11 Sandera Hamas 33 Tahanan Palestina Dibebaskan Segera – Israel membebaskan tambahan 33 warga Palestina yang menjadi tahanan di beberapa penjara pada Senin (27/11).
11 Sandera Hamas 33 Tahanan Palestina Dibebaskan Segera
Pembebasan ini dilakukan menyusul kesepakatannya dengan kelompok Hamas Palestina untuk memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza.
Puluhan warga Palestina itu dibebaskan dari beberapa penjara Israel antara lain Damon, Mgiddo, Ofer, Ktzi’ot, Ramon, dan Nafha.
Di sisi lain, Hamas juga membebaskan tambahan 11 sanderanya sebagai bagian dari kesepakatan perpanjangan gencatan senjata.
Hamas sejauh ini telah membebaskan 69 dari total sekitar 200 sandera. Sementara itu, Israel telah membebaskan sekitar 150 warga Palestina yang menjadi tahanan, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Ratusan tahanan Palestina ini telah dipenjara di Israel tetapi tidak pernah dikenakan dakwaan secara resmi.
Gencatan senjata antara pasukan Israel dengan kelompok Hamas, resmi diperpanjang hingga dua hari terhitung sejak Selasa (28/11) dini hari waktu setempat.
“Kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama tambahan dua hari di Jalur Gaza,” kata pemerintah Qatar selaku mediator kesepakatan, seperti dilansir Reuters.
Dengan begini, gencatan senjata akan berakhir pada Kamis (30/11).
Pada kesepakatan awal, Israel setuju menambah satu hari gencatan senjata untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan Hamas dari Gaza.
Ini artinya untuk 2 hari tambahan gencatan senjata, akan ada sekitar 20 sandera yang dibebaskan dari Gaza.
Sementara Israel juga setuju untuk membebaskan tiga kali lipat jumlah tahanan Palestina dari penjara Israel, yang berarti akan ada sekitar 60 warga Palestina yang akan dibebaskan.
Israel Bebaskan 33 Tahanan Palestina dan Hamas Lepas 11 Sandera pada Hari Keempat Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Militer Israel pada Senin (27/11/2023) mengatakan 11 sandera Hamas telah tiba di Israel. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 33 tahanan Palestina.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, yang menjadi salah satu mediator kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera Hamas serta tahanan Palestina.
“Sebagai implementasi komitmen hari keempat perjanjian gencatan senjata kemanusiaan, 33 warga sipil Palestina akan dibebaskan hari ini sebagai imbalan atas pembebasan 11 tahanan Israel dari Gaza,” ungkap Majed Al-Ansari via platform X alias Twitter.
“Mereka yang dibebaskan dari penjara Israel antara lain 30 anak di bawah umur dan 3 perempuan, sedangkan warga Israel yang dibebaskan dari Gaza antara lain 3 warga negara Prancis, 2 warga negara Jerman, dan 6 warga negara Argentina, diserahkan ke ICRC.”
Dengan pembebasan terbaru ini, Hamas telah membebaskan total 69 orang sejak gencatan senjata berlaku pada Jumat (24/11), termasuk warga Israel dan non-Israel. Demikian seperti dilansir Reuters, Selasa (28/11).
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata empat hari yang ada, Hamas akan membebaskan total 50 wanita dan anak-anak Israel yang disandera di Gaza.
Tidak ada batasan dalam kesepakatan mengenai jumlah orang asing yang dapat dibebaskan.
Sebelum pembebasan terakhir, juru bicara Israel mengatakan jumlah sandera yang masih ditahan di Gaza hingga Senin adalah 184 orang, termasuk 14 orang asing dan 80 warga Israel berkewarganegaraan ganda.
Sementara itu, mengutip AP, total tahanan Palestina yang telah dibebaskan dari penjara-penjara Israel hingga saat ini adalah 117 orang.
Gencatan Senjata Diperpanjang 2 Hari
Dalam perkembangan lainnya, Qatar mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berakhir pada Senin kemarin resmi diperpanjang dua hari.
Israel sebelumnya mengatakan akan memperpanjang gencatan senjata satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan.
“Qatar mengumumkan, sebagai bagian dari mediasi yang sedang berlangsung, sebuah kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza,” tweet Majed.
Belum ada komentar langsung dari Israel, namun seorang pejabat Gedung Putih turut mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah tercapai.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berterima kasih kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta Qatar dan Mesir yang telah memfasilitasi pembicaraan tidak langsung antara kedua belah pihak atas perjanjian yang akan membebaskan lebih banyak sandera dan memungkinkan lebih banyak bantuan ke Gaza.
