntungan.
Fu yang terbalik mengandung arti membalikkan sesuatu atau mendatangkan, mirip dengan arti tiba.
Jadi, simbol fu terbalik dimaksudkan untuk memanggil keberuntungan.
Bunga dan pohon kumquat juga dianggap sebagai simbol kemakmuran. Setelah membersihkan rumah, kamu bisa membawa beberapa bunga ke dalam rumah untuk menambah keberuntungan ekstra bagi kamu dan keluargamu.
3. Berkumpul Bersama Keluarga
Keluarga merupakan pilar kehidupan dalam budaya Cina, sehingga wajar jika setiap tahun baru dihabiskan bersama orang-orang terkasih.
Leung menjelaskan bahwa seperti Thanksgiving dan Natal, Tahun Baru Imlek juga menjadi waktu liburan bagi orang-orang untuk bersatu dengan anggota keluarga dan merayakan musim semi serta pergantian tahun bersama.
Namun, sayangnya, beberapa orang mungkin tidak bisa bersama keluarga karena berbagai alasan. Jika situasinya demikian, menghidangkan hidangan yang sama atau berkomunikasi melalui panggilan video dapat menjadi alternatif yang baik.
4. Pergi ke Kuil atau Wihara
Pada Tahun Baru Imlek, tradisi keluarga Tionghoa sering kali melibatkan kunjungan ke kuil atau wihara pada malam pergantian tahun untuk berdoa dan mencari keberuntungan.
Selain itu, membawa makanan yang kemudian dibakar sebagai persembahan kepada leluhur adalah hal penting untuk menenangkan arwah mereka.
Melalui cara ini, diharapkan doa-doa untuk keberuntungan dalam kehidupan, termasuk dalam hal pekerjaan dan cinta, dapat dikabulkan oleh para leluhur.
5. Festival Lampion
Tradisi Festival lampion tidak pernah absen dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Biasanya, acara ini diselenggarakan pada akhir perayaan Imlek atau saat bulan purnama. Festival ini menjadi kesempatan untuk keluarga berkumpul.
Dalam banyak keluarga Tionghoa, menulis karakter “fu” (福 – Fú) adalah tradisi sebelum melepaskan lampion ke langit, sebagai upaya untuk membawa keberuntungan di tahun yang akan datang. Lampion Kongming juga sangat dihargai selama festival ini.
Setiap sisi lampion dihiasi dengan harapan-harapan mereka, dengan harapan bahwa lampion yang terbang tinggi ke langit akan membawa permohonan mereka di tahun baru ke langit.
6. Menonton Barongsai
Barongsai telah menjadi simbol khas dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Tradisi menyaksikan barongsai merupakan bagian penting dari perayaan tersebut, mengingat naga dianggap membawa kemakmuran dan keberuntungan.
Sebagai bagian dari tradisi, amplop merah sering dimasukkan ke dalam mulut kostum barongsai atau singa.
Kemudian, kostum tersebut akan meludahkan daun selada sebagai simbol awal dari keberuntungan yang akan membawa kemakmuran dalam tahun yang baru.
7. Berikan Persembahan Kue
Menurut mitologi Cina, Zao Jun atau Dewa Dapur memiliki tanggung jawab untuk melaporkan perbuatan baik dan buruk manusia kepada kaisar langit.
Oleh karena itu, banyak keluarga di Bumi memberikan penghormatan kepada Dewa Dapur dengan berbagai cara, seperti menyalakan petasan, membakar dupa, memberikan persembahan, dan menyajikan kue khas tahun baru yang disebut Niángāo.
Tujuannya adalah agar Zao Jun memberikan laporan yang baik tentang perilaku manusia dan memberkati keluarga dengan kehidupan yang sehat dan sejahtera.
Niángāo, kue persembahan ini, juga menjadi hidangan yang penting selama perayaan Imlek karena dipercaya dapat membawa kesuksesan dan kemajuan dalam kehidupan seseorang secara harfiah.
8. Sajian Makanan saat Imlek
Dalam merayakan Imlek, menyajikan makanan khas menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut. Imlek sering kali dihubungkan dengan berbagai hidangan yang dipercaya membawa keberuntungan, seperti jeruk, lumpia, dan pangsit.
Selain itu, jika kamu menyajikan pangsit, disarankan untuk meletakkannya secara sejajar dan menghindari penyusunan dalam bentuk lingkaran.
Hal ini karena ada keyakinan bahwa hidup seseorang akan berputar-putar tanpa arah jika disusun dalam lingkaran.
