Jepang Segera Uji Coba 6G, Indonesia Kapan? – Konsorsium jaringan telekomunikasi asal Jepang yang terdiri dari Docomo, NTT Corporation, NEC Corporation, dan Fujitsu baru-baru ini memamerkan prototipe perangkat 6G.
Jepang Segera Uji Coba 6G, Indonesia Kapan?
Kecepatan yang dihasilkan sangat impresif, tetapi kapan teknologi ini akan diterapkan di Indonesia? Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kominfo, Ismail, mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara pengguna teknologi, bukan pembuatnya. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam mengadopsi teknologi baru.
Penerapan Teknologi baru memerlukan biaya yang besar karena harus mengimpor perangkat. Jangan sampai setelah melakukan investasi besar, manfaatnya bagi masyarakat tidak terlihat nyata.
“Jika kita membangun infrastruktur dengan investasi besar, masyarakat akan bertanya apakah tarif akan meningkat dengan adanya teknologi baru, sementara sebagian masyarakat merasa bahwa teknologi yang ada saat ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Ismail di Kantor Kominfo.
Menurutnya, yang paling tepat adalah membangun infrastruktur sesuai dengan kebutuhan, bukan hanya mengikuti tren teknologi.
“Agar kita tidak terbawa arus, kita tidak boleh tergesa-gesa mengikuti setiap perubahan teknologi. Kita butuh ini, butuh itu, kapan 5G, kapan 6G? Tapi setelah membangun dengan biaya besar, pendapatan operator juga tidak meningkat signifikan. Jika tarif dinaikkan, masyarakat akan merasa berat untuk membayar kuota bulanan,” jelas Ismail.
“Kita harus menyesuaikan pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan,” tutupnya.
Uji Coba 6G
Demo teknologi yang digelar oleh konsorsium telekomunikasi Jepang pada 11 April 2024 menampilkan prototipe perangkat nirkabel 6G yang mampu mencapai kecepatan transfer data hingga 100 Gbps.
Angka ini 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan 5G yang memiliki kecepatan maksimum 4,9 Gbps.
Perangkat tersebut menggunakan pita frekuensi tinggi dalam rentang 100 GHz untuk penggunaan luar ruangan dan 300 GHz untuk penggunaan dalam ruangan. Uji coba ini dilakukan pada jarak 100 meter.
Meskipun kecepatan yang dicapai cukup mengesankan, jangan terlalu berlebihan dalam berharap.
Teknologi 6G diuji pada satu perangkat dan belum merupakan jaringan yang siap digunakan secara komersial. Selain itu, teknologi jaringan ini juga memiliki kelemahannya sendiri.
Secara teori, 5G memiliki kecepatan maksimum 10 Gbps. Namun, kecepatan di dunia nyata biasanya jauh lebih rendah, dengan rata-rata sekitar 200 Mbps bagi pengguna T-Mobile di AS.
Salah satu alasan kecepatan yang lebih rendah tersebut adalah penggunaan pita frekuensi yang lebih tinggi oleh 5G.
Meskipun frekuensi yang lebih tinggi dapat menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi, ini juga memiliki kelemahan. Mereka membatasi jarak yang dapat ditempuh sinyal dan mengurangi kekuatan penetrasinya.
6G melangkah lebih jauh dengan menggunakan pita frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan 5G.
Ini berarti akan sulit bagi perangkat 6G untuk menerima frekuensi yang diperlukan untuk pengunduhan yang lebih cepat.
Sebagai contoh, uji coba dilakukan pada jarak lebih dari 328 kaki (100 meter). Faktor-faktor seperti tembok dan bahkan hujan dapat mengganggu sinyal 6G secara signifikan.
Meskipun transisi dari 4G ke 5G difokuskan pada peningkatan kapasitas data untuk aktivitas seperti streaming video dan penelusuran seluler, jaringan 6G dapat membuka kemungkinan baru.
Dengan kecepatan yang lebih tinggi, 6G dapat memungkinkan hal-hal seperti komunikasi holografik real-time dan pengalaman virtual serta realitas campuran yang mendalam.
Namun, masih banyak yang perlu dilakukan sebelum kita bisa menikmati semua itu. Yang terpenting adalah infrastrukturnya.
Namun, masih banyak yang perlu disiapkan agar kita bisa menikmati semua itu. Yang utama adalah infrastrukturnya, demikian dilaporkan oleh Gizmochina.