Perang Masih Jauh dari Selesai
Tak satu pun dari pengumuman tersebut merinci berapa banyak sandera yang akan dibebaskan berdasarkan perpanjangan gencatan senjata.
Namun, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan sempat mengatakan kesepakatan yang sedang dinegosiasikan akan mencakup pembebasan 20 sandera Israel dan 60 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Gencatan senjata yang disepakati pekan lalu adalah jeda pertama dalam pertempuran lebih dari tujuh pekan sejak Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober.
Menurut Israel, serangan itu menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.
Merespons serangan itu, Israel kemudian membombardir Jalur Gaza tanpa ampun, menargetkan banyak anak-anak dan perempuan.
Dilansir Reuters, otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, menyebutkan bahwa lebih dari 15.000 warga Palestina tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Bagaimanapun akhir dari perang Hamas Vs Israel masih jauh dari usai. Pasalnya, Netanyahu mengatakan pada akhir pekan bahwa setelah gencatan senjata berakhir, “Kami akan kembali dengan kekuatan penuh untuk mencapai tujuan kami; melenyapkan Hamas; memastikan bahwa Gaza tidak kembali seperti semula; dan tentu saja pembebasan semua sandera kami.”
Perjanjian gencatan senjata juga mengizinkan truk bantuan memasuki Gaza.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan perpanjangan gencatan senjata sebagai secercah harapan dan kemanusiaan, namun mengatakan dua hari bukanlah waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan Gaza.
Gencatan Senjata Diperpanjang, Israel Bersiap Fase Perang Selanjutnya
Militer Israel menyatakan pasukannya sedang melakukan persiapan pada ‘garis jeda operasional’ selama gencatan senjata berlangsung di Jalur Gaza.
Persiapan ini dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi ‘fase perang selanjutnya’ di daerah kantong Palestina tersebut.
“Pasukan (militer Israel) di Gaza bersiap di garis jeda operasional, dan siap untuk melancarkan tahap perang selanjutnya,” ucap juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (28/11/2023).
“Pasukan berotasi di luar Jalur Gaza, untuk beristirahat, berlatih, meningkatkan kesiapan mereka untuk melanjutkan perang,” sebutnya.
“Ada juga pengisian kembali pasokan dan amunisi, dan menyiapkan kendaraan lapis baja untuk pertempuran lebih lanjut. Kami bertekad untuk kembali ke medan pertempuran dan memperdalam pencapaian kami, dengan dua tujuan kembalinya para sandera dan pembubaran Hamas,” jelas Hagari dalam pernyataannya.
Hamas, pada Senin (27/11) waktu setempat, mengumumkan perpanjangan gencatan senjata kemanusiaan selama dua hari di Jalur Gaza, dengan persyaratan yang sama seperti kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Gencatan senjata kemanusiaan itu mencakup penghentian seluruh permusuhan dari kedua pihak, penghentian semua aksi militer Israel di seluruh wilayah Jalur Gaza.
Ratusan truk pengangkut bantuan kemanusiaan menjangkau semua area Jalur Gaza tanpa terkecuali, dan Hamas membebaskan 50 sandera, sementara Israel membebaskan 150 tahanan Palestina.
Sebelumnya, Kepala Staf Militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi menegaskan pasukan Israel akan kembali berperang melawan Hamas setelah gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza berakhir.
“Ketika kerangka itu selesai, kami akan kembali ke operasi kami dengan gigih, untuk terus membebaskan para sandera dan membubarkan Hamas sepenuhnya,” tegasnya.
Sementara itu, koordinator Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan bahwa Washington terus berupaya untuk memperpanjang jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.
Hal ini disampaikan setelah kesepakatan memperpanjang gencatan senjata diumumkan oleh Qatar awal pekan ini.
“Sekarang, untuk memperpanjang jeda, Hamas telah berkomitmen untuk membebaskan 20 (sandera) perempuan dan anak-anak selama dua hari ke depan. Tentu saja, kami berharap jeda ini diperpanjang lebih lanjut, dan hal itu bergantung pada kelanjutan pembebasan sandera oleh Hamas,” sebut Kirby.
“Kami tentu ingin melihat perpanjangan (gencatan senjata) itu diperpanjang lebih lanjut hingga semua sandera dibebaskan,” imbuhnya.
Alasan Gencatan Senjata Israel Hamas di Jalur Gaza Diperpanjang
Israel dan kelompok Hamas Palestina resmi memperpanjang gencatan senjata selama dua hari terhitung sejak Selasa (28/11) dini hari waktu Gaza.