Jeruk juga merupakan buah yang sering dihidangkan karena dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kekayaan, sehingga menjadi bagian penting dari perayaan Imlek.
Lunar New Year: Sejarah, Asal-Usul dan Perayaannya
Tahun Baru Imlek, atau yang lebih dikenal sebagai Lunar New Year, adalah salah satu perayaan tertua dan paling meriah dalam berbagai budaya Asia.
Menandai permulaan dari kalender lunar, Lunar New Year disambut dengan semangat dan tradisi yang khas.
Puncak perayaan terjadi saat malam pergantian tahun, di mana keluarga berkumpul untuk merayakan kebersamaan, membersihkan rumah dari roh jahat, dan menghormati leluhur.
Lunar New Year merupakan momen yang sangat dinantikan dalam masyarakat, di mana beragam aktivitas dan perayaan termasuk pawai lentera, tarian tradisional, dan kembang api yang menerangi langit malam.
Selama perayaan ini, budaya memegang peran penting dalam menjaga warisan dan kepercayaan terkait dengan kalender lunar.
Sebagai contoh, dalam tradisi Tionghoa, setiap Lunar New Year mewakili salah satu dari dua belas hewan zodiak (shio), yang memberikan ciri khas unik pada setiap perayaan Lunar New Year.
Dengan demikian, Lunar New Year tidak hanya memperingati pergantian waktu, tetapi juga menghargai kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya.
Sejarah dan Asal-Usul Lunar New year
Perayaan Tahun Baru Imlek biasanya diperingati di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. Perayaan dimulai dengan awal gerhana bulan pertama dalam kalender lunar dan berakhir pada gerhana bulan purnama pertama, 15 hari setelahnya.
Kalender lunar mengikuti siklus bulan, sehingga tanggal perayaan ini sedikit bervariasi setiap tahunnya, dimulai antara 21 Januari dan 20 Februari menurut kalender Barat.
Sebagai langkah persiapan menjelang Tahun Baru Imlek, sekitar 10 hari sebelumnya, rumah-rumah disiapkan dengan membersihkan secara menyeluruh untuk menghindari kemungkinan nasib buruk, dalam tradisi “membersihkan tanah.”
Tradisionalnya, malam dan hari Tahun Baru dihabiskan dengan keluarga, termasuk upacara keagamaan untuk menghormati leluhur.
Pada hari Tahun Baru, anggota keluarga diberikan amplop merah (lai see) berisi uang. Tarian dan kembang api menjadi bagian penting dalam perayaan, mencapai puncaknya pada Festival Lampion yang dirayakan pada hari terakhir perayaan Tahun Baru.
Malam itu, lampion berwarna menerangi rumah-rumah, dan hidangan tradisional seperti yuanxiao (bola ketan simbol persatuan keluarga), fagao (kue keberuntungan), dan yusheng (salad ikan mentah dan sayuran) disajikan.
Asal-usul Festival Tahun Baru Imlek kaya akan legenda dari ribuan tahun yang lalu. Salah satu legenda melibatkan Nian, makhluk menakutkan yang dikatakan memangsa manusia pada hari Tahun Baru.
Karena Nian takut dengan warna merah, suara keras, dan api, dekorasi kertas merah dipasang di pintu-pintu, lampion dinyalakan sepanjang malam, dan kembang api digunakan untuk mengusirnya.
Budaya dan Makanan Khas Lunar New Year
Setiap budaya merayakan Tahun Baru Imlek dengan makanan dan tradisi yang mencerminkan kemakmuran, kelimpahan, dan kebersamaan.
Sebagai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek, rumah-rumah dibersihkan secara menyeluruh untuk mengusir roh-roh jahat yang mungkin telah terkumpul selama tahun sebelumnya.
Pembersihan ini juga dimaksudkan untuk menciptakan ruang bagi keberuntungan dan kebaikan.
Beberapa keluarga mengadakan ritual untuk menawarkan makanan dan simbol-simbol kertas kepada leluhur, sementara yang lain menempelkan kertas merah dan spanduk dengan pesan kaligrafi tentang kesehatan dan keberuntungan di dalam dan di luar rumah.
Orang tua memberikan amplop berisi uang kepada anak-anak sebagai bagian dari tradisi. Makanan yang terbuat dari beras ketan biasanya disajikan, karena makanan ini melambangkan kebersamaan, sementara makanan lain melambangkan kemakmuran, kelimpahan, dan keberuntungan.
