Daftar 9 Negara Terancam Krisis Populasi Gegara Angka Kelahiran Anjlok – Tingkat Angka kelahiran adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi masa depan suatu negara.
Daftar 9 Negara Terancam Krisis Populasi Gegara Angka Kelahiran Anjlok
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak Negara mengalami penurunan angka kelahiran hingga terancam krisis populasi.
Bahkan, beberapa negara yang terdampak adalah negara maju atau negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia.
Berikut ini adalah daftar negara yang angka kelahirannya menurun tajam dalam beberapa waktu terakhir, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber:
1. Taiwan
Taiwan mencatatkan rekor sebagai salah satu negara dengan Angka kelahiran terendah di dunia pada 2022. Tingkat kesuburan total (Total Fertility Rate/TFR) Taiwan hanya 0,87 anak per wanita, yang menempatkan negara ini dalam posisi yang mengkhawatirkan terkait pertumbuhan populasi.
Angka ini bahkan lebih rendah dibanding TFR Taiwan pada 2020. Pada tahun tersebut, Taiwan menjadi negara dengan angka kelahiran terendah di dunia, yakni hanya 1,07 anak per wanita. Penurunan signifikan ini menunjukkan tren yang terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.
Merosotnya Angka kelahiran terendah di Taiwan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pengeluaran dan biaya hidup yang semakin meningkat, membuat banyak pasangan enggan untuk memiliki banyak anak.
Selain itu, banyak wanita di Taiwan yang memprioritaskan karier mereka dan memilih untuk menikah pada usia yang lebih tua, ketika kesuburan mulai menurun.
Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa Taiwan menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan angka kelahiran dan mengatasi potensi krisis populasi di masa depan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang efektif guna mengatasi masalah ini.
2. Korea Selatan
Korea Selatan juga menjadi salah satu negara yang mengalami Krisis populasi. Menurut Reuters, angka kelahiran di Korea Selatan pada 2023 tercatat hanya 0,72, yang merupakan angka terburuk dalam sejarah negara tersebut.
Bahkan, kota Seoul mencatatkan angka kelahiran yang lebih rendah lagi, hanya 0,55. Para ahli menyatakan bahwa tingginya biaya pendidikan dan perumahan di Korea Selatan menjadi penyebab utama anjloknya angka kelahiran, sehingga banyak pasangan muda enggan untuk memiliki dan membesarkan anak.
3. Singapura
Krisis populasi juga menjadi isu serius di Singapura. Menurut Channel News Asia, angka kelahiran di Singapura pada 2023 diperkirakan hanya sekitar 0,97, menurun dari 1,04 pada 2022, dan 1,12 pada 2021. Anggota parlemen Singapura, Indranee Rajah, menjelaskan bahwa rendahnya angka kelahiran ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Beberapa di antaranya bersifat sementara, seperti pasangan yang menunda pernikahan karena pandemi COVID-19, yang juga menunda rencana untuk memiliki anak.
Selain itu, kekhawatiran mengenai biaya finansial dalam membesarkan anak, tekanan untuk menjadi orang tua yang baik, dan kesulitan mengelola komitmen pekerjaan dan keluarga juga menjadi alasan banyak masyarakat di Singapura memilih untuk tidak memiliki anak (childfree).
4. Hong Kong
Hong Kong termasuk salah satu negara di Asia yang mengalami krisis populasi. Menurut United Nations Population Fund (UNFPA), angka kelahiran total Hong Kong pada 2023 hanya 0,8, jauh di bawah angka 2,1 yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi.
Pemerintah Hong Kong telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran atau fertilitas. Salah satu upayanya adalah dengan menambah tunjangan pajak anak sebesar HK$ 10.000, atau sekitar lebih dari Rp 19 juta. Namun, hasilnya tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan fertilitas.
Salah satu alasan utama mengapa kebijakan tersebut tidak efektif adalah pandangan masyarakat yang menganggap bahwa kebijakan kesuburan Hong Kong tidak memberikan dukungan yang cukup bagi orang yang ingin memiliki anak.
Selain itu, faktor sosial seperti tekanan ekonomi, perubahan struktur sosial, serta stabilitas politik juga memengaruhi keputusan masyarakat untuk memiliki anak.
5. Jepang
Jepang terus menghadapi krisis populasi yang berkepanjangan. Pada tahun 2023, angka kelahiran di Negeri Sakura hanya mencapai 1,3. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Jepang, hanya sekitar 758.631 bayi yang lahir pada tahun tersebut.
Pandemi COVID-19 disebut-sebut berkontribusi terhadap penurunan angka kelahiran di Jepang. Selain itu, semakin banyak pasangan yang menikah dan memiliki anak di usia yang lebih tua, yang juga mempengaruhi tingkat fertilitas.
6. China
Meski merupakan salah satu negara dengan penduduk terpadat, China juga menghadapi krisis populasi. Menurut Macrotrends, angka kelahiran di China pada tahun 2024 hanya sekitar 1,7.
Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya warga yang menunda pernikahan. Selain itu, banyak pasangan yang sudah menikah memilih untuk tidak memiliki anak.
Biaya pendidikan yang tinggi dan lingkungan akademik yang sangat kompetitif menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan tersebut.China
7. Italia
Beberapa negara di Eropa juga tidak luput dari krisis populasi, termasuk Italia, yang memiliki salah satu harapan hidup tertinggi di dunia.
Dikutip dari Reuters, angka kelahiran di Italia mencetak rekor terendah pada tahun 2022, yakni di bawah 400 ribu. Pemerintah bahkan menilai kondisi ini sebagai situasi darurat nasional.
Penurunan angka kelahiran ini, selain dipengaruhi oleh dampak COVID-19, juga terkait dengan pengurangan dan penuaan populasi wanita dalam kelompok usia 15-49 tahun yang secara konvensional dianggap reproduktif.
8. Puerto Riko
Puerto Riko tercatat memiliki tingkat kesuburan sebesar 1,23. Padahal, pada tahun 1950-an, negara ini memiliki rata-rata kelahiran sebanyak 5 anak per wanita.
Bencana alam seperti Badai Maria pada tahun 2017 dan gempa bumi pada tahun 2019, yang menewaskan ribuan orang, disebut berkontribusi terhadap penurunan populasi dan fertilitas di negara ini.
9. Spanyol
Dikutip dari Statista, tingkat kesuburan di Spanyol hanya sekitar 1,29. Sejak memasuki abad ke-21, Spanyol memang dihadapkan dengan ancaman krisis populasi. Meskipun sempat mengalami peningkatan, Spanyol tetap termasuk ke dalam negara dengan tingkat kelahiran terendah.