4 Fakta Mahasiswa Kedokteran Undip Tewas Bunuh Diri – Seorang mahasiswi program kedokteran spesialis di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, ditemukan meninggal di indekosnya, diduga akibat bunuh diri setelah mengalami perundungan. Jasadnya ditemukan oleh polisi pada Senin (12/8) sekitar pukul 23.00 WIB, bersama dengan sebuah buku harian yang mengungkapkan kesulitan yang ia alami selama menjalani pendidikan di fakultas kedokteran.
4 Fakta Mahasiswa Kedokteran Undip Tewas Bunuh Diri
Kasus ini menarik perhatian Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang menyatakan bahwa langkah-langkah penyelidikan akan segera diambil sebagai respons terhadap peristiwa ini.
1. Bunuh diri di kamar
Mahasiswi Universitas Diponegoro tersebut ditemukan dalam posisi miring di kamarnya, tampak seperti sedang tidur, dengan wajah yang terlihat lebam kebiruan. Menurut polisi, ia diduga menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya, yang kemudian menyebabkan kematian. Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, menjelaskan bahwa obat yang digunakan adalah pelemas otot, yang seharusnya diberikan melalui infus.
2. Bukti perundungan
Polisi menemukan sebuah buku catatan harian di indekos mahasiswi tersebut, yang mengungkapkan kesulitan yang dialaminya selama menempuh studi kedokteran, termasuk masalah dengan para seniornya. Selain itu, mahasiswi tersebut juga sempat bercerita kepada ibunya mengenai tekanan yang dialaminya.
“Ibunya memang mengetahui bahwa anaknya ingin berhenti kuliah karena merasa tidak kuat lagi. Dia sudah curhat kepada ibunya, mungkin terkait masalah di sekolah, dan mungkin juga dengan seniornya, yang sering memberikan perintah ini dan itu dengan sikap keras,” ungkap Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono.
Namun, pihak Universitas Diponegoro membantah adanya perundungan di kampus mereka. Rektor Undip, Suharnomo, menegaskan bahwa dugaan perundungan terhadap peserta PPDS berinisial ARL tersebut tidak benar. “Terkait pemberitaan mengenai meninggalnya Almarhumah yang dikaitkan dengan dugaan perundungan, hasil investigasi internal kami menunjukkan bahwa hal itu tidak benar,” tegas Suharnomo dalam surat edaran Nomor: 647/UN7.A/TU/VIII/2024 yang ditandatangani pada 15 Agustus 2024.
3. Menkes tutup program anestesi Undip
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan perhatian serius terhadap kejadian ini. Dia mengungkapkan bahwa banyak peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang memiliki kecenderungan bunuh diri, berdasarkan hasil tes kesehatan mental yang dilakukan oleh Kemenkes. Temuan tersebut mengungkap bahwa gangguan mental pada peserta didik disebabkan oleh perundungan yang dilakukan oleh senior mereka.
Sebagai tindakan tegas, pemerintah memutuskan untuk menutup sementara program studi anestesi di Universitas Diponegoro. Dalam surat yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya, disebutkan bahwa penutupan ini terkait dengan dugaan perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro di RSUP dr. Kariadi, yang diduga menjadi penyebab bunuh diri salah satu peserta didik.
Program ini akan dihentikan sementara hingga investigasi selesai dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan dilakukan oleh Direksi RSUP Dr. Kariadi dan Fakultas Kedokteran Undip.
4. Ancaman hukuman dokter senior
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membuka kemungkinan untuk memberikan hukuman kepada dokter senior yang terlibat dalam kasus ini. Dia menegaskan bahwa pihaknya memiliki wewenang untuk mencabut Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR) dokter-dokter yang menunjukkan perilaku tidak pantas, terutama yang mengatasnamakan pendidikan dengan alasan membuat peserta didik menjadi tangguh.
Budi juga menekankan bahwa membangun ketangguhan dan kekuatan mental tidak harus dilakukan dengan cara yang membuat seseorang merasa terancam hingga ingin bunuh diri.