China
Asal-usul Tahun Baru Imlek di Tiongkok diyakini berasal dari Dinasti Shang pada abad ke-14 SM. Pada masa Kaisar Wu dari Dinasti Han (140-87 SM), tradisi merayakan hari pertama tahun kalender Tiongkok dimulai.
Menurut Yong Chen, seorang sarjana dalam Studi Asia-Amerika, perayaan ini memiliki akar kuno di Tiongkok, terutama dalam masyarakat pertanian. Masyarakat merayakan panen dan menyembah para dewa, serta memohon panen yang baik di masa depan.
Pada Revolusi Kultural tahun 1967, Tiongkok melarang perayaan resmi Tahun Baru Imlek. Namun, pemimpin Tiongkok menjadi lebih menerima tradisi ini.
Pada tahun 1996, Tiongkok mengenalkan cuti seminggu selama liburan ini—sekarang disebut Festival Musim Semi—memberi orang kesempatan untuk pulang dan merayakan Tahun Baru.
Vietnam
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek di Vietnam, rumah-rumah dihias dengan pohon kumquat dan bunga seperti bunga persik, krisan, anggrek, dan gladiola merah.
Seperti di Tiongkok, perjalanan sangat padat selama liburan ini karena anggota keluarga berkumpul untuk merayakan tahun baru.
Keluarga merayakan dengan hidangan berupa piring lima buah untuk menghormati leluhur mereka. Perayaan Tết juga dapat mencakup bánh chưng, sejenis kue beras yang terbuat dari kacang hijau, daging babi, dan bahan lainnya yang dibungkus daun bambu.
Camilan yang disebut mứt tết umumnya ditawarkan kepada tamu. Gigitan manis ini terbuat dari buah-buahan kering atau biji panggang yang dicampur dengan gula.
Korea
Di Korea, perayaan resmi Tahun Baru Imlek dihentikan dari tahun 1910-1945 saat Kekaisaran Jepang mengannex Korea dan menguasainya sebagai koloni hingga akhir Perang Dunia II.
Perayaan Seollal secara resmi dihidupkan kembali pada tahun 1989, meskipun banyak keluarga telah mulai merayakan liburan lunar tersebut.
Korea Utara mulai merayakan Tahun Baru Imlek menurut kalender lunar pada tahun 2003. Sebelum itu, Tahun Baru hanya diamati pada tanggal 1 Januari.
Warga Korea Utara juga didorong untuk mengunjungi patung pendiri Kim Il Sung dan putranya Kim Jong Il selama liburan dan memberikan persembahan bunga.
Baik di Korea Utara maupun Korea Selatan, sup kue beras iris (tteokguk) disiapkan untuk merayakan liburan Tahun Baru Imlek.
Kaldu jernih dan kue beras putih dari tteokguk diyakini melambangkan memulai tahun dengan pikiran dan tubuh yang bersih.
Alih-alih memberikan uang dalam amplop merah, seperti di Tiongkok dan Vietnam, orang tua memberikan uang Tahun Baru dalam amplop putih berpola.
Secara tradisional, keluarga berkumpul dari seluruh Korea di rumah lelaki tertua dalam keluarga untuk memberikan penghormatan kepada leluhur dan para sesepuh. Perjalanan kurang umum di Korea Utara dan keluarga cenderung.
Zodiak Lunar New Year 2024
Setiap tahun dalam kalender lunar mewakili salah satu dari 12 hewan zodiak atau Shio yang termasuk dalam siklus 12 stasiun atau “tanda” sepanjang jalur tampak matahari melalui kosmos.
Hewan zodiak yang terdiri dari tikus, lembu, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi, dipetakan ke dalam kalender lunar tradisional.
Selain itu, lima elemen yaitu tanah, air, api, kayu, dan logam juga terkait dengan kalender lunar.
Tiap tahunnya dihubungkan dengan hewan tertentu yang sesuai dengan salah satu elemen tersebut.
Misalnya, tahun 2024 dijadwalkan sebagai tahun naga, yang dianggap membawa keberuntungan, kebijaksanaan, dan kekuatan, dengan tahun naga terakhir terjadi pada 2012.
Dengan keunikan ini, setiap tahun tidak hanya diidentifikasi oleh hewan zodiaknya tetapi juga oleh unsur elemen yang menyertainya.
Gabungan dari hewan dan elemen ini memberikan ciri khas dan karakteristik unik pada setiap tahun dalam kalender lunar.
Masyarakat meyakini bahwa sifat dan energi yang terkait dengan hewan dan elemen tersebut dapat mempengaruhi peristiwa dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari selama tahun tersebut.