Korea Segera Buat Sendiri Rudal Untuk Jet Tempur KF-21 Boramae – Jet tempur KF-21 Boramae yang dibuat oleh Korea Selatan bermitra dengan Indonesia, rencananya akan diproduksi mulai tahun ini.
Korea Segera Buat Sendiri Rudal Untuk Jet Tempur KF-21 Boramae
Negeri Ginseng rupanya tetap ngebut dengan proyek ambisius ini, meski Indonesia belum membayar kekurangan uang yang dijanjikan.
Dikutip detikpulsa dari The Korea Economic Daily, Kamis (11/1/2024) Korea Selatan bahkan berencana mengembangkan rudal udara ke udara yang dibuat sendiri, untuk dipasangkan ke KF-21, melengkapi senjata lainnya.
Biaya yang dikucurkan mencapai USD 460 juta dan mungkin rampung pada tahun 2035.
“Proyek ini akan meningkatkan kemampuan pertahanan melalui pengembangan domestik persenjataan yang canggih,” cetus Defense Acquisition Program Administration (DAPA).
KF-21 telah melakukan uji coba penembakan rudal tahun kemarin, yang menunjukkan keandalan tekniknya dengan senjata berasal dari Barat.
Video dari bulan Maret 2023 menunjukkan Boramae berhasil menembakkan MBDA Meteor beyond visual range (BVR) AAM dan senjata Gatling 20 mm.
Pada April 2023, Boramae sukses menembakkan rudal udara ke udara jarak pendek IRIS-T buatan Jerman. Rudal tersebut meluncur dari samping ujung sayapnya.
Korea Selatan memang memandang proyek KF-21 sebagai usaha untuk menjadi pengekspor besar senjata kelas atas, dengan harga lebih menarik daripada persenjataan dari barat dengan kemampuan setara.
Sebelumnya menurut kantor berita Yonhap, produksi jet tempur KF-21 tahun ini akan berjalan sesuai rencana.
DAPA akan menandatangani kontrak dengan Korea Aerospace Industries Ltd. (KAI), produsen jet tersebut, di paruh pertama tahun ini untuk membuka jalan produksi skala besar KF-21.
Proyek pembuatan bersama senilai 8,1 triliun won (USD 6,1 miliar) hingga tahun 2026 ini sebenarnya masih menghadapi kendala akibat tunggakan pembayaran Indonesia, yang diperkirakan mencapai hampir 1 triliun won pada Oktober 2023.
Pemerintah Korsel telah setuju untuk membayar sekitar 60% dari biaya proyek, sedangkan pemerintah Indonesia dan KAI masing-masing menanggung sekitar 20%.
Pejabat DAPA mengatakan pembicaraan sedang berlangsung di Jakarta dalam proses rencana pembayaran terbaru untuk proyek tersebut.
Kabar terbaru, Indonesia sudah merampungkan proses pembelian 42 jet tempur Rafale dari Perancis. Mungkin saja jet tempur Rafale yang sudah terbukti lebih diprioritaskan.
Korea Selatan Rela Gelontorkan Duit 480 Juta Dolar AS untuk Kembangkan Rudal Udara ke Udara KF-21 Boramae
Proyek KF-21 Boramae terus digenjot Korea Selatan meski mendapat sejumlah kritik di sana-sini.
Bahkan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya bakal menggelontorkan dana sebesar 480 juta dolar AS untuk pengembangan rudal udara ke udara yang bakal menopang KF-21 Boramae.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang menyatakan ketertarikannya untuk mengakuisisi KF-21 Boramae.
Upaya mengakuisisi pesawat tempur generasi 4,5 tersebut merupakan bagian dari langkah modernisasi alutsista sebagaimana digencarkan oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Akan tetapi dalam perjalananannya, proses akuisisi jet tempur buatan Korea Aerospace Industries (KAI) itu mengalami lika-liku bak roller coaster.
Dalam sebuah artikel yang dimuat pada 7 Juli 2023, Indonesia diketahui mengincar sebanyak 48 unit KF-21 Boramae dari KAI.
Bahkan dalam kontraknya, Indonesia juga memperoleh benefit berupa transfer of technology (ToT).
Ditargetkan proyek tersebut selesai pada tahun 2026 sehingga pesawat tersebut sudah bisa digunakan oleh TNI AU paling cepat dua tahun setelahnya.
Biaya yang dibutuhkan Indonesia untuk mengakuisisi keseluruhan unit KF-21 Boramae adalah sekira 1,3 triliun won atau 20 persen dari total biaya pengembangan pesawat.
Sementara total biaya pengembangan secara menyeluruh ditaksir mencapai 8,7 miliar won.
Sayangnya sampai saat ini, Indonesia masih menunggak sebesar 991,1 miliar won alias baru melunasi 278,3 miliar won dari total nilai yang disepakati.
Padahal di sisi lain, utang tersebut sudah segera memasuki jatuh tempo yang memicu spekulasi bahwa masa depan proyek pesawat ini nyaris di ujung tanduk.
Dari pihak KAI sendiri, proyek pengembangan rudal udara ke udara untuk KF-21 Boramae ditargetkan akan selesai sepenuhnya pada tahun 2035.
Mengacu pemberitaan laman Defence Security Asia pada Selasa, 9 Januari 2024, inisiatif untuk mengembangkan rudal udara ke udara penopang pesawat ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan industri pertahanan lokal melalui penciptaan sistem pertahanan canggih.
