12 November Hari Pneumonia Sedunia Cek Gejala dan Cara Cegahnya – Tanggal 12 November memperingati sejumlah momen penting. Salah satunya adalah Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati berbagai negara di seluruh dunia.
12 November Hari Pneumonia Sedunia Cek Gejala dan Cara Cegahnya
Hari peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan penyakit pneumonia.
Pneumonia adalah gangguan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, maupun jamur.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang mengancam kelompok usia anak-anak. Berdasarkan data WHO tahun 2019, penyakit ini berkontribusi terhadap 14 persen dari seluruh kematian anak di bawah usia 5 tahun, dengan total kematian mencapai 740.180 jiwa.
Di sisi lain, data Riskesdas Indonesia tahun 2018 menunjukkan pengidap pneumonia meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada kelompok usia 55-64 tahun mencapai 2,5 persen, 65-74 tahun mencapai 3 persen, dan pada kelompok usia 75 tahun ke atas mencapai 2,9 persen.
Sejarah Hari Pneumonia Sedunia
Dikutip dari laman Pace Hospital, Hari Pneumonia Sedunia pertama kali diperingati pada 12 November 2009.
Peringatannya diprakarsai oleh Global Coalition Against Child Pneumonia, sebuah koalisi yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya.
Hari Pneumonia Sedunia saat itu digalakkan sebagai bagian dari gerakan ‘Stop Pneumonia’.
Gerakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak di seluruh dunia, yang kemudian terinspirasi untuk menciptakan kebijakan dan kampanye yang dapat mengedukasi, serta menyediakan fasilitas kesehatan bagi anak-anak di negara ekonomi rendah dan menengah yang mengalami malnutrisi dan infeksi pernapasan.
Salah satu koalisi yang terinspirasi dari gerakan tersebut adalah Every Breath Counts Coalition yang beranggotakan lembaga seperti WHO, UNICEF, dan lembaga non-pemerintah lainnya.
Koalisi ini memiliki misi untuk membantu pemerintah, terutama di negara ekonomi rendah dan menengah, lewat kampanye kesadaran, kebijakan, serta pengadaan pelayanan kesehatan untuk mencegah, mengobati, dan sekaligus pneumonia.
Gejala Pneumonia
Gejala pneumonia dapat muncul secara bertahap ataupun tiba-tiba. Tanda-tanda pneumonia yang perlu diwaspadai antara lain:
* Demam tinggi.
* Batuk yang mengeluarkan lendir berwarna hijau atau kekuningan.
* Jantung berdebar.
* Napas cepat.
* Sesak napas.
* Kelelahan.
* Menggigil dan keringat dingin.
* Nyeri di dada atau perut, terutama saat batuk atau mengambil napas.
* Kebiruan pada kulit, bibir, atau kuku (cyanosis).
* Nafsu makan menurun.
* Mual dan muntah, terutama pada anak-anak.
* Kebingungan, kerap terjadi pada orang berusia 65 tahun ke atas.
Cara Mencegah Pneumonia
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena pneumonia di antaranya:
* Melakukan vaksinasi pneumonia, khususnya bagi anak-anak.
* Menerapkan kebiasaan mencuci tangan untuk mencegah infeksi virus, bakteri, dan jamur.
* Menghindari kontak dengan orang yang sakit.
* Stop merokok dan jauhi asap rokok.
* Menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola makan, aktif berolahraga, dan istirahat yang cukup.
* Segera mengobati penyakit atau kondisi medis yang dialami, karena beberapa dapat menurunkan sistem imun sehingga meningkatkan risiko terkena pneumonia.
Serba-serbi Penyakit Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan bakteri, virus, atau jamur yang membuat kantung udara berisi cairan atau nanah.
Akibatnya penyakit pneumonia, pasokan oksigen yang masuk ke tubuh dan beredar ke aliran darah jadi terhambat.
Penyakit ini dapat menular lewat percikan cairan pernapasan saat penderita batuk, bersin, atau bernapas.
Gejala Pneumonia pada Anak, Napas Lebih Cepat dari Biasanya
Dokter spesialis anak konsultan respirasi Cissy Kartasasmita mengatakan bahwa pneumonia merupakan silent killer pada anak berusia di bawah lima tahun.
Data UNICEF mengungkapkan ada satu anak meninggal karena pneumonia di dunia.
“Jika dibiarkan, dampaknya bisa berbahaya hingga menyebabkan kematian. Itulah mengapa, pneumonia disebut sebagai the silent killer bagi anak usia di bawah lima tahun,” kata Cissy.
“Penting bagi orang tua untuk mengenali berbagai gejala pneumonia dan faktor risiko pneumonia,” lanjut Cissy dalam Hari Peringatan Pneumonia Sedunia bersama MSD pada Senin, 6 November 2023.
Pneumonia adalah peradangan paru yang terutama disebabkan oleh infeksi kuman. Menurut penelitian dan laporan penyebab utama pneumonia bakteria adalah Streptococcus pneumoniae atau dikenal dengan Pneumokokus.
Pada saat anak sakit pneumonia gejala yang muncul batuk, demam dan sesak napas. Memang gejala ini sulit dibedakan dengan penyakit saluran napas lain.
Namun, Cissy meminta orangtua untuk menghitung laju napas ketika batuk, demam dan sesak napas.
Hal ini perlu dilakukan lantaran gejala paling menonjol saat bayi dan balita alami pneumonia adalah napas cepat meski dalam keadaan tenang atau tidak menangis.