Perpanjangan gencatan senjata ini disebut-sebut untuk membebaskan lebih banyak sandera atau tahanan dari Gaza dan Israel.
Pentolan Hamas Ghazi Hamid mengatakan kesepakatan perpanjangan ini telah tertulis dalam perjanjian.
Perpanjangan gencatan senjata disepakati lantaran kedua belah pihak setuju membebaskan lebih banyak tahanan dan sandera dari masing-masing pihak.
“Itu [kemungkinan perpanjangan gencatan senjata] tertulis dalam perjanjian, jika Hamas membebaskan lebih banyak sandera, akan ada lebih banyak gencatan senjata,” kata Hamid kepada Al Jazeera.
Hamid berharap gencatan senjata ini bisa terus diperpanjang hingga perang berakhir.
Dia juga menyebut harapan itu mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Qatar, Mesir, dan sejumlah negara Barat.
“Kami ingin mengakhiri perang. Kami sedang gencatan senjata sementara, tapi kami mencoba memperpanjang,” ujar dia.
Sementara itu, Israel belum memberikan komentar resmi soal perpanjangan gencatan senjata.
Namun sebelum resmi diperpanjang, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberi sinyal persetujuan atas rencana ini.
Di kesempatan terpisah, Israel juga menegaskan akan berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan seluruh sandera. meski mereka juga berambisi memusnahkan hamas.
“Kami akan kembali dengan kekuatan penuh untuk mencapai tujuan kami: melenyapkan Hamas, memastikan Gaza tak seperti semula, dan tentu saja pembebasan semua sandera kami,” ujar Netanyahu.
Pengumuman perpanjangan gencatan senjata ini muncul dari mediator Israel-Hamas yakni Qatar.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, mengatakan kedua pihak sepakat menambah hari untuk jeda kemanusiaan.
“Pemerintah Qatar mengumumkan bahwa, sebagai bagian dari proses mediasi yang berlangsung, kesepakatan telah tercapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama tambahan dua hari di Jalur Gaza,” ungkap Al Anshari.
Gencatan senjata pertama Israel dan Hamas berlangsung pada 24-27 November.
Kesepakatan itu mencakup jeda pertempuran, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk, hingga pertukaran tahanan.
Menyoal pertukaran tahanan, Hamas sepakat membebaskan 50 sandera Israel, dan pemerintahan Zionis sepakat melepas 150 tahanan Palestina.
Selama gencatan senjata fase pertama, Hamas melepas 39 warga Israel dan ditukar 117 tahanan Palestina.
Sebagai bagian dari negosiasi Qatar, Hamas juga membebaskan sandera warga asing yakni 17 warga negara Thailand, satu warga Filipina, dan satu orang kewarganegaraan ganda Rusia-Israel.
Viral Sandera Israel Kirim Surat ‘Terima Kasih’ untuk Hamas
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, merilis surat yang diklaim ditulis oleh salah satu sanderanya yang baru dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel pekan lalu.
Surat tersebut ditulis oleh Danielle, seorang perempuan Israel yang disandera milisi Hamas pada 7 Oktober lalu. Ia disandera bersama aknya, Emilia Aloni berusia 6 tahun.
Surat yang diklaim ditulis oleh Danielle itu dirilis oleh media Al Qassam dan menjadi sorotan media Arab dan Timur Tengah. Meski begitu, belum bisa diverifikasi isi surat tersebut dan kebenarannya.
Dalam surat itu, Danielle mengaku dia dan anaknya diperlakukan manusiawi oleh para milisi Hamas selama ditawan.
“Putri saya merasa seperti seorang ratu di Gaza. Terima kasih atas waktu yang Anda (milisi Hamas) habiskan sebagai pengasuh,” ucap Danielle dalam surat itu.
“Dia (Emilia) belum pernah bertemu siapa pun dalam perjalanan panjang kami, mulai dari pangkat rendah hingga pimpinan, yang tidak memperlakukannya dengan kelembutan, kasih sayang, dan cinta,” paparnya menambahkan seperti dikutip Palestine Chronicle.
Dalam surat itu, Danielle juga mengucapkan salam perpisahan kepada milisi Hamas yang sudah bersamanya sejak 7 Oktober lalu.
“Kepada para jenderal yang telah mendampingi saya dalam beberapa minggu terakhir, sepertinya kita akan berpisah besok, namun saya berterima kasih dari lubuk hati yang terdalam atas rasa kemanusiaan luar biasa yang ditunjukkan terhadap putri saya, Emilia,” kata Danielle.
