300Ribu Tentara Israel Bersiap Untuk Invasi Gaza – Ratusan ribu tentara Israel sudah berada di dekat perbatasan Jalur Gaza. Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Yoav Gallant, menyatakan pasukan Israel akan melancarkan ‘serangan penuh’ terhadap Gaza.
300Ribu Tentara Israel Bersiap Untuk Invasi Gaza
Dilansir detikpulsa, juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF), Jonathan Conricus mengatakan pihaknya mengirim pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.
Mereka berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel.
Kamp pengungsi Jabalia, di utara Kota Gaza, dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel pada hari Senin.
Laporan terkini menyebutkan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza akan kehabisan bahan bakar dalam waktu 10 hingga 12 jam ke depan, kata Kepala Otoritas Energi Palestina, Thafer Melhem, kepada radio Voice of Palestine.
Israel memutus pasokan listrik ke Gaza pada hari Senin (9/10), ketika mereka menyatakan pengepungan total.
Ini artinya, Israel menutup jalur pasokan makanan, bahan bakar dan air ke Gaza.
Angkatan Udara Israel mengatakan serangan ini akan terus berlanjut, setelah menggenapkan 450 target dalam 24 jam terakhir.
Invasi ke Gaza Segera Terjadi
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa invasi ke Gaza akan segera terjadi.
Hal ini disampaikan setelah Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant menyatakan pasukan Israel akan melancarkan ‘serangan penuh’ terhadap Gaza.
Seperti dilansir media Al Arabiya, Rabu (11/10), Ben-Gvir juga mengatakan bahwa seluruh warga Sderot, wilayah Israel bagian selatan, akan dipersenjatai.
Gallant dalam pernyataan, seperti dikutip The Times of Israel dan Al Arabiya News, mengatakan bahwa militer Israel atau Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan segera melakukan serangan penuh terhadap Jalur Gaza, seiring perang dengan kelompok Hamas berlanjut untuk hari kelima.
“Mereka akan menyesali momen ini, Gaza tidak akan pernah kembali seperti semula. Siapa pun yang datang untuk memenggal kepala, membunuh para perempuan, penyintas Holocaust, kami akan melenyapkannya dengan sekuat tenaga, dan tanpa kompromi,” kata Gallant.
PBB: Israel Minta 1,1 Juta Warga Palestina di Gaza Pindah dalam 24 Jam
Militer Israel mendesak 1,1 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza untuk dievakuasi menuju wilayah selatan dalam waktu 24 jam, demi keselamatan mereka.
“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerukan evakuasi seluruh warga sipil Gaza dari rumah mereka ke arah selatan, demi keselamatan dan perlindungan mereka sendiri,” demikian pernyataan militer Israel, dikutip AFP.
Militer Israel menyerukan agar warga Palestina pindah ke daerah selatan Wadi, seperti yang ditunjukkan pada peta.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang telah menerima informasi tersebut pada Kamis (12/10) malam, mengaku khawatir desakan evakuasi warga Palestina bisa menjadi awal rencana serangan darat Israel ke Gaza.
“Para pejabat PBB di Gaza diberi tahu oleh petugas penghubung di militer, bahwa seluruh penduduk Gaza harus direlokasi ke selatan dalam waktu 24 jam ke depan,” kata juru bicara PBB, Stephanie Dujarric.
Menurut Dujarric, PBB menganggap tidak mungkin evakuasi seperti itu terjadi tanpa konsekuensi kemanusiaan yang buruk.
Sejauh ini militer Israel belum mengeluarkan komentar resmi tentang peringatan evakuasi tersebut. Sebelumnya tank-tank Israel telah dikerahkan di dekat perbatasan Jalur Gaza.
Kepala kantor media pemerintah Hamas, Salama Marouf, mengatakan peringatan relokasi dan evakuasi itu adalah upaya Israel untuk menyiarkan dan menyebarkan propaganda palsu.
Tujuan propaganda palsu itu, menurut Marouf, bertujuan untuk menaburkan kebingungan di antara warga Palestina.
“Kami mendesak warga kami untuk tidak terlibat dalam upaya ini,” ujar Marouf.
Amukan Hamas ke Israel pada akhir pekan lalu telah berimbas deklarasi perang yang menewaskan lebih dari 2.000 orang di sisi Palestina dan Israel.
Sejauh ini Israel merespons dengan mengepung Gaza dan melancarkan pengeboman yang menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Telepon Presiden Israel, Brasil Minta Koridor Kemanusiaan di Gaza
Presiden Brasil, yang kini memegang jabatan bergilir presiden Dewan Keamanan PBB, telah meminta Israel untuk membangun koridor kemanusiaan, yang memungkinkan warga di Jalur Gaza mengungsi ke Mesir.
“Saya baru-baru ini berbicara melalui telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog,” tulis Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva di X, sebelumnya Twitter.
“Saya menyampaikan seruan saya untuk adanya koridor kemanusiaan sehingga masyarakat yang ingin meninggalkan Jalur Gaza melalui Mesir bisa aman,” imbuhnya, dikutip kantor berita AFP, Jumat (13/10/2023).
Sebelumnya, para para menteri luar negeri Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyerukan pembentukan rute, yang memungkinkan warga meninggalkan Gaza atau membiarkan bantuan kemanusiaan mengalir masuk.