Bahkan bagi Korea Selatan selaku negara produsen, hal ini memiliki potensi besar untuk peningkatan nilai ekspor mereka.
Sebelumnya, KF-21 Boramae juga sempat melakukan uji coba rudal udara ke udara BRV Meteor serta peluru kendali IRIS-T.
Terlepas dari utang yang belum kunjung dilunasi oleh Indonesia, proses uji teknis KF-21 Boramae sudah sepenunya rampung sehingga produksi massal siap digenjot KAI pada tahun ini.
Untuk kepentingan di dalam negeri, Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) berniat memiliki pesawat ini untuk menggantikan F-4E Phantom dan F-5 yang bakal segera dipensiunkan.
Selain Indonesia, beberapa negara yang juga tertarik untuk mengakuisisi pesawat ini adalah Thailand, Filipina, Irak, dan Polandia (negara lain kabarnya bakal menyusul).
Bahkan Malaysia yang menggunakan FA-50/T-50 produksi KAI juga turut ditawari untuk membeli pesawat ini.
Melansir laman The Drive dalam artikel yang dimuat pada 9 April 2021, KF-21 Boramae merupakan pesawat tempur generasi 4,5 yang memiliki kemampuan multi-role tingkat lanjut (advanced) untuk memenuhi kebutuhan ROKAF.
Sebagai calon pengganti F-4E Phantom dan F-5 yang sudah memasuki usia senja, ROKAF diperkirakan secara resmi akan menggunakannya pada tahun 2028 sebanyak 48 unit.
ROKAF sendiri baru akan mengoperasikan pesawat buatan KAI ini secara penuh pada tahun 2032 mendatang.
Keberadaan KF-21 Boramae bagi Korea Selatan nantinya juga akan mendampingi 60 unit F-35 yang dibeli dari Amerika Serikat.
Bahkan saat ini pula, Negeri Ginseng itu masih memiliki sejumlah unit F-15K Slam Eagle dan F-16C/D (juga berasal dari Negeri Paman Sam) dengan usia yang lebih tua.
Diluncurkan di fasilitas milik KAI pada April 2021, KF-21 menjadi penanda dimulainya era baru bagi industri dirgantara Korea Selatan.
Proses pengembangannya terbilang memakan waktu begitu lama, di mana dua prototype awal dikerjakan pada tahun 2015 dan 2019.
Bahkan ada pula rencana untuk membangun empat prototype kursi tunggal dan dua kursi ganda yang nantinya bakal ditopang oleh mesin ganda dari General Electric F414-GE-400K buatan Amerika Serikat
Dengan mesin ganda tersebut, KF-21 Boramae dapat melaju dengan kecepatan maksimum Mach 1,81 sekaligus menjangkau hingga radius 2.900 km.
Secara fisik, pesawat ini memiliki panjang 16,9 meter, rentang sayap 11,2 meter, dan tinggi 4,7 meter.
Pesawat ini juga sanggup menopang muatan dalam jumlah besar karena memiliki berat kosong 11.800 kg dan berat isi 17.200 kg serta berat maksimum saat lepas landas mencapai 25.400 kg.
Dari segi persenjataan, KF-21 Boramae nantinya bakal ditopang oleh beberapa rudal udara ke udara antara lain MBDA Meteor, AIM-120 AMRAAM, Diehl IRIS-T, dan AIM-9X Sidewinder.
MBDA Meteor selama ini banyak digunakan untuk menopang F-35 buatan Lockheed Martin.
Kemudian AIM-120 AMRAAM sejauh ini kompatibel untuk beberapa jenis pesawat seperti F-15, F-16, F/A-18, F-22, Eurofighter Typhoon, Gripen, Tornado, Harrier, F-4, dan F-35 Joint Strike Fighter.
Lalu Diehl IRIS-T lebih banyak digunakan pada pesawat domestik buatan Jerman.
Sedangkan AIM-9X Sidewinder banyak digunakan untuk berbagai pesawat yang dimiliki militer Amerika Serikat.
Bahkan yang terbaru, Korea Selatan juga akan mengembangkan rudal udara ke udara produksi mereka sendiri agar performa KF-21 Boramae semakin gacor.
Indonesia tentu sangat diharapkan untuk memperoleh benefit rudal udara ke udara yang bakal dikembangkan ini setelah segala urusan akuisisi pesawat ini rampung.
Selain rudal udara ke udara, KF-21 Boramae juga kompatibel dengan rudal udara ke darat Taurus KEPD 350 dan AGM-65 serta rudal anti kapal AGM-84 Harpoon.
Jet tempur modern ini juga sangat kompatibel untuk penggunaan beberapa amunisi berpemandu presisi seperti JDAM, GBU-54/56 LJDAM, GBU-12 LGB, dan KGGB.
Adapun bom yang kompatibel pada KF-21 Boramae meliputi Mk.81/82/83/84, GBU-39/B SDB, dan CBU-105 WCMD.
Yang tidak kalah penting, pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem avionik paling mutakhir di dunia.
Beberapa sistem avionik pendukung pesawat ini meliputi Electro-Optical Targeting Pod (EO TGP) oleh Hanwha Systems, Radio Frequency Jammer (RF Jammer) oleh LIG Nex1 ALQ-200K, Mission Computer (MC) oleh Hanwha Systems, hingga Communications, Navigation and Identification (CNI) Systems oleh LIG Nex1.
Sistem avionik sangat penting untuk meringankan beban kerja crew pesawat saat beroperasi.