“Anda sudah seperti orang tua baginya, mengundangnya ke kamarmu kapan pun dia mau. Dia mengakui perasaan bahwa Anda semua adalah temannya, bukan hanya teman, tapi benar-benar dicintai dan baik.”
Hamas menyandera lebih dari 200 orang dari Israel saat melancarkan serangan dadakan ke negara Zionis itu pada 7 Oktober lalu.
Serangan Hamas ini menjadi pematik agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 14.800 warga sipil, termasuk 6.000 anak.
Sebanyak 200 lebih sandera itu terdiri dari warga Israel hingga warga negara asing seperti warga Amerika Serikat, Prancis, hingga Thailand.
Sekitar dua pekan setelah perang pecah, Hamas sempat membebaskan dua sandera. Saat itu, sejumlah cerita sandera yang mengaku diperlakukan sangat baik oleh milisi Hamas pun sempat jadi sorotan publik.
Hamas, milisi penguasa Gaza itu pun akhirnya sepakat membebaskan puluhan sandera lainnya secara bertahap setelah menyepakati gencatan senjata dengan Israel pada pekan lalu.
Apa ‘Deal’ Baru Israel-Hamas sampai Gencatan Senjata Diperpanjang?
Israel dan kelompok Hamas Palestina sepakat memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina selama dua hari hingga Kamis (30/11).
Israel dan Hamas akhirnya menyepakati gencatan senjata pada pekan lalu setelah sebulan lebih berperang sejak 7 Oktober lalu.
Dalam kesepakatan awal, keduanya sepakat menerapkan empat hari gencatan senjata.
Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata tersebut, Hamas dan Israel juga sepakat saling membebaskan sandera dan tahanan Palestina.
Setelah berjalan hampir empat hari, Israel dan Hamas pun sepakat memperpanjang gencatan senjata selama dua hari hingga Kamis (30/11).
Apakah ada kesepakatan baru antara Hamas-Israel hingga sepakat memperpanjang gencatan senjata?
Sejauh ini, Israel belum mengumumkan secara resmi perpanjangan gencatan senjata. Namun, Qatar, sebagai mediator kesepakatan ini mengatakan perpanjangan gencatan senjata berlaku setelah mendapat tawaran baru dari Hamas.
Tawaran baru dari Hamas itu adalah pembebasan lebih banyak sandera. Dalam kesepakatan gencatan senjata awal, Israel dan Hamas memang sepakat mempertimbangkan gencatan senjata jika ada pembebasan sandera lebih banyak lagi.
Israel dan Hamas sepakat akan ada tambahan satu hari gencatan senjata untuk setiap pembebasan 10 sandera tambahan.
“Dan kami mendapat konfirmasi dari Hamas bahwa 20 sandera tambahan akan dibebaskan dalam dua hari,” ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari, dikutip Middle East Eye.
Dia kemudian berujar, “Di sisi Palestina, itu berarti 60 warga Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel.”
Israel dan Hamas sebelumnya sepakat gencatan senjata pada 24 hingga 27 November.
Perjanjian itu mencakup jeda pertempuran, lebih banyak bantuan yang masuk, hingga pertukaran sandera atau tahanan.
Menyoal pertukaran sandera, berdasarkan kesepakatan itu, Hamas membebaskan 50 sandera dan Israel 150 tahanan Palestina dari berbagai penjara di negara tersebut.
Pertukaran itu berlangsung secara bertahap selama empat hari. Di tiga hari pertama, per hari Hamas membebaskan 13 warga Israel dan 11 orang di hari keempat, demikian dikutip Al Jazeera.
Hamas juga membebaskan sandera asing yang terdiri dari 17 warga Thailand, satu warga Filipina, dan satu orang berkewarganegaraan ganda Israel-Rusia.
Pembebasan warga asing itu tak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.
Israel sementara itu, membebaskan 39 tahanan per hari selama tiga hari saat gencatan senjata. Di hari keempat mereka melepas 33 tahanan Palestina.
Dengan demikian, total sandera yang akan dibebaskan dari hari pertama gencatan senjata hingga besok, 28 November, adalah 70 sandera Israel dan 210 tahanan Palestina.
Gencatan senjata ini berlangsung usai 48 hari Israel melancarkan agresi ke Palestina.
Selama operasi, mereka menyerang warga dan objek sipil seperti sekolah hingga rumah sakit. Imbas serangan Israel, lebih dari 14.800 warga di Palestina meninggal.
Selama gencatan senjata, Israel juga terpantau masih melakukan penyerangan di Gaza dan Tepi Barat.