Langit Dubai Berubah Hijau Usai Banjir Terbesar Sejak 57 Tahun – Beberapa wilayah di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), menyaksikan fenomena yang tidak biasa saat langit tiba-tiba berubah menjadi warna hijau.
Langit Dubai Berubah Hijau Usai Banjir Terbesar Sejak 57 Tahun
Pemandangan yang aneh ini menimbulkan kebingungan dan ketakutan di antara beberapa warga setempat.
Terutama karena muncul di tengah kondisi cuaca buruk yang diakibatkan oleh Banjir bandang di Dubai.
Meskipun beberapa bagian kota tertutup dalam kegelapan siang hari akibat cuaca yang buruk, sebagian lainnya malah terpesona oleh keindahan langit berwarna hijau yang langka tersebut.
Kejadian ini dianggap sebagai sesuatu yang jarang terjadi dan disebabkan oleh perubahan cuaca yang ekstrem dalam beberapa jam terakhir.
Seorang saksi mata yang menulis di media sosial X/Twitter menyatakan, “Saya biasanya tidak aktif di media sosial, tapi hari ini langit tiba-tiba berubah hijau dan saya merasa sangat terkejut dan terintimidasi, hampir seperti adegan dari film fiksi ilmiah.”
Penyebab Langit Hijau
Para ahli meteorologi telah melakukan penelitian bersama untuk menjelaskan mengapa langit terkadang berubah menjadi warna hijau, dan penyebabnya masih menjadi topik perdebatan.
Beberapa penelitian mengaitkan fenomena langit hijau dengan badai petir, namun tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa tornado atau hujan es berkontribusi pada warna hijau langit.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Penn State University pada tahun 1993, badai petir yang kuat harus disertai dengan curah hujan yang besar dan posisi Matahari serta badai petir yang tepat untuk menyebabkan langit berubah warna menjadi hijau.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kontribusi hujan es terhadap warna hijau sebenarnya sangat kecil.
Sebagaimana dilansir oleh Weather.com, penulis studi tersebut, Dr. Craig Bohren dan Dr. Alistair Fraser, menawarkan dua teori yang berbeda.
Menurut Bohren, sinar Matahari yang diredupkan dan tersebar oleh hujan dan/atau hujan es dapat menciptakan efek warna kebiruan pada langit.
Dr. Fraser, di sisi lain, berpendapat bahwa sinar Matahari sebelum terjadinya badai adalah faktor kunci dalam pembentukan langit hijau.
Menurutnya, Matahari yang menerangi badai petir dengan sinar yang tersebar di udara cerah, yang biasanya menghasilkan langit biru, bersamaan dengan warna merah/oranye/kuning dari Matahari yang berada di bawah cakrawala, dapat menciptakan nuansa hijau pada langit.
Tiga tahun setelahnya, sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Frank Gallagher dari University of Oklahoma, yang ditulis bersama dengan Bohren, menganalisis data dari fotospektrometer warna.
Mereka menemukan bahwa penyerapan sinar Matahari oleh hujan dan hujan es saat Matahari terbit atau terbenam dapat menghasilkan warna hijau pada langit.
Menurut penjelasan Gallagher, meskipun hujan es tidak dapat secara langsung menciptakan langit hijau, namun ukuran tetesannya memengaruhi warna yang dihasilkan.
Tetesan air yang lebih kecil dapat menghasilkan warna langit biru-hijau atau kuning-hijau.
Gallagher menyatakan bahwa kemungkinan semua badai petir memiliki warna hijau pada suatu saat dalam siklus hidupnya, meskipun hal tersebut jarang terlihat pada saat itu.
Dia memberikan analogi fenomena ini dengan meletakkan segelas air dengan pewarna makanan kuning di belakang segelas air dengan pewarna makanan biru untuk menciptakan warna hijau yang sama dengan yang terlihat di langit.
Meskipun awan badai petir memiliki potensi untuk menyebabkan cuaca buruk seperti tornado, hujan es besar, petir yang sering, dan banjir bandang, tidak selalu terjadi dampak yang signifikan.
Namun, meskipun langit hijau terkait dengan cuaca buruk, kejadian ini masih jarang terjadi di wilayah di seluruh dunia, sehingga menyulitkan dalam pengumpulan data untuk penelitian lebih lanjut.