Napas bayi dan anak yang sakit pneumonia adalah lebih dari 60 kali dalam satu menit untuk usia nol sampai dengan dua bulan.
Untuk usia dua bulan sampai dengan satu tahun kecepatan napas di atas 50 kali dalam satu menit, sedangkan di usia satu hingga lima tahun di atas 40 kali per menit.
“Tanda-tanda ini juga disertai dengan tarikan dinding dada ke arah dalam saat menarik napas,” kata Cissy mengutip Antara.
Ketika mengalami gejala tersebut, kata dia, orangtua harus segera membawa anaknya ke dokter atau fasilitas kesehatan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Upaya Cegah Anak Kena Pneumonia
Pneumonia tidak bisa dianggap remeh karena bisa berdampak pada pertumbuhan anak jangka panjang.
Hal ini disampaikan dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, Soedjatmiko di kesempatan yang sama. Berbagai langkah pencegahan perlu diterapkan orang tua.”
Lima langkah yang perlu dilakukan orangtua untuk mencegah pneumonia pada anak antara lain:
1. Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup protein hewani dan nabati.
2. Menghindari anak dari orang yang sedang batuk pilek, polusi asap rokok, kompor, kendaraan, pembakaran sampah, dan debu jalanan.
3. Menjaga sirkulasi udara di rumah.
4. Memakai masker di tempat yang banyak polusi asap dan debu.
5. Melengkapi imunisasi sejak bayi, termasuk PCV.
Vaksin PCV Gratis dari Pemerintah
Soedjatmiko menuturkan pemerintah Indonesia terus berupaya melindungi anak dari pneumonia.
Sejak 2022 vaksinasi PCV13 untuk mencegah pneumonia sudah masuk ke dalam Program Imunisasi Nasional.
Pemberian vaksinasi PCV dilakukan saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan secara gratis.
“Imunisasi PCV yang masuk dalam program pemerintah menggunakan jenis vaksin PCV 10 yang melindungi dari 10 serotipe penyebab pneunomia,” kata Soedjatmiko.
Namun, sekarang sudah ada vaksin PCV 15 yang melindungi dari bahaya 15 serotipe. Vaksin PCV 15 juga sudah dapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
“Oleh karena itu, bagi yang ingin mendapatkan perlindungan yang lebih luas, tidak perlu ragu, segera meminta vaksinasi PCV 15 kepada dokter atau dokter spesialis anak di layanan kesehatan swasta,” kata pria yang karib disapa Miko ini.
Penyebab
Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus.
Selain itu, beberapa faktor langsung juga dapat memicu pneumonia, seperti:
1. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.
2. Penyakit Jantung Kronis
Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.
3. Diabetes Melitus
Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.
4. Kelemahan Struktur Organ Pernapasan
Kelemahan struktur organ pernapasan dapat membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.
5. Penurunan Tingkat Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia.
Kuman yang menyebabkan pneumonia biasanya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Hal ini dipengaruhi oleh interaksi pasien yang kemudian menyebabkan infeksi, cara terjadinya infeksi, gangguan sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit kronis, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis pneumonia, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan terhadap organ paru, untuk mendengarkan apakah ada suara yang tidak normal saat pasien bernapas. Beberapa pemeriksaan tambahan yang mungkin dibutuhkan meliputi:
1. Rontgen Dada
Pemeriksaan ini membantu dokter untuk mendeteksi pneumonia dan menentukan lokasi serta penyebab infeksi.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih.
3. Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat seberapa banyak kadar oksigen yang beredar dalam tubuh, dan bisa digunakan untuk menentukan separah apa pengaruh pneumonia terhadap pertukaran udara di sistem pernapasan.
4. Tes Dahak
Dahak akan dianalisis untuk melihat kuman yang menyebabkan infeksi pada paru.
Pengobatan
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi pneumonia:
Terapi Kausal
Terapi ini melibatkan pemberian obat antibiotik atau obat antijamur. Obat-obatan ini bekerja dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman penyebab infeksi.
Pilihan obat akan disesuaikan dengan jenis kuman penyebab dan tingkat keparahan penyakit.
Terapi Suportif Umum
Terapi ini disesuaikan dengan keadaan pasien. Misalnya, jika pasien mengalami kesulitan bernapas, dokter mungkin akan memberikan terapi oksigen.
Terapi suportif lainnya bisa meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan obat penurun demam atau pereda nyeri untuk mengurangi gejala yang tidak nyaman.
Terapi Inhalasi
Terapi ini melibatkan penyaluran obat langsung ke paru-paru melalui inhaler atau nebulizer.
Terapi ini sangat bermanfaat pada kondisi pasien yang membutuhkan pengobatan segera.
Terapi ini dapat menghindari efek samping yang berkelanjutan, mengencerkan dahak yang kental dan kekuningan, serta mengatasi infeksi.
Fisioterapi Dada
Terapi ini melibatkan serangkaian latihan pernapasan dan teknik batuk untuk membantu mempermudah proses pengeluaran dahak dari paru-paru.
Fisioterapi dada dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.
Rawat Inap
Pada kasus pneumonia yang berat atau jika pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi, rawat inap di rumah sakit mungkin diperlukan.
Di rumah sakit, pasien dapat dipantau secara ketat dan menerima perawatan intensif jika diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan pneumonia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan harus di bawah pengawasan dokter.
Selalu ikuti petunjuk pengobatan dari dokter Anda dan selesaikan seluruh rangkaian pengobatan, bahkan jika Anda merasa sudah lebih baik, untuk memastikan bahwa infeksi telah sepenuhnya diatasi.