Lula, dalam tweetnya, mengatakan dia “menegaskan kembali kecaman Brasil atas serangan teroris dan solidaritas kami dengan keluarga para korban.”
“Saya meminta kepada Presiden (Israel) semua inisiatif yang mungkin dilakukan untuk memastikan tidak ada kekurangan air, listrik, dan obat-obatan di rumah sakit,” tambahnya.
Pada hari Sabtu (7/10) lalu, kelompok bersenjata Hamas menyerbu kota-kota kecil dan festival musik di Israel, membunuh lebih dari 1.200 orang dan menyandera sekitar 150 orang.
Israel membalas dengan rentetan serangan udara dan artileri di Gaza, hingga meratakan bangunan dan menewaskan lebih dari 1.400 orang, banyak dari mereka adalah warga sipil.
Israel kini bersiap untuk melakukan invasi darat ke wilayah Palestina tersebut.
Brasil telah mengadakan pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat untuk membahas konflik tersebut.
Sementara itu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, setelah mengutuk apa yang disebutnya sebagai “pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran” di Gaza.
“Dari Venezuela, kami meratifikasi seruan solidaritas kami terhadap rakyat Palestina,” kata Maduro.
Putin Tegaskan Dukung Negara Palestina dengan Ibu Kota Yerusalem
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kembali dukungan negaranya terhadap pembentukan negara Palestina merdeka dan penerapan resolusi PBB yang relevan.
Berbicara pada sesi pleno Pekan Energi Rusia di Moskow, Putin menyatakan posisi negaranya terhadap perang antara Israel dan Hamas tersebut.
“Posisi Rusia, yang baru saja saya sebutkan dan jelaskan, belum berkembang saat ini, bukan sehubungan dengan peristiwa tragis ini, namun telah berkembang selama beberapa dekade. Posisi ini diketahui oleh pihak Israel dan teman-teman kami di Palestina: Kami selalu menganjurkan penerapan resolusi Dewan Keamanan PBB, dengan mempertimbangkan pertama-tama dan terutama pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat,” ujar Putin, seperti dilansir Middle East Monitor, Jumat (12/10).
Putin menambahkan bahwa konflik di Palestina telah berlangsung lama, dan telah menjadi manifestasi ketidakadilan yang mencapai tingkat yang luar biasa.
Dia menambahkan bahwa masalah Palestina merupakan sesuatu di jantung setiap orang di wilayah tersebut.
“Apa yang terjadi sungguh mengerikan. Kami memahami bahwa tingkat kepahitannya sangat besar. Tapi kita perlu mengurangi korban sipil seminimal mungkin, dan ini berlaku untuk kedua belah pihak,” kata Putin.
Putin menjelaskan bahwa pada awalnya ada pembicaraan tentang pembentukan dua negara, Israel dan Palestina.
Tapi, hal tersebut tidak pernah terjadi dan bahkan menurut dia, bagian dari wilayah Palestina diduduki oleh Israel.
Dia menekankan bahwa perluasan zona konflik dapat menimbulkan konsekuensi serius.
Menurut Putin, dalam beberapa tahun terakhir, fokusnya adalah pada pemenuhan kebutuhan material penduduk yang tinggal di wilayah Palestina.
“Intinya, mereka telah mencoba untuk menggantikan penyelesaian masalah-masalah politik yang mendasar dengan semacam pemberian materi,” jelas Putin.
Dia berpendapat, pemberian materi tentu menjadi sangat penting bagi masyarakat yang memiliki taraf hidup rendah.
“Menyelesaikan permasalahan ekonomi memang penting, namun kami selalu mengatakan bahwa hal ini tidak akan cukup,” ucapnya.
“Dan tanpa menyelesaikan masalah-masalah politik mendasar, yang paling penting adalah pembentukan negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, mustahil menyelesaikan seluruh masalah,” tambah pria yang pernah menjadi agen intelijen Rusia, KGB ini.
Nyaris 3 Ribu Orang Tewas dalam Perang Israel vs Hamas Palestina
Korban tewas imbas perang Israel dengan milisi Palestina, Hamas, tembus 2.904 jiwa per Kamis (12/10).
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat sekitar 1.572 orang tewas dan 7.262 orang luka-luka di Jalur Gaza.
Di Tepi Barat Palestina, setidaknya 32 orang meninggal dunia dan 600 orang lainnya luka-luka.
Sementara itu, militer Israel melaporkan 1.300 orang tewas dan 3.418 lainnya terluka imbas perang.
Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza usai milisi Palestina, Hamas, menyerbu kota-kota di Israel dalam serangan tak terduga dari berbagai sisi pada Sabtu (7/10).
Hamas mengklaim serangan dengan nama Operasi Badai Al Aqsa itu untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi.
Serangan itu juga disebut balasan atas tindakan provokatif Israel di situs suci Yerusalem dan terhadap warga Palestina yang ditahan.
Pasukan Israel tak tinggal diam dan membalas serangan Hamas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi.
Operasi Israel ini menargetkan infrastruktur Hamas di Jalur Gaza.
Aksi saling serang ini disebut-sebut yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur pada 1973 